Liputan6.com, Jakarta - Ratu Elizabeth II mengembuskan napas terakhirnya dalam usia 96 tahun.
Ratu Elizabeth II meninggal pada Kamis 8 September 2022, pukul 18.30 waktu setempat di Istana Balmoral, Skotlandia.
Baca Juga
Buntut Tersisihkan dari Agenda Natal Kerajaan, Pangeran Andrew Mogok Urus Anjing Corgi Warisan Mendiang Ratu Elizabeth II
Cerita Putri Diana Takut Menghabiskan Malam Natal Bersama Ratu Elizabeth II
Pengakuan Mantan Presiden Reuven Rivlin: Ratu Elizabeth II Menutup Pintu Istana Buckingham untuk Pejabat Israel
Kematian Ratu Elizabeth II yang telah memimpin Inggris lebih dari 70 tahun sudah berhasil memberikan banyak warisan kepada penerusnya serta warga Inggris dan juga seluruh dunia.
Advertisement
"Dalam kurun waktu 70 tahun, Ratu Elizabeth II sudah berhasil memberikan banyak legacy atau warisan kepada penerusnya dan juga tidak hanya warga Inggris saja tetapi juga seluruh dunia, salah satunya adalah bagaimana monarki Inggris bisa mempertahankan dirinya ditengah modernitas dan globalisasi," ucap Siti Rokhmawati Susanto, Dosen HI FISIP Unair dalam program Liputan6 Update, Senin (12/9/2022).
"Karena sebagaimana yang kita tahu, banyak sekali kerajaan-kerajaan yang ada di dunia termasuk salah satunya yang saat ini mengalami kebertahanan adalah di Eropa, tetapi jika dibandingkan dengan monarki yang ada di dunia, Inggris merupakan monarki yang paling bertahan dan paling populer," jelasnya
Ratu Elizabeth IIÂ bisa mengayomi tidak hanya warga Inggris tetapi juga seluruh warga dunia yang menjadikannya dikenang seluruh dunia.
"Sudah sejak dini dididik oleh keluarga monraki sehingga menjadikan Ratu Elizabeth II bisa memutuskan sesuatu saat di masa krisis sekalipun, dalam konteks kepemimpinannya ia berhasil bertahan dengan beberapa PM termasuk salah satunya Liz Truss," ujar Siti Rokhmawati Susanto.
Ratu Elizabeth II tetap mempertahankan keseimbangannya sebagai Kepala Negara Inggis dengan eksis.
"Dari sini ia terasah dan mampu mempertahankan 'balacing' pemerintahannya meskipun beliau adalah kepala negara bukan kepala pemerintahan, tetapi bisa tetap eksis karena biasanya kepala negara parlementer atau monarki tidak terlalu menonjol dalam hal ini, tetapi Ratu Elizabeth II bisa melakukan seperti itu," lanjutnya
Ratu Elizabeth II mampu menghadapi berbagai macam krisis internasional dan menjadikan Inggris pemimpin untuk bangkit kembali.
"Berikutnya, Ratu Elizabeth II bisa bertahan mengahadapi berbagai macam krisis internasional, mulai dari akhir perang dunia kedua, dimana negara-negara Eropa menjadi salah satu medan perang dunia kedua itu hancur lebur, namun Inggris menjadi salah satu pemimpim untuk bangkit kembali dan menjadi salah satu negara yang memiliki performa ekonomi yang sangat tinggi selama tahun 80-90an, bahkan sampai awal tahun 2000 masih tetap konsisten," kata Siti Rokhmawati Susanto.
Ada sebuah tradisi kerjaan yang mengharuskan anak dari seorang raja atau ratu terlibat dalam peperangan.
"Dan ini masih terus berlanjut dalam masa kepemimpinan Ratu Elizabeth II, dimana ada krisis dengan Irlandia Utara, perang Iran-Irak, perang Malvinas, semuanya berhasil ia lalui tentunya bekerja sama dengan PM yang ada. Sementara untuk beberapa perang, anak dari sang ratu harus ada yang terjun ke medan perang, yang membuatnya ikut cemas karena sebagai seorang ibu. Sebagai sebuah tradisi anak dari raja atau ratu, harus terlibat dalam proses upaya pertahanan negara di AL Inggris yang terkenal sebagai AL paling kuat pada abad 18-19, dan ini merupakan hal yang sangat monumental bagi warisan Ratu Elizabeth II," ungkapnya.
Â
Publik Merasakan Kehilangan Ratu Elizabeth II
Ratu Elizabeth II merupakan seorang pemimpin perempuan (ratu) yang jarang terjadi di dalam pemerintahan monarki, namun ia mampu menampilkan sosok yang komplit.
Sang ratu mampu menjadi sosok yang kuat, kokoh, keras tapi sekaligus dicintai, biasanya orang yang kokoh dan keras jarang dicintai oleh warganya, namum sang ratu bisa menjadi sosok yang 'balacing' baik dari kondisi rumah tangga daan monarkinya, yang ia bisa jaga dengan maksimal.
Kepergian Ratu Elizabeth II membuat seluruh dunia luluh, karena ia adalah seorang pemimpin yang bisa memutuskan 'kapan dan harus melakukan apa'.
Ia tidak hanya disibukkan dalam kondisi internasional tetapi dengan kondisi internalnya juga (keluarga), yang mungkin terlibat dalam skandal tetapi ia bisa luruskan. Contohnya, meninggalnya Putri Diana, sang Ratu banyak mendapat kritikan namun ia mampu membalikkan kritikan itu dengan memberikan sebuah penghormatan yang sangat maksimal kepada Putri Diana sehingga simpati publik kembali lagi.
