AUKUS: Menlu Malaysia Heran Australia Gunakan Nuklir di Kapal Selam

Menlu Malaysia Saifuddin Abdullah resah dengan pakta AUKUS antara Australia, Inggris, dan Amerika Serikat.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 20 Okt 2021, 12:33 WIB
Diterbitkan 20 Okt 2021, 12:33 WIB
Melbourne akan Longgarkan Pembatasan
Seorang pengantar makanan menyusuri jalan yang sepi di Chinatown Melbourne, Australia, Selasa (19/10/2021). Melbourne bersiap mencabut aturan penguncian pekan ini setelah kota tersebut berada dalam enam lockdown selama 262 hari atau hampir sembilan bulan sejak Maret 2020. (William WEST/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Luar Negeri Malaysia Saifuddin Abdullah kembali mengungkap rasa prihatin kepada pakta AUKUS antara Australia, Inggris, dan Amerika Serikat. Pakta AUKUS ini terkait masalah kapal selam dan nuklir.

Pihak Australia telah memberikan penjelasan kepada Menlu Saifuddin bahwa kapal selam yang dimaksud itu bukanlah kapal selam nuklir, melainkan memakai tenaga nuklir (nuclear propelled). 

Tetapi, Menteri Saifuddin belum bisa sepenuhnya mendukung.

"Kami tahu bendanya menggunakan nukir untuk senjata dan menggunakan nuklir untuk tujuan ilmiah," ujarnya dalam acara Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), Rabu (20/10/2021).

"(Tetapi) ini adalah kapal selam, apakah itu memakai tenaga nuklir maupaun bersenjatakan nuklir, itu adalah kapal selam. Apa gunanya kapal selam?" ucapnya seraya khawatir akan efek domino dari kehadiran AUKUS.

Ia pun menegaskan telah menyampaikan kekhawatiran Malaysia dengan "istilah paling tegas" kepada pemerintahan Australia di Canberra.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

China Dukung Rasa Prihatin

Rudal DF-41
Warga mengibarkan bendera China saat kendaraan militer yang membawa Dongfeng-41 atau DF-41 melintas dalam parade militer di Beijing, 1 Oktober 2019. Rudal balistik antarbenua DF-41 menjadi sorotan pengamat dan ahli persenjataan dunia karena disebut dapat menjangkau wilayah AS. (AP/Mark Schiefelbein)

Kekhawatiran Malaysia ternyata diamini oleh pemerintah China. Juru bicara Kemlu China Wang Webin menyebut Indonesia dan Malaysia sama-sama khawatir. 

AUKUS dinilai China sebagai kotak pandora yang tak sesuai dengan prinsip anti-nuklir di Pasifik Selatan dan Asia Tenggara.

"Jika dipaksakan, hal tersebut akan menciptakan risiko-risiko keamanan yang tinggi seperti membuka Kotak Pandora, yang berarti adanya regresi dalam sejarah," ujar Wang Webin.

Lebih lanjut, Wang Webin berkata AUKUS ini memiliki mentalitas Perang Dingin, serta memprovokasi adanya bentrokan kekuatan besar di kawasan, dan membangun tatatan yang berpusat di AS agar negara itu tetap dominan.

Dalam hal ini, pihak China mendukung sentralitas ASEAN di kawasan, sebab dinilai lebih pas untuk menjaga perdamaian. Pihak-pihak yang melemahkan hal itu disebut akan mendapat penentangan kawasan dan internasional. 

"Ini adalah kepercayaan China bahwa arsitektur kerja sama regional yang berpusat di ASEAN adalah hal yang konsisten dengan tradisi Asia Timur dan kebutuhan-kebutuhannya yang realistis," ucap Wang Bin.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya