Liputan6.com, Berlin - Situasi COVID-19 di Eropa telah "stabil", kendati demikian Badan Urusan Obat-Obatan Eropa EMA pada Kamis 5 Mei 2022 memperingatkan pandemi "masih jauh dari selesai."
"COVID-19 akan terus mempengaruhi kehidupan kita," kata Kepala Strategi Ancaman dan Vaksin Kesehatan Biologis EMA, Marco Cavaleri seperti dikutip dari VOA Indonesia, Jumat (6/5/2022).
Baca Juga
Ditambahkannya, "kita harus tetap waspada dan siap dengan munculnya varian baru, dan kemungkinan lonjakan kasus Virus Corona COVID-19 pada musim dingin mendatang."
Advertisement
Cavaleri juga mengatakan prioritas saat ini adalah mengerjakan vaksin adaptif yang dapat mengatasi varian baru ini.
Menurut Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa, penularan COVID-19 di sebagian besar negara Uni Eropa secara keseluruhan menurun; dan tidak ada negara yang melaporkan peningkatan angka kematian akibat COVID-19 dalam beberapa pekan terakhir ini.
Bill Gates Sebut Pandemi COVID-19 Terburuk Belum Terjadi, Berisiko Hasilkan Varian Lain
Sebelumnya, pendapat serupa juga diutarakan pendiri dan filantropis Microsoft Bill Gates. Ia memperingatkan bahwa lebih banyak investasi akan diperlukan untuk mencegah terjadinya pandemi di masa depan.
Bill Gates mengatakan kemungkinan pandemi terburuk ini belum terjadi.
"Tampak liar bagi saya bahwa kita bisa gagal melihat tragedi ini dan tidak, atas nama warga dunia, melakukan investasi ini,” kata Bill Gates kepada Financial Times seperti juga dikutip dari The Hill, Selasa 3 Mei 2022.
Gates juga khawatir tentang masa depan pandemi COVID-19, meskipun pembatasan dilonggarkan di seluruh dunia.
"Pendanaan [Organisasi Kesehatan Dunia] saat ini sama sekali tidak serius tentang pandemi," katanya. "Kami masih berisiko pandemi ini menghasilkan varian yang akan lebih menular dan bahkan lebih fatal."
"Itu tidak mungkin, saya tidak ingin menjadi suara malapetaka dan kesuraman, tetapi risikonya jauh di atas 5 persen bahwa pandemi ini, kita bahkan belum melihat yang terburuk," tambahnya.
Gates telah mengusulkan tanggapan epidemi global dan inisiatif mobilisasi, yang katanya harus dijalankan oleh Organisasi Kesehatan Dunia.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Bill Gates Sebut Dunia Tak Siap Hadapi Pandemi pada 2015
Gates pertama kali memperingatkan bahwa dunia tidak siap menghadapi pandemi pada tahun 2015, jauh sebelum wabah COVID-19.
Sejak awal pandemi, AS telah mengalami lebih dari 80 juta infeksi COVID-19 dan lebih dari 993.000 kematian, menurut Pusat Sumber Daya Virus Corona Johns Hopkins.
Sementara tingkat kasus turun dari tertinggi yang terlihat pada puncak lonjakan Omicron, beberapa ahli telah menggemakan sentimen Gates dan memperingatkan peningkatan infeksi lainnya.
Deborah Birx, anggota terkemuka gugus tugas virus corona Gedung Putih administrasi Trump, mengatakan pada hari Minggu bahwa AS harus "bersiap sekarang untuk potensi lonjakan di musim panas ini di seluruh Amerika Serikat bagian selatan," mengutip angka-angka di Afrika Selatan yang dia katakan memprediksi apa yang bisa terjadi di AS.
Advertisement
Bill Gates Perkirakan Usai Gelombang Omicron, Covid-19 Bakal Seperti Flu Musiman
Salah satu pendiri Microsoft, Bill Gates, kembali mengutarakan analisisnya soal COVID-19. Salah satunya kapan pandemi akan mereda dan soal varian Omicron.
Hal ini Bill Gates ungkapkan lewat sesi tanya jawab di Twitter bersama Devi Sridhar, Direktur Global Health Governance dan profesor di University of Edinburgh Medical School, Skotlandia.
Gates sendiri bukan dokter atau ilmuwan. Meski begitu, dia dan yayasannya, Bill & Melinda Gates Foundation, menghabiskan miliaran dolar untuk memboyong vaksin ke negara berkembang, termasuk untuk Covid-19.
Mengutip CNET, Senin (17/1/2022), dalam sesi tanya jawab tersebut, Sridhar melempar pertanyaan kepada Gates tentang bagaimana dan kapan pandemi akan berakhir.
"Ketika negara-negara mengalami gelombang Omicron, sistem kesehatan mereka akan ditantang," kata Gates.
"Sebagian besar kasus yang parah adalah orang yang tidak divaksinasi," imbuhnya.