Akses Air Bersih Bantu Kurangi Beban Perempuan dan Anak di Kenya

Perempuan dan anak perempuan di Desa Olepolos di lereng Gunung Kilimanjaro, bernyanyi untuk mensyukuri adanya air.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Agu 2022, 09:30 WIB
Diterbitkan 09 Agu 2022, 09:30 WIB
Gunung Kilimanjaro. (Photo credit: AFP Photo/Mladen Antonov)
Gunung Kilimanjaro. (Photo credit: AFP Photo/Mladen Antonov)

Liputan6.com, Olepolos - Perempuan dan anak perempuan di Desa Olepolos di lereng Gunung Kilimanjaro, bernyanyi untuk mensyukuri adanya air.

Air adalah hak dasar yang dijamin bagi warga negara di bawah undang-undang Kenya. Akses ke air bersih, bagaimanapun tetap menjadi tantangan bagi masyarakat terpencil, seperti dikutip dari VOA Indonesia, Selasa (9/8/2022).

“Kami biasanya berjalan beberapa kilometer melintasi perbatasan untuk mengambil air di Tanzania. Terkadang kami dilecehkan oleh orang-orang di sana karena kami berada di negara asing. Kami disuruh mengumpulkan dan membawa kotoran keledai di shuka (pakaian tradisional) kami. Itu benar-benar pelecehan," kata seorang warga Olepolos, Alice Pasaloi.

“Tingkat kemiskinan sangat tinggi karena ternak kami mati akibat kekurangan air. Mungkin ada rumput, tetapi tanpa air, ternak tidak bisa bertahan hidup," tambah warga Olepolos lainnya, Nelson Tinayo.

Kekeringan yang berkepanjangan akibat perubahan iklim memperburuk masalah air di daerah kering dan semi-kering. Perempuan dan anak perempuan paling terpengaruh oleh situasi ini.

Water Is Life Kenya, badan amal yang berpusat di AS, membantu perempuan dan anak perempuan mendapat akses ke air bersih dengan mengebor sumur dan lubang-lubang tadah hujan, sehingga mengurangi jarak yang harus mereka tempuh untuk mengambil air.

“Menghabiskan sepanjang hari untuk mengambil air, menghambat banyak anak perempuan pergi ke sekolah. Kita mendapati banyak perempuan, sebagian besar perempuan dewasa dalam komunitas ini, tidak pernah bersekolah sama sekali. Jadi, kami benar-benar ingin membantu mereka bersekolah, supaya mereka mampu mengubah hidup mereka," kata Wakil Pendiri Water Is Life Kenya, Joyce Tannian.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Perbedaan Besar

[Fimela] akses air bersih
ilustrasi akses air bersih | pexels.com/@burst

Warga mengatakan, proyek air itu telah membuat perbedaan besar.

“Sejujurnya, hidup kami benar-benar berubah menjadi lebih baik. Sekarang anak-anak kami bisa bersekolah," ujar Pemimpin Komunitas Olepolos, Ipitek Ole Kisyoki.

“Sekarang rasanya seperti surga. Tidak ada masalah. Kami mengambil air, mencuci pakaian, dan anak-anak pergi ke sekolah setelah mandi bersih. Kami mempunyai lebih banyak waktu. Kami berada di tempat yang jauh lebih baik dan kami senang," tambah warga lain, Margret Kalai.

Dengan 25 proyek air yang selesai di berbagai desa di Kabupaten Kajiado dan memberi manfaat kepada lebih dari 100.000 penduduk, salah satu pendiri Water Is Life Kenya, Joyce Tannian, mengatakan, pekerjaan itu bermanfaat.

“Penghalang utama itu bisa dihilangkan. Airnya ada di sana; sekarang orang bisa mengambilnya. Bagi saya itu adalah mimpi, dan, Anda tahu, itulah hal terbaik dalam hidup sebenarnya. Untuk mencapai hasilnya, orang-orang mengembangkan diri sendiri, itu adalah keajaiban," katanya.

Kata-kata bijak bahwa "air adalah kehidupan" sangat bermakna bagi penduduk Olepolos. Ketika perempuan dan anak-anak perempuan desa bernyanyi dan bersuka cita, banyak orang di daerah gersang dan terpencil lainnya.

Negara Alami Krisis Air Bersih

Ilustrasi air terjun
Ilustrasi air terjun (sumber: Pixabay)

1. Libya

Sementara di Libya mengalami pergolakan politik, kondisi di negara yang terletak di Benua Afrika ini juga mengalami krisis air bersih.

Padahal, negara ini dikenal tandus dan membutuhkan pasokan air untuk kehidupan. Sumber air di Libya sulit diakses. Ditambah perubahan rezim yang bertindak semaunya dan memutus aliran air di sejumlah wilayah, termasuk ibu kota Tripoli.

Tak hanya masalah air, kekacauan juga terjadi karena banyak warga hidup tanpa bahan bakar dan makanan.

2. Sahara Barat

Sering digambarkan sebagai gurun karena namanya, negara ini sebenarnya adalah rumah bagi ribuan pengungsi yang mengalami penderitaan.

Hal ini terjadi karena mereka mengalami kekurangan makanan dan air secara terus menerus. Konflik yang terjadi di negara ini juga jadi pelopor permasalahan.

3. Djibouti

Ilustrasi air terjun  (sumber: Pixabay)
Ilustrasi air terjun (sumber: Pixabay)

Negara yang terletak di kawasan Afrika Timur ini telah lama menjadi target bantuan kemanusiaan dari UNICEF dan UNHCR.

Salah satu bantuan yang dilakukan oleh organisasi dunia ini adalah pemberian bantuan air bersih. Iklim yang panas dan juga insfrastruktur buruk selalu jadi masalah.

Tak heran jika ada sejumlah orang yang meninggal lantaran kondisi ini.

4. Yaman

Yaman adalah sarang konflik dan titik utama bagi teroris yang berasal dari kawasan Timur Tengah. Banyak warga di negara ini yang bergantung pada negara lain untuk mencakup air bersih.

Selain karena faktor konflik, negara ini juga memiliki masalah pasokan air bersih dan sumber air.

Pertikaian politik memperumit masalah ini. Beberapa ahli memproyeksikan ibu kota Sanaa di Yaman akan menjadi kota besar pertama di dunia yang kehabisan pasokan air.

5. Yordania

Yordania berada dalam posisi yang tidak menguntungkan karena berada di Timur Tengah yang gersang dan terpecah secara politik.

Negara ini harus sangat bergantung pada sumber daya air alami sendiri, yaitu Laut Mati dan Sungai Yordan. Karena peningkatan desertifikasi dan populasi yang meningkat, sumber air kian menipis.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya