Kanada Umumkan Larangan Produksi Plastik Sekali Pakai

Kanada mengumumkan larangan plastik sekali pakai.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 22 Jun 2022, 09:00 WIB
Diterbitkan 22 Jun 2022, 09:00 WIB
Ilustrasi sampah plastik
Ilustrasi sampah plastik (dok.unsplash/ Nick Fewings)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Kanada mengumumkan bahwa mereka akan melarang pembuatan dan impor sejumlah plastik sekali pakai yang "berbahaya". Beberapa peraturan baru akan diberlakukan pada Desember 2022.

Aturan baru yang diumumkan Senin 20 Juni ini akan berlaku untuk tas belanja, peralatan, produk layanan makanan dengan plastik yang sulit didaur ulang, wadah cincin, tongkat pengaduk, dan sedotan dengan beberapa pengecualian seperti dilansir laman Al Jazeera, Selasa (21/6/2022). 

"Pemerintah kami terlibat dalam hal mengurangi polusi plastik … Itulah mengapa kami mengumumkan hari ini bahwa pemerintah kami memenuhi komitmennya untuk melarang plastik sekali pakai yang berbahaya," kata menteri lingkungan Steven Guilbeault dalam konferensi pers Senin.

"Ini adalah langkah bersejarah untuk mengalahkan polusi plastik dan menjaga komunitas, tanah, dan lautan kita tetap bersih."

Penjualan barang-barang tersebut akan dilarang mulai Desember 2023, periode penyangga yang dimaksudkan untuk memberi waktu kepada bisnis untuk menyesuaikan diri dengan perubahan dan mengurangi pasokan yang ada.

Pemerintah juga akan melarang ekspor enam plastik pada akhir 2025.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Masuk Kategori Racun

Ilustrasi sampah plastik (pexels)
Prancis akan malarang penggunakan kemasan plastik untuk mayoritas jenis buah dan sayur demi mengurangi sampah plastik.

Pemerintah federal mencantumkan plastik sebagai racun di bawah Undang-Undang Perlindungan Lingkungan Kanada tahun lalu, yang membuka jalan bagi peraturan untuk melarang beberapa. Namun, konsorsium produsen plastik menggugat pemerintah atas penetapan racun dalam kasus yang diperkirakan akan disidangkan akhir tahun ini.

Kanada menggunakan 15 miliar kantong plastik per tahun, dan 16 juta sedotan per hari, kata pemerintah.

Sebuah laporan baru-baru ini oleh PBB mengatakan bahwa penggunaan plastik secara global diperkirakan akan meningkat tiga kali lipat pada tahun 2060, dan produksi tahunan plastik berbasis bahan bakar fosil akan mencapai lebih dari 1,2 miliar ton pada tahun yang sama. Limbah yang dihasilkan oleh tingkat produksi seperti itu akan lebih dari 1 miliar ton per tahun.

Laporan semacam itu telah berkontribusi pada tumbuhnya rasa kepedulian di seluruh dunia mengenai prevalensi plastik dan masalah yang ditimbulkannya terhadap polusi dan lingkungan

Sampah Plastik Dunia

Bahu-Membahu Kurangi Sampah Plastik di Indonesia yang Bejibun
Sampah botol plastik yang dikumpulkan di Bank Sampah Bersinar. (dok. Liputan6.com/Natalia Adinda)

Dalam 70 tahun terakhir, dunia telah menghasilkan sekitar 8,3 miliar ton plastik, 60 persennya telah dibuang di tempat pembuangan sampah, lautan, dan sungai, atau dibakar.

Beberapa kelompok manufaktur di Kanada sebelumnya telah menyatakan penentangan mereka terhadap peraturan yang diusulkan, meskipun pemerintah berjanji untuk memberikan waktu kepada bisnis untuk menyesuaikan diri. 

Kelompok konservatif, seperti Montreal Economic Institute (MEI), mengatakan peraturan tersebut membahayakan "inovasi potensial" dalam industri plastik dan "akan merugikan ekonomi tanpa jaminan membantu lingkungan". Setidaknya enam persen pendanaan MEI berasal dari industri migas.

Pemerintah Kanada telah mengatakan bahwa "​berkonsultasi secara luas untuk mencari masukan guna menginformasikan pengembangan Peraturan yang diusulkan, dan mendengar bahwa bisnis memerlukan panduan untuk beralih ke produk dan sistem alternatif yang tersedia".

Infografis Indonesia Sumbang Sampah Plastik Terbesar Kedua Sejagat
Infografis Indonesia Sumbang Sampah Plastik Terbesar Kedua Sejagat. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya