Polandia Berikan Warning: Perang Dunia III Bisa Terjadi Kalau Ukraina Kalah

Polandia memberikan pernyataan tegas terkait pembelaan negara mereka terhadap Ukraina melawan Rusia.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 17 Jan 2023, 16:30 WIB
Diterbitkan 17 Jan 2023, 16:30 WIB
Pasukan Ukraina Gempur Rusia Pakai Howitzer M777 Pasokan AS di Kherson
Tentara Ukraina menggempur posisi Rusia menggunakan Howitzer M777 yang dipasok Amerika Serikat (AS) di wilayah Kherson, Ukraina, 9 Januari 2023. Memasuki hari ke-321 peperangan, konflik di antara Rusia dengan Ukraina sampai saat ini terus berlanjut dan belum terlihat akan segera berakhir. (AP Photo/Libkos)

Liputan6.com, Berlin - Pemerintah Polandia terus memberikan dukungan kepada Ukraina di tengah Rusia. Perdana Menteri Polandia Mateusz Morawiecki bahkan berpesan Perang Dunia III bisa terjadi apabila Ukraina.

Oleh sebab itu, Polandia mendukung pengiriman bantuan militer ke Ukraina, termasuk tank Leopard 2 dari Jerman. 

"Kekalahan Ukraina mungkin menjadi awal dari Perang Dunia III, jadi hari ini tidak ada alasan untuk memblokir dukungan untuk Kyiv dan menunda-nundanya tanpa kejelasan," ujar PM Morawiecki saat berkunjung ke Jerman, dikutip Firstpost, Selasa (17/1/2023).

Ada wacana pengiriman tank Leopard 2 ke Ukraina masih tertunda. Situs France24 menyebut Kanselir Jerman Olaf Scholz khawatir akan terjadi eskalasi konflik apabila Jerman mengirim tank tersebut ke Ukraina. 

Polandia pun mendorong Jerman agar tank-tank tersebut tidak diparkirkan di tempat penyimpanan saja, tetapi dikirimkan. 

"Hari ini rakyat Ukraina tak hanya bertempur untuk kemerdekaan mereka, tetapi juga mempertahankan Eropa. Saya menyerukan kepada pemerintah Jerman untuk bertindak dengan tegas dan mengirimkan semua tipe senjata ke Ukraina," ujar PM Polandia Morawiecki.

Polandia dan Finlandia sebenarnya memiliki tank Leopard 2, tetapi mereka juga tak bisa mengirimkan tank-tank tersebut ke Ukraina tanpa lampu hijau dari pemerintah Jerman. 

Sementara, pihak Rusia tidak gentar dengan potensi kehadiran Leopard 2 dan menyebut siap membakarnya. 

Namun, saat ini Jerman sedang memiliki masalah lain karena mundurnya Christine Lambrech sebagai menteri pertahanan. Pakar pertahanan dari King's College London, Rod Thornton, menyebut mundurnya Lambrech dikhawatirkan melemahkan respons Barat. 

"Rusia telah mencoba melemahkan kohesi Barat, dan dengan kabar mundurnya ini, Barat terlihat kurang bersatu," ujar Thornton.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Menhan Jerman Christine Lambrecht Mundur

Christine Lambrecht
Christine Lambrecht menyatakan mundur sebagai menteri pertahanan Jerman menyusul serangkaian blunder yang membuatnya diolok-olok. (Dok. AFP)

Menteri Pertahanan Jerman Christine Lambrecht mengundurkan diri menyusul serangkaian blunder. Keputusan Lambrecht diambil di tengah tekanan yang meningkat terhadap Berlin untuk mengirimkan peralatan tempur ke Ukraina.

Salah satu yang membuat Lambrecht diolok-olok adalah pengumumannya bahwa Jerman menawarkan Ukraina bantuan 5.000 helm militer. Demikian seperti dilansir BBC, Senin (16/1).

Wali Kota Kyiv Vitali Klitschko menolak tawaran Lambrecht tersebut, menyebutnya sebagai lelucon. Kepada surat kabar Jerman, Bild, Klitschko bahkan mengisyaratkan dia tidak bisa berkata-kata untuk merespons pernyataan Lambrecht.

Selain itu, Lambrecht juga dikritik secara luas karena dianggap gagal meningkatkan perlengkapan angkatan bersenjata Jerman. Sorotan lain terhadap perempuan usia 57 tahun tersebut adalah saat ia membawa serta putranya dalam perjalanan dengan helikopter militer.

"Fokus media selama berbulan-bulan pada pribadi saya hampir tidak memungkinkan pelaporan dan diskusi objektif tentang tentara, angkatan bersenjata, dan arah kebijakan keamanan bagi kepentingan warga Jerman," ungkap Lambrecht dalam pengumuman pengunduran dirinya seperti dikutip dari CNBC.

"Pekerjaan yang penting oleh para prajurit dan banyak orang dalam industri ini harus menjadi yang terdepan. Karena itu saya memutuskan untuk mundur," tambahnya. "Saya berterima kasih kepada semua orang yang melibatkan diri mereka demi keamanan kita setiap hari dan dengan tulus mendoakan yang terbaik untuk mereka di masa depan."


Tak Paham Perang?

Perjuangan Tentara Medis Militer Ukraina di Medan Pertempuran Melawan Rusia
Petugas medis militer membersihkan kendaraan setelah memberikan pertolongan pertama kepada tentara yang terluka dalam pertempuran dekat Kremenna di wilayah Luhansk, Ukraina, 16 Januari 2023. Hingga saat ini pejabat Ukraina menolak untuk mengonfirmasi jumlah korban dalam perangnya dengan Rusia, setelah ketua Komisi Uni Eropa pada akhir November 2022 lalu memperkirakan bahwa "lebih dari 20.000 warga sipil dan 100.000 tentara Ukraina telah tewas di Ukraina hingga saat ini." (AP Photo/LIBKOS)

Kontroversi terkait Lambrecht tidak berhenti sampai di situ saja. Belum lama ini, politikus senior Partai Demokrat Sosial Jerman itu dikritik habis-habisan menyusul video tahun barunya.

Dalam video itu, ia bicara soal Perang Ukraina, namun dengan latar belakang pesta kembang api. Suaranya bahkan sulit didengar jelas. Oposisi mengecam video tersebut, mencapnya tidak pantas dalam konteks perang.

Belum jelas siapa yang akan menggantikan Lambrecht.

Pengunduran diri Lambrecht terjadi beberapa hari sebelum rekannya sesama menteri pertahanan dari sekutu Barat Ukraina bertemu di pangkalan militer Amerika Serikat di Ramstein pada Jumat untuk membahas dukungan lebih lanjut bagi Kyiv.


Desakan untuk Membantu Ukraina

Perjuangan Tentara Medis Militer Ukraina di Medan Pertempuran Melawan Rusia
Petugas medis militer memasukkan jenazah tentara yang tewas dalam pertempuran ke dalam kantong plastik dekat Kremenna di wilayah Luhansk, Ukraina, 16 Januari 2023. Hingga saat ini pejabat Ukraina menolak untuk mengonfirmasi jumlah korban dalam perangnya dengan Rusia, setelah ketua Komisi Uni Eropa pada akhir November 2022 lalu memperkirakan bahwa "lebih dari 20.000 warga sipil dan 100.000 tentara Ukraina telah tewas di Ukraina hingga saat ini." (AP Photo/LIBKOS)

Pada Sabtu (14/1), Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyerukan agar sekutu Barat mengirimkan lebih banyak persenjataan berat. Dia menegaskan bahwa teror Rusia hanya bisa dihentikan di medan perang.

"Lantas apa yang dibutuhkan? Senjata-senjata yang ada di gudang sekutu kami," kata Zelensky.

Zelensky menyampaikan hal tersebut tidak lama setelah Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak berjanji akan mengirimkannya tank Challenger 2.

Polandia dan Finlandia juga telah mengisyaratkan kesediaan mereka untuk membantu Ukraina dengan mengirimkan tank Leopard 2 pabrikan Jerman.

Di lain sisi, komitmen negara-negara tersebut meningkatkan tekanan pada Kanselir Jerman Olaf Scholz dan pemerintahan koalisinya untuk mengirim tank Leopard 2.

Infografis Rusia Didepak dari Dewan HAM PBB
Infografis Rusia Didepak dari Dewan HAM PBB (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya