Liputan6.com, London - Pihak Rusia kembali berkata siap melaksanakan dialog perdamaian dengan Ukraina. Syaratnya, pihak Rusia minta rakyatnya tidak diancam.
Hal itu diungkap oleh Duta Besar Rusia untuk Inggris, Andrei Kelin, dalam wawancara dengan BBC.
Baca Juga
Media pemerintah Rusia, TASS, mengambil bagian ketika Kelin menyebut negaranya siap berdamai dengan dua syarat penting.
Advertisement
"Bagi kami, ada dua hal penting. Tidak boleh ada ancaman dari Ukraina kepada Rusia. Itu satu hal. Dan kedua, bahwa rakyat Rusia di Ukraina akan diperlakukan seperti negara-negara lain di dunia. Seperti rakyat Prancis diperlakukan di Belgia, atau rakyat Italia dan Jerman diperlakukan di Swiss, tidak dengan berbeda," ujarnya seperti dikutip Rabu (31/5/2023).
Kelin bahkan berkata bisa "berdamai besok" apabila pihak Ukraina siap negosiasi. Namun, ia menuding pihak Ukraina ogah berdamai.
Sebelumnya, pemerintah Ukraina menegaskan baru mau berdamai jika Rusia angkat kaki dari wilayah-wilayah Ukraina yang mereka aneksasi, serta menyetop serangan terlebih dahulu.
"Jika Anak Anda Ikut Perang"
Wawancara lengkap antara Duta Besar Kelin dan BBC sebetulnya cukup panas. Pihak BBC mencoba melakukan cek fakta terhadap klaim-klaim Kelin.
Perang Rusia-Ukraina masih terus berlangsung sejak Februari 2022. Rusia masih belum dapat mengalahkan Ukraina meski ukuran Rusia lebih besar. Kelompok paramiliter Wagner juga terang-terangan mengkritik Rusia yang sejatinya mereka bela.
BBC juga menyorot kasus anak muda yang diharuskan ikut berperang, sehingga ibu mereka protes. Wartawan BBC lantas bertanya kepada Kelin soal tanggapan jika putranya juga diikutkan perang. Namun, Kelin mengelak dari pertanyaan tersebut.
"Ada ungkapan bagus dari Winston Churchill, 'ketika perang dimulai yang pertama kali dikorbankan adalah kebenaran'. Jadi kita punya narasi berbeda," kata Kelin tanpa memberikan jawaban pasti.
Ketika wartawan BBC berkata bahwa faktanya para ibu di Rusia protes, Kelin kembali mengelak dan menolak memberikan jawaban pasti. Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan mobilisasi untuk kepentingan perang melawan Ukraina. Kasus demo terjadi di beberapa daerah, dan banyak laki-laki Rusia yang dilaporkan pergi ke luar negeri.
Rusia Balas Kritik AS Tentang Penempatan Senjata Nuklir Dekat Ukraina, Sebut Washington Munafik
Rusia, pada Sabtu 27 Mei 2023, menepis kritik dari Presiden Amerika Serikat Joe Biden atas rencana Moskow untuk menempatkan senjata nuklir taktis di Belarus. Rusia mengatakan Washington D.C sejak beberapa dekade telah mengerahkan senjata nuklir semacam itu di Eropa.
Sebelumnya pada Kamis 25 Mei, Rusia tengah mendorong penyebaran pertama senjata nuklir taktis di luar perbatasannya sejak jatuhnya Uni Soviet tahun 1991.
Tujuannya: Belarus yang bertetangga dengan Rusia dan berbagi perbatasan dengan Ukraina. Presiden Belarus Alexander Lukashenko mengatakan senjata tersebut sudah bergerak dari Rusia ke negaranya.
Biden merespons pada Jumat 26 Mei bahwa dia memiliki reaksi "sangat negatif" terhadap laporan bahwa Rusia telah bergerak maju dengan rencana untuk menyebarkan senjata nuklir taktis di Belarus. Kementerian Luar Negeri AS mengecam rencana penyebaran nuklir Rusia.
Menanggapi pernyataan Amerika, Kedutaan Rusia di Washington DC mengatakan, "Adalah hak berdaulat Rusia dan Belarus untuk memastikan keamanan mereka dengan cara yang kami anggap perlu di tengah perang hibrida skala besar yang dilancarkan oleh Washington terhadap kami."
"Tindakan yang kami lakukan sepenuhnya konsisten dengan kewajiban hukum internasional kami."
Kedutaan Besar Rusia menyebut kecaman AS atas rencana pengerahan Moskow itu munafik, dengan mengatakan bahwa "sebelum menyalahkan orang lain, Washington perlu melakukan introspeksi," demikian seperti dikutip dari Al Arabiya (28/5).
Amerika Serikat mengatakan dunia menghadapi bahaya nuklir paling parah sejak Krisis Rudal Kuba 1962 karena pernyataan Presiden Vladimir Putin selama konflik Ukraina, tetapi Moskow mengatakan posisinya telah disalahtafsirkan.
Putin, yang menyebut perang Ukraina sebagai pertempuran untuk kelangsungan hidup Rusia melawan Barat yang agresif, telah berulang kali memperingatkan bahwa Rusia, yang memiliki lebih banyak senjata nuklir daripada negara lain mana pun, akan menggunakan segala cara untuk mempertahankan diri.
Senjata nuklir taktis digunakan untuk keuntungan taktis di medan perang. Tanpa menafikan dampak parah senjata nuklir, rudal taktis dianggap memiliki skala kerusakan kecil dibanding bom nuklir strategis.
Advertisement
China Klaim Akan Upayakan Solusi Perdamaian Rusia - Ukraina
China akan melakukan upaya konkret untuk solusi politik bagi krisis Ukraina, kata Kementerian Luar Negeri China mengutip utusan khusus Tiongkok untuk krisis Rusia-Ukraina, Li Hui pada Sabtu 27 Mei 2023.
Tiongkok selalu berpegang pada posisi yang obyektif dan adil di Ukraina, membujuk perdamaian dan mempromosikan dialog, kata Li seperti dikutip Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov di Moskow.
Kunjungan Li ke ibu kota Rusia terjadi setelah perjalanan ke Ukraina dan beberapa negara Eropa, Bloomberg mewartakan sebagaimana dikutip dari The Straits Times (27/5).
Pemimpin China Xi Jinping berusaha meningkatkan keterlibatan diplomatik Beijing untuk mencoba menghentikan pertempuran.
Li juga bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Kiev pekan lalu, menurut siaran pers oleh Kementerian Luar Negeri di Beijing.
Ukraina tidak mengakui bahwa pembicaraan itu terjadi, namun, Kiev mencatat adanya serangkaian pertemuan antara Li dan para pejabat di Kiev.