Liputan6.com, Roma - Sedikitnya 59 orang, termasuk seorang bayi, anak-anak, dan beberapa wanita, tewas setelah perahu kayu yang membawa migran hancur di bebatuan lepas pantai Calabria. Demikian disampaikan pihak berwenang Italia.
Cuaca buruk di bagian Laut Mediterania menghambat upaya pencarian dengan membuat medan puing semakin luas. Sementara itu, jumlah korban tewas diperkirakan meningkat.
Baca Juga
Tiga mayat pertama terdampar di pantai dekat Staccato di Cutro di Italia Selatan sekitar pukul 04.40 waktu setempat pada Minggu (26/2/2023).
Advertisement
Kapal itu meninggalkan Kota Izmir di Turki tiga atau empat hari lalu, dengan lebih dari 120 orang di dalamnya.
Brigade pemadam kebakaran Italia mengungkapkan, sekitar 80 orang diselamatkan setelah mencoba bertahan dengan berpegangan pada puing-puing kapal. Mereka yang selamat berasal dari Iran, Pakistan, dan Afghanistan.
Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni menyalahkan perdagangan manusia atas insiden tersebut.
"Memberangkatkan kapal sepanjang 20 meter dengan 200 orang di dalamnya adalah tindakan kriminal," katanya dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari CNN, Senin (27/2). "Tidak manusiawi menukar nyawa pria, wanita, dan anak-anak dengan harga tiket di bawah perspektif palsu tentang perjalanan yang aman."
Prioritas Sayap Kanan Italia
Menteri Dalam Negeri Italia Matteo Piantedosi menambahkan bahwa langkah-langkah baru harus dilakukan untuk mengurangi perjalanan berbahaya tersebut.
"Sangat penting melanjutkan setiap inisiatif yang memungkinkan untuk menghentikan keberangkatan dan mencegah penyeberangan dengan cara apa pun yang memanfaatkan fatamorgana ilusi dari kehidupan yang lebih baik," katanya dalam sebuah pernyataan.
Meloni menjadikan penghentian kapal migran sebagai prioritas dari pemerintahan sayap kanannya. Minggu ini parlemen menyetujui undang-undang baru yang mempersulit LSM untuk melakukan penyelamatan.
Di Kota Vatikan pada Minggu, Paus Fransiskus merespons insiden ini dengan mengatakan, "Saya berdoa untuk setiap dari mereka, untuk yang hilang dan untuk migran lain yang selamat. Saya berterima kasih kepada mereka yang membantu mereka dan mereka yang memberi mereka bantuan. Semoga Bunda Maria membantu saudara-saudari ini."
Catatan UNHCR menunjukkan bahwa 11.874 migran tiba di Italia pada tahun 2023 melalui laut, dengan 678 orang di antaranya mendarat di Calabria.
Namun biasanya, kedatangan berasal dari negara-negara Afrika, bukan dari Timur Tengah dan Asia, dengan mayoritas kapal berangkat dari Libya.
Hanya 8,3 pendatang pendatang berasal dari Pakistan, 6,7 persen dari Afghanistan dan 0,7 persen dari Iran. Sisanya terutama dari Afrika, dengan 17,3 persen kedatangan dari Pantai Gading saja, 13,1 persen dari Guinea. Negara-negara Afrika lainnya, termasuk negara-negara Afrika Utara, menempati sebagian besar sisanya.
Menurut inisiatif Proyek Migran Hilang dari Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM), rute Mediterania Tengah merupakan rute migran paling mematikan, di mana setidaknya 20.334 orang tewas sejak 2014.
Advertisement