Liputan6.com, Jakarta - Tim fisika Indonesia berhasil meraih lima medali dalam International Physics Olympiad (IPhO). Olimpiade fisika internasional tersebut digelar secara online dari Zurich, Swiss. Totalnya ada 1 emas, 3 perak, dan 2 perunggu yang dimenangkan tim Indonesia.
Ada 368 siswa yang mengikuti kejuaraan ini. Mereka datang dari 75 negara.
Advertisement
Baca Juga
“Kelima anak bangsa ini telah berhasil mengharumkan nama bangsa dan negara Indonesia di ajang tahunan IPhO. Selamat untuk talenta fisika Indonesia dan seluruh tim. Terima kasih atas prestasinya yang membanggakan. Kita yakin ini akan terus menjadi inspirasi keunggulan anak-anak Indonesia dan harapan masa depan bangsa,” tutur Pelaksana tugas Kepala Pusat Prestasi Nasional dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Asep Sukmayadi, dikutip dari keterangan resmi kementerian, Selasa (19/7/2022).
Kelima siswa terbaik Indonesia di bidang Fisika ini berasal dari lima sekolah swasta berbeda yang tersebar di empat provinsi. Mereka adalah:
1. Jonathan Tjandra dari SMAK Calvin, Kemayoran, DKI Jakarta (medali emas)
2. John Howard Wijaya dari SMA Darma Yudha Pekanbaru, Riau (medali perak)
3. Berwyn dari SMAK BPK Penabur, Jakarta Barat, DKI Jakarta (medali perak)
4. David Michael Indraputra dari SMAK BPK Penabur Gading Serpong, Kabupaten Tangerang, Banten (medali perak)
5. Althaaf Syaikha Nuhaad dari SMA Kesatuan Bangsa, Bantul, Yogyakarta (medali perunggu)
Seluruh peserta IPhO dari berbagai negara ini dikawal oleh 145 ketua tim (team leader) dan 67 pengamat (observer) serta 135 pengawas. Kegiatan dibuka pada hari Minggu (10/7), lalu tes kompetisi dimulai dengan tes eksperimen pada hari Senin (11/7). Dilanjutkan dengan tes teori yang berlangsung pada hari Rabu (13/7). Masing-masing tes fisika tersebut berlangsung selama lima jam tanpa jeda. Tahapan koreksi dan moderasi berlangsung hingga Jumat malam (15/7) waktu setempat.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tes Eksperimen Virtual
Tuan rumah pelaksanaan IPhO 2022 berada di Swiss sedangkan Komite Keilmuannya (Scientific Committee) diambil dari beberapa negara anggota IPhO di bawah koordinasi pengurus IPhO. Mengingat waktu yang tersedia untuk mempersiapkan kegiatan sangat singkat, akhirnya diputuskan bahwa semua tes berlangsung secara daring (online). Termasuk tes eksperimen yang dilakukan dengan menggunakan alat-alat virtual melalui simulasi komputer.
Tim Indonesia dipimpin oleh Syamsu Rosid dari UI dan didampingi oleh Rinto Anugraha dari UGM dan dua pengamat (observer) yaitu Bobby Eka Gunara dan Budhy Kurniawan. IPhO 2022 juga melibatkan tim pengawas yang terdiri dari Zulkarnain dan Robin Kristian.
“Dengan tulus hati kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh lapisan masyarakat Indonesia dan Puspresnas khususnya atas dukungan moril maupun materiil sehingga atas izin-Nya kami dapat meraih prestasi ini,” ujar Syamsu Rosid.
“Selamat atas prestasi Tim Olimpiade Fisika Indonesia. Terus berprestasi untuk menjawab tantangan di masa depan. Semoga kelima siswa ini menjadi inspirasi bagi pelajar Indonesia,” sambung Kapuspresnas, seraya berharap capaian prestasi putra putri Indonesia kian meningkat.
Advertisement
Soal Penelitian di Indonesia, Mas Menteri Nadiem Sebut Harus Dilihat dari Jumlah dan Kualitasnya
Sementara, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim menyampaikan bahwa penelitian di Indonesia seharusnya tak hanya dilihat dari segi jumlah tapi juga kualitas.
Menurutnya, tahun lalu Indonesia menduduki posisi ke-20 dari 232 negara dengan total publikasi mendekati 50 ribu artikel riset.
“Jumlah ini bisa dibilang sebagai sebuah capaian yang baik, tapi saat berbicara tentang dunia penelitian, kita tidak bisa cuma membahas tentang jumlah. Kita harus mempertimbangkan kualitas dari riset tersebut. Mulai dari metodologi, cara menganalisis data sampai presentasi temuan,” ujar Nadiem dalam pembukaan PIRN XX yang ditayangkan di saluran YouTube BRIN, Senin (11/7/2022).
Untuk itu, Pekan Pemuda Riset dan Inovasi Nasional (PIRN) XX diharapkan mendorong lahirnya ilmuwan muda yang mampu menghasilkan kajian berkualitas.
PIRN sendiri berawal dari kegiatan Perkemahan Ilmiah Remaja Nasional (PIRN) yang diselenggarakan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sejak 2021. Setelah LIPI terintegrasi ke dalam Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), PIRN berganti nama menjadi Pekan Pemuda Riset dan Inovasi Nasional (PIRN).
Nadiem menambahkan, selain berkualitas, penelitian juga harus memberi dampak bagi masyarakat. Bagaimana hasil riset dapat mendukung perkembangan ilmu pengetahuan atau melahirkan inovasi bermanfaat bagi orang banyak.
PIRN XX
Melalui PIRN XX, Nadiem berharap para peserta mendapatkan wawasan baru dalam melakukan penelitian.
“Diharapkan para peserta mampu menawarkan cara-cara cerdas dan inovatif dalam mengembangkan potensi alam dan budaya indonesia,” harapnya.
“Jadilah ilmuan yang cerdas untuk melompat ke masa depan dan teruslah semangat untuk bergerak serentak guna mewujudkan merdeka belajar,” lanjutnya.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko mengatakan, kegiatan PIRN ini menjadi awal dari pembentukan talenta riset dan inovasi nasional yang saat ini menjadi tanggung jawab dari BRIN.
“Guna mewujudkan talenta-talenta riset dan inovasi di masa depan, BRIN terus berinteraksi dengan para mahasiswa dan siswa untuk terus dibina agar mempunyai kemampuan di bidang riset dan inovasi,” ungkapnya.
“Para siswa dan mahasiswa ini merupakan talenta riset dan inovasi kita di masa depan,” tambahnya.
Bagi para peserta PIRN XX, lanjut Handoko, hendaknya ini dijadikan sebagai ajang untuk memperkuat jejaring dan menambah wawasan.
Advertisement