Bunuh 9 Relawan Gaza, Israel Akhirnya Minta Maaf ke Turki

Senin 21 Mei 2010 lalu, pasukan Israel menyerang konvoi bantuan kemanusiaan, Freedom Flotilla Gaza.

oleh Liputan6 diperbarui 23 Mar 2013, 14:10 WIB
Diterbitkan 23 Mar 2013, 14:10 WIB
netanyahu-130323b.jpg
Mei 2010 lalu, pasukan Israel menyerang konvoi bantuan kemanusiaan, Freedom Flotilla Gaza. Tepatnya di atas Kapal Mavi Marmara milik Turki. Sembilan orang tewas dalam inside itu.

Kini, tiga tahun berlalu, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu akhirnya minta maaf ke Turki. "Atas setiap kesalahan yang menyebabkan jatuhnya korban jiwa.

Netanyahu bahkan menjalin kesepakatan dengan PM Turki, Recep Tayyip Erdogan untuk memberikan kompensasi pada keluarga korban. Sebelumnya, Netanyahu hanya menyatakan penyesalan atas jatuhnya insiden mematikan itu. Tak pernah minta maaf.

Kesepakatan tersebut ditengahi oleh Presiden Amerika Serikat, Barack Obama selama kunjungannya ke Israel.

Sementara kantor PM Erdogan mengatakan menerima permohonan maaf itu. "Atas nama rakyat Turki."

Sebelumnya, Erdogan selalu mensyaratkan dua hal untuk memulihkan hubungan bilateral dengan Israel: permintaan maaf dan kompensasi bagi keluarga korban.

Israel Berdalih

Meski mengakui kesalahan dalam kegiatan pengumpulan bahan intelijen dan perencanaan, Israel masih bersikukuh pasukannya menggunakan senjata karena para aktivis menyerang duluan -- saat kapal berada di wilayah laut internasional.

Insiden itu menimbulkan kecaman internasional dan menyebabkan hubungan antara Turki dan Israel makin memburuk.

Sebelum berangkat ke Yordania pada hari Jumat sore, Obama mengungkapkan bahwa Netanyahu dan Erdogan telah berbicara melalui telepon.

"Amerika Serikat sangat menghargai kemitraan yang erat dengan Turki dan Israel, dan kami sangat mementingkan pemulihan hubungan positif antara keduanya dalam rangka untuk memajukan perdamaian dan keamanan regional," kata Obama dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Gedung Putih, seperti dimuat BBC.

Namun, tak semua mendukung langkah itu. Mantan Menteri Luar Negeri Israel Avigdor Lieberman menyebut keputusan untuk meminta maaf sebuah "kesalahan serius", demikian dimuat situs berita Israel, Walla. (Ein)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya