Washington - Beberapa jam setelah Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Kamala Harris mendukung seruan penyelidikan terhadap kejahatan perang internasional dalam invasi Rusia ke Ukraina, Departemen Luar Negeri AS mendukung pernyataan itu dan memperingatkan Rusia agar tidak menggunakan senjata kimia.
Baca Juga
Advertisement
“Ini adalah pemerintah yang telah menggunakan senjata kimia terlarang terhadap rakyatnya sendiri di masa lalu,” ujar juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price pada Kamis (10/3), seperti dikutip dari laman VOA Indonesia, Jumat (11/3/2022).
“Elemen lain yang membuat kami memberi lebih banyak perhatian adalah apa yang kami ketahui tentang taktik Kremlin, terutama taktik disinformasinya,” tambahnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Penggunaan Senjata Kimia
Sebelumnya Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan Kremlin sedang mempersiapkan “laporan palsu” bahwa senjata kimia itu disimpan oleh lawan mereka, atau oleh Amerika, sebagai dalih untuk menggunakan senjata itu sendiri.
“Kami telah melihat operasi palsu,” ujar Price. “Jadi ada sejumlah elemen yang menjadi dasar keprihatinan kami saat ini, dan ini merupakan sesuatu yang kami amati dengan cermat.”
Price juga mengecam Rusia atas serangannya terhadap rumah sakit bersalin di Mariupol pada Rabu (9/3). “Kami telah melihat laporan yang sangat kredibel tentang serangan yang disengaja terhadap warga sipil, yang menurut Konvensi Jenewa merupakan kejahatan perang,” tegas Price.
Kementerian Pertahanan Rusia membantah bertanggungjawab atas serangan ke rumah sakit di Mariupol itu, dan mengklaim bahwa ledakan yang menghantam gedung itu dilakukan untuk menodai Rusia.
Dalam perkembangan lainnya pejabat-pejabat Ukraina mengatakan serangan udara Rusia itu menewaskan tiga orang, termasuk seorang anak, dan melukai 17 lainnya.
“Banyak orang di Rusia yang tidak tahu apa yang dilakukan pemerintah mereka di Ukraina sekarang ini,” ujar Price.
Advertisement