Liputan6.com, Sydney - Sebuah tim dari badan sains nasional Australia berhasil menguji air limbah dari penerbangan jarak jauh untuk mencari jejak virus penyebab COVID-19.
Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan pada Senin (18/10) Organisasi Penelitian Ilmiah dan Industri Persemakmuran (CSIRO) mengatakan, pihaknya mendeteksi elemen jejak SARS-CoV-2 dalam sampel air limbah.
Baca Juga
Sampel diambil lewat 24 dari 37 penerbangan yang membawa warga Australia yang kembali dari hotspot COVID-19.
Advertisement
Untuk terbang ke Australia dari luar negeri, penumpang harus dites negatif COVID-19 dalam kurun waktu 72 jam setelah keberangkatan.
Temuan CSIRO membuktikan bahwa virus corona dapat dideteksi dalam air limbah sebelum seseorang menunjukkan gejala.
Warish Ahmed, penulis utama studi tersebut, mengatakan bahwa pengujian air limbah bisa menjadi metode yang berharga untuk menyaring penumpang terkait COVID-19 saat Australia dibuka kembali setelah 18 bulan.
"Ini memberikan lapisan data tambahan jika ada kemungkinan keterlambatan dalam deteksi virus pada sampel hidung dan tenggorokan jika penumpang belum menunjukkan gejala," katanya dalam rilis media.
"Pengawasan cepat air limbah di tempat di titik masuk mungkin efektif untuk mendeteksi dan memantau agen infeksi lain yang beredar secara global dan memberikan peringatan akan pandemi di masa depan."
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kasus COVID-19 di Australia
Menurut CSIRO, orang yang terinfeksi dapat menularkan virus melalui kotoran mereka dua hingga lima hari sebelum mengembangkan gejala.
Namun, itu juga dapat dideteksi pada orang yang sebelumnya terinfeksi tetapi tidak lagi menularkan.
Hingga Senin (18/10) pagi, Australia melaporkan 2.185 infeksi COVID-19 baru yang didapat secara lokal dan 12 kematian.
Advertisement