Liputan6.com, Nursultan - Seorang ibu tiga anak meninggal secara tragis setelah melakukan olahraga ekstrem “rope free-flying” dan melompat dari ketiggian 82 kaki (25 meter).
Dilansir dari laman Daily Star, Minggu (17/10/2021), Yevgenia Leontyeva, 33 tahun, dengan tenang melangkahi tepi atap sebuah hotel di Karaganda, Kazakhstan, tetapi tali pendukungnya belum terkunci.
Advertisement
Baca Juga
Penonton dapat mendengar teriakan ketika sebuah rekaman secara mengejutkan menangkap momen kejatuhan yang mengerikan, yang membuat Yevgenia Leontyeva menderita banyak luka dan akhirnya meninggal.
Yevgenia, yang merupakan pelompat berpengalaman, dilarikan ke rumah sakit di mana ia menjalani operasi untuk cedera kepala yang serius, tetapi sayangnya ia meninggal tak lama kemudian.
Rekaman juga menunjukkan seorang pria sedang memperbaiki tali pengikatnya sebelum kameramen mengatakan “Aku mencintaimu”.
Seorang perempuan, yang juga akan melompat terdengar berteriak ketika sesuatu yang salah terjadi pada setelah Yevgenia melompat.
Garis silang, yang seharusnya mencegah kejatuhannya dan membuatnya tergantung, dilaporkan gagal menahan tubuhnya, atau tidak diamankan.
Yevgenia jatuh dan menabrak tanah sebelum diseret sekitar 12 kaki (3,6 meter) dan menabrak dinding.
Saksi mata mengatakan lompatan tersebut terjadi sebelum penyelenggara sempat mengamankan tali ke pohon.
Seorang pria juga terlihat jatuh ke tanah, menurut laporan.
Ia diyakini memegang tali pengaman yang seharusnya dipasang, dan ikut terjatuh.
Sebelum lompatan tragis tersebut terjadi, Yevgenia dan temannya mengunggah tulisan “"Live it up" dan "We're going to fly".
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Penyelidikan Telah Dimulai, Diduga Adanya Kelalaian Pihak Penyelenggara
Yevgenia memiliki tiga orang anak laki-laki di bawah 14 tahun, dua adalah anaknya sendiri, dan seorang yang lain adalah putra dari kerabatnya yang telah meninggal.
Banyak penduduk setempat dilaporkan bersiap untuk melakukan lompatan ekstrem di lokasi yang sama pada hari Minggu.
Seorang juru bicara kesehatan setempat mengatakan: "Pasien dioperasi.
“Kraniotomi dilakukan dan pengangkatan hematoma.
"Meskipun tindakan medis sedang berlangsung, pasien meninggal."
Investrasi kriminal telah dilakukan atas kematiannya, di tengah kecurigaan adanya kelalaian dari pihak penyelenggaran.
Potensi hukuman maksimum adalah hukuman penjara selama 40 hari.
Lompat tali atau rope free-flying adalah olahraga ekstrim yang berasal dari Amerika Serikat pada tahun 1990-an.
Olahraga ini mirip dengan bungee jumping, tetapi talinya terbuat dari nilon sehingga pelompat tidak terpental.
Reporter: Ielyfia Prasetio
Advertisement