"Ratu Elizabeth II menjadi 'stabilisator' serta 'balacer' di lingkungan keluarganya maupun di tingkat nasional dan internasional dan yang terpenting dia adalah sosok complete individual, karena ia bisa menjadi anak, sekaligus ibu, isrti, dan mertua, meskipun ada beberapa masalah yang terjadi, namun ia bisa memberikan yang terbaik untuk keluarganya," jelas Siti Rokhmawati Susanto.
Duta Besar Inggris untuk Indonesia, Owen Jenkins mengungkapkan bahwa, Ratu Elizabeth II sudah bekerja tanpa lelah demi negaranya, Ratu Elizabeth II juga sudah berjuang untuk Inggris sejak perang dunia ke-2 dimana beliau menjadi sukarelawan perang, sampai melawan pandemi COVID-19-pun tetap mendukung rakyatnya jadi sangat wajar ia mendapat apresiasi sebagai tokoh yang bekerja tanpa lelah, kemudian dua hari sebelum kepergiannya pun dia masih menyambut PM baru, Liz Truss.
Kedubes Inggris juga menyediakan ruang duka serta buku duka cita yang digelar hingga akhir pekan ini untuk masyarakat Indonesia yang ingin menyampaikan ungkapan simpati serta belasungkawa terhadap Ratu Elizabeth II. Namun, saat menandatangi buku tamu tersebut para pengunjung dilarang keras untuk mendokumentasikan segala kegiatan selama di dalam ruangan.
Advertisement
Pergeseran Ratu Menjadi Raja
Selama 70 tahun pemerintahan inggris dipimpin oleh seorang ratu memberikan banyak keraguan publik terhadap Raja Charles III.
"Selama 70 tahun pemerintahan inggris dipimpin oleh seorang ratu akan berubah menjadi raja, yang mungkin akan menjadi kesulitan untuk Raja Charles III. Karena Raja Charles III menunggu lama untuk menajadi raja dan mengejar waktu yang sempit untuk membuktikan setidaknya meneruskan warisan dari ibunya, selama ini pangerang Charles banyak diragukan oleh publik, salah satunya karena kasus dengan Putri Diana. dengan itu Pangeran Charles harus bisa menjaga kenetralan isu-isu politik dengan PM seperti yang dilakukan oleh ibunya," jelas Dosen HI FISIP Unair, Siti Rokhmawati Susanto.
Citra Pangeran Charles yang masih di respon positif oleh publik karena memiliki perhatian besar dengan isu sosial dan lingkungan.
"Terlepas dengan kegagalannya dengan Putri Diana, berdasarkan polling terbaru disebutkan bahwa hampir 57% masyarakat Inggris masih memberikan optimismenya bahwa Raja Charles III akan memimpin secara baik, karena ia sosok yang peduli dengan isu-isu sosial, karena latar belakang pendidikannya seorangan antropologi. Dia juga memiliki perhatian yang sangat besar dengan isu lingkungan, dimana hal ini selaras dengan isu yang sedang dihadapi saat ini. sehingga Raja Charles III bisa meningkatkan kharisma monarki Inggris dengan hal tersebut." ungkapnya.
Â
Â
Operasi Unicorn
Edinburgh yang menjadi ramai kembali dari tamu peziarah dari seluruh dunia bahkan hotel sudah mulai penuh dan beberapa jalan penting di Kota Edinburgh di tutup khusus untuk menyambut dan mempersiapkan Operasi Unicorn - salah satu prosesi pemakaman ratu ketika sang ratu meninggal di Skotlandia .
Operasi Unicorn merupakan salah satu operasi dari prosesi pemakaman Ratu Elizabeth II yang sudah dipersiapkan sejak lama bersamaan dengan Operasi London Bridge, prosesi pemakaman ini berlangsung mulai dari Istana Balmoral di Aberdeenshire hinggan saat sang ratu akan di makamkan di London.
Karena Ratu Elizabeth II meninggal di kastil kesayangannya di Aberdeenshire (Istana Balmoral), sehingga diadakan upacara di sepanjang jalan di Skotlandia, sedangkan bila beliau meninggal di London makan operasi yang dilakukan hanya operasi London Bridge dan hanya dilakukan di pusat London.
Sebelum ratu disemayamkan di Gereja Katedral St Giles, jenazah akan melakukan perjalanan dari Istana Holyrood menuju sepanjang jalan yang disebut Royal Mile menuju gereja, sebelum jenazah ratu melakukan prosesi misa dan prosesi pesemayaman di gereja bersama dengan keluarga kerajaan dan juga masyarakat.
Kesempatan ini hanya diberikan warga Edinburgh dan London sepanjang jalan kota tersebut, karena disetiap kota dilakukan prosesi penghormatan khusus dan deklarasi raja baru di titik massa yang ingin melakukan penghormatan terakhir.
Sepanjang jalan Royal Mile masyarakat akan memberikan penghormatan terkahir secara khitmat dan larangan keras untuk masyarakat agar tidak melakukan foto atau video saat prosesi.
Seluruh masyarakat boleh mengikuti prosesi penghormatan terakhir kepada Ratu Elizabeth II yang di buka 24 jam dimulai pada jam 5 sore waktu setempat hingga jam 5 sore keesokan harinya, masyarakat diminta untuk siap mengantri berjam-jam dengan pengamanan yang ketat namun masyarakat bisa melihat secara langsung peti jenazah sang ratu di dalam gereja setelah melakukan misa resmi.
Ada pula tradisi khusus yang dilakukan selama prosesi berlangsung, yakni, dibunyikan meriam langsung dari Istana Edinburgh sebelum prosesi penghormatan dimulai sama seperti ketika prosesi proklamasi Pangeran Charles menjadi raja baru.
Advertisement