Dubes Ukraina untuk RI: Kami Siap Bernegosiasi Kapan Pun dengan Rusia

Sudah sejauh mana proses negosiasi damai antara Rusia dan Ukraina untuk mengakhiri perang? Berikut ini komentar Duta Besar Ukraina untuk Indonesia Vasyl Hamianin.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 30 Mar 2022, 04:42 WIB
Diterbitkan 29 Mar 2022, 19:10 WIB
Duta Besar Ukraina untuk Indonesia, H.E Vasyl Hamianin. (Liputan6.com/Abdillah)
Duta Besar Ukraina untuk Indonesia, H.E Vasyl Hamianin. (Liputan6.com/Abdillah)

Liputan6.com, Jakarta - Sebulan berlalu sejak 24 Februari 2022, saat pengeboman pertama dilakukan pasukan militer pimpinan Vladimir Putin di Ukraina. Operasi militer khusus, begitu pihak Kremlin menyebutnya.

Meski belum ada tanda invasi Rusia di Ukraina bakal berakhir, Duta Besar Ukraina untuk Indonesia Vasyl Hamianin pun berharap bahwa eskalasi antara kedua negara akan mereda, seiring berakhirnya konflik. 

"Jadi, harapan saya hanya satu. Yakni untuk mengakhiri perang ini secepatnya," tegas Dubes Vasyl Hamianin.

Seperti diketahui, serangkaian pertemuan untuk mendukung proses damai antara Rusia-Ukraina telah dilakukan. NATO dan sejumlah pihak seperti para pemimpin dunia, juga turun tangan untuk meredakan ketegangan dan mengakhiri perang. Namun hasilnya nihil.

Sudah sejauh mana proses negosiasi damai tersebut? 

"Saya memiliki dua jawaban untuk ini," Dubes Vasyl Hamianin mengungkapnya kepada Liputan6.com dalam program The Ambassador baru-baru ini. 

"Yang pertama tentang negosiasi Rusia dan Ukraina, tak ada hasil apapun. Karena jika ada negosiasi, Anda tak membunuh warga sipil, tak mengebom mereka sambil berbicara damai," tuturnya.

"Jika Anda berbicara soal damai, Anda harus berhenti mengebom orang di seluruh penjuru Ukraina. Betul kan?"

Dubes Vasyl Hamianin mengatakan, ketika negosiator Rusia bertemu dengan pihak Ukraina, mereka menawarkan sesuatu yang tak bisa diterima. "Seperti menyerah, memberikan negara kami, mengubah pemerintahan, seperti didukung oleh warga Ukraina."

"Permintaan ini adalah hal bodoh dan menjengkelkan. Jika Anda sungguh memiliki keinginan, seperti dalam sisi politik dalam proses negosiasi damai. Seharusnya Anda harus menekan dan memikirkan keinginan Anda dan berhati-hati dengan permintaan yang tak menjengkelkan," tegasnya mengacu pada permintaan Rusia.

Yang kedua, papar Dubes Vasyl Hamianin, dengan berhenti membunuh warga sipil seperti yang dideklarasikan Presiden Ukraina kepada media bahwa Ukraina siap bertemu Presiden Rusia untuk bernegosiasi.

"Kita tak bisa hanya duduk dan membahas poin-poin dan pertanyaan dan semuanya. Tapi tetap ada serangan. Anda tak bisa bernegosiasi dan membunuh dalam waktu yang sama."

"Dalam prospek jangka panjang, jika proses negosiasi memungkinkan. Jawaban saya ya."  

Menurutnya, setiap perang berakhir dengan negosiasi damai dan perjanjian. "Ini tak bisa dihindari . Ini akan terjadi cepat atau lambat."

Saksikan wawancara selengkapnya dengan Dubes Vasyl Hamianin dalam program Liputan6.com The Ambassador berikut ini:

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Setiap Menit Sangat Berharga bagi Ukraina, Kami Siap Bernegosiasi Kapan Pun

Lebih dari 3,7 juta Orang Mengungsi dari Ukraina
Pengungsi menunggu transportasi setelah melarikan diri dari perang dari negara tetangga Ukraina di perbatasan di Medyka, Polandia tenggara, Minggu (27/3/2022). Lebih dari 3,7 juta orang telah melarikan diri dari invasi Rusia sejauh ini, eksodus terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II. (AP Photo/Serg

Dubes Vasyl Hamianin menuturkan bahwa waktu sangat berharga bagi orang-orang Ukraina yang terjebak invasi Rusia hingga kini.

"Untuk Ukraina, kami menghitung hari, menit. Karena setiap menit berarti kehilangan nyawa, anak sekarat karena dehidrasi, penyakit atau tak ada perawatan," jelasnya.

"Jadi setiap menit sangat berharga bagi Ukraina. Kami siap bernegosiasi kapanpun," imbuhnya lagi.

Dalam kesempata tersebut, dubes berkacamata itu juga menjelaskan bahwa kota-kota di Ukraina menghadapi bencana kemanusiaan, terutama melihat fakta bahwa bahkan konvoi kemanusiaan: obat, dokter dan konvoi dengan obat dan makanan tak diizinkan masuk ke Mariupol dan Kharkiv untuk memberikan bantuan ke warga sipil.

"Mereka tak diizinkan oleh pasukan yang menduduki, pasukan Rusia. Saya berduka dengan hal ini, semua orang Ukraina berduka karena hal ini," ucapnya.

"Kami bahkan tak tahu jumlah warga sipil yang tewas. Karena tim penyelamat tak diizinkan masuk. Seperti pemadam kebakaran, dokter." 

"Jadi kami tidak tahu pasti berapa orang yang telah meninggal oleh bom dan misil Rusia di kota-kota Ukraina."

Infografis Syarat Putin Stop Serang Ukraina

Infografis Syarat Putin Stop Serang Ukraina
Infografis Syarat Putin Stop Serang Ukraina (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya