Liputan6.com, Bali - Indonesia akan membuka kembali pulau wisata Bali untuk pelancong internasional dari sejumlah negara, termasuk dari China, Selandia Baru, dan Jepang mulai 14 Oktober, kata Menteri Kemaritiman Luhut Pandjaitan pada Senin 4 Oktober 2021.
Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali akan dibuka untuk turis asing mulai tanggal tersebut, dengan pengunjung diharuskan karantina selama delapan hari dengan biaya sendiri, kata Luhut kepada wartawan.
Advertisement
Baca Juga
Pembukaan tersebut disorot media asing dari Malaysia yakni Malay Mail. Dalam artikel bertajuk Indonesia’s Bali to reopen to some foreign tourists from mid-October yang dikutip Selasa (5/10/2021), outlet berita tersebut menyoroti pembukaan kembali dan pelonggaran pembatasan sosial secara bertahap karena Indonesia tidak ingin hal yang tidak terduga terjadi menurut Menteri Luhut.
Pelonggaran pembatasan sosial tersebut menjadi sorotan media asing, lantaran Bali menjadi salah satu destinasi di Indonesia yang paling sering dikunjungi.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Menghidupkan Kembali Ekonomi Bali
Indonesia menjadi salah satu negara yang paling parah dilanda COVID-19 di Asia, secara resmi mencatat lebih dari 4 juta kasus dan 142.000 kematian, meskipun para ahli Kesehatan percaya jumlah sebenarnya jauh lebih tinggi.
Namun, kasus harian telah anjlok dari lebih dari 56.000 pada puncak gelombang kedua pada pertengahan Juli tahun ini menjadi 1.100 kasus pada 3 Oktober.
Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin sebelumnya telah menandai akan ada pembukaan kembali pulau Bali, dengan syarat 70 persen orang di Bali telah menerima setidaknya satu dosis vaksin COVID-19.
Pemerintah juga telah mengisyaratkan kesediaannya untuk membuka kembali pulau itu bagi wisatawan internasional untuk membantu menghidupkan kembali ekonomi Bali yang terpuruk.
Indonesia, ekonomi terbesar di Asia Tenggara, keluar dari resesi pertamanya dalam lebih dari dua dekade pada kuartal kedua, meskipun kebangkitan COVID-19 dan pembatasan sosial berikutnya kemungkinan membebani momentum pemulihan.
Reporter: Cindy Damara
Advertisement