Prophet Song: Novel tentang Rezim Totaliter Menangkan Booker Prize 2023

Prophet Song karya Paul Lynch meraih penghargaan sastra bergengsi Booker Prize.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 29 Nov 2023, 21:41 WIB
Diterbitkan 29 Nov 2023, 21:30 WIB
Novel Prophet Song karya Paul Lynch.
Novel Prophet Song karya Paul Lynch. Dok: The Booker Prizes @thebookerprizes

Liputan6.com, London - Novel Prophet Song karya Paul Lynch berhasil memenani penghargaan sastra internasional Booker Prize 2023. Paul Lynch merupakan novelis dari Irlandia

Karya Paul Lynch ini berkisah tentang sebuah keluarga dari anggota serikat buruh yang menghadapi polisi rahasia di rezim yang semakin totaliter. 

Menurut situs resmi Book Prize, Paul Lynch merupakan penulis Irlandia kelima yang berhasil menang penghargaan ini.

Novel bergenre fiksi politik ini dinilai juri pihak Booker Prize sebagai karya yang "menyayat jiwa" dan merupakan "peringatan".

"Dengan kejelasan yang luar biasa, Prophet Song menangkap kecemasan sosial dan politik pada momen kita saat ini," ujar Esi Edugyan, Kepala Juri Booker Prize 2023, dikutip Selasa (28/11/2023).

Lynch dipuji memiliki "hati seorang penyair" dan berhasil menggunakan "repetisi dan motif berulang untuk menciptakan pengalaman membaca yang viskeral".

Pemenang Booker Prize mendapatkan hadiah sebesar 50 ribu pound sterling dan Piala Iris.

Booker Prize awalnya hanya untuk negara-negara Persemakmuran Britania, tapi kini terbuka untuk berbagai negara. 

Novel bisa masuk nominasi Booker Prize melalui pihak pihak penerbit, bukan penulisnya. Selanjutnya, pihak Booker Prize merilis daftar panjang (longlist), kemudian daftar pendek (shortlist). 

Berhasil tembus daftar pendek Booker juga merupakan hal yang bergengsi untuk ditampilkan di sampul novel. 

Daftar novel yang masuk shortlist tahun ini adalah Study for Obedience (Sarah Bernstein), The Other Eden (Paul Hadring), Western Lane (Chetna Maroo), If I Survive You (Jonathan Escoffery), dan The Bee Sting (Paul Murray).

Minat Baca Anak Indonesia Tinggi tapi Tingkat Literasi Masih Rendah, di Mana Masalahnya?

Ilustrasi perpustakaan, membaca buku bersama, cerpen
Ilustrasi perpustakaan, membaca buku bersama, cerpen. (Photo Copyright by Freepik)

Sebelumnya dilaporkan: 

Data Hasil Asesmen Nasional (AN) pada 2021 menemukan fakta bahwa satu dari dua peserta didik jenjang SD sampai SMA belum mencapai kompetensi minimum literasi. Padahal, siswa perlu menguasai kemampuan dasar ini sebelum belajar konsep pemahaman yang lebih tinggi.

Selain itu, survei terbaru Bank Dunia pada 2022 menunjukkan hasil yang sama, yakni 51 persen anak-anak Indonesia dikatakan kompetensinya masih sangat rendah, belum mampu secara literal, dan juga secara numeral dalam hal literasi.

"Artinya anak-anak ini belum bisa memahami teks tersirat dan tersurat. Lebih dari 50 persennya belum mampu memahami bacaan," ungkap Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Aminudin Aziz saat penyerahan bantuan buku di SDN 018 Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Senin, 27 November 2023.

Aminudin mengatakan, dengan melihat fakta itu, ia bersama timnya pun menyurvei kecil-kecilan dan menemukan bahwa minat baca anak-anak justru tinggi. "Namun yang menjadi persoalan bahan yang menarik untuk dibaca murid-murid tidak ada," sambungnya.

Ia kemudian sempat dimintai pendapat oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim hingga mengumpulkan para penggerak literasi untuk merevolusi penyusunan buku bacaan berdasarkan perspektif yang menarik dan sesuai kebutuhan anak untuk meningkatkan literasi siswa.

Pada 2022, lebih dari 15 juta eksemplar buku bacaan bermutu disalurkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) ke lebih dari 20.000 PAUD dan SD yang paling membutuhkan di Indonesia, disertai pelatihan dan pendampingan guru untuk membantu sekolah memanfaatkan buku-buku yang diterima. 

Menyoroti Pembangunan Perpustakaan di Daerah

Ilustrasi Perpustakaan (AFP Photo)
Ilustrasi Perpustakaan (AFP Photo)

Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) Muhammad Syarif Bando menyatakan realisasi anggaran Perpusnas tahun anggaran 2023 sudah mencapai mencapai 88,22 persen atau sebesar Rp630,125 miliar dari total anggaran Rp714,275 miliar.

Angka ini berlaku hingga 14 November 2023. Adapun realisasi program prioritas nasional sudah mencapai 91,04 persen atau sebesar Rp335,235 miliar.

"Meskipun target awal adalah 90 persen, namun demikian, anggaran yang tersisa akan dipercepat untuk mencapai target tersebut. Kami akan berusaha semaksimal mungkin akan merealisasikan sampai tanggal 15 Desember 2023,” katanya dalam rapat dengar pendapat Komisi X DPR RI dengan Perpusnas di Jakarta, pada Rabu (15/11/2023).

Adapun realisasi program prioritas nasional sudah mencapai 91,04 persen atau sebesar Rp335,235 miliar. Sedangkan progres program dana alokasi khusus (DAK) subbidang perpustakaan tahun 2023 dengan jumlah kontrak Rp509,54 miliar atau 97,05 persen dan salur senilai Rp392,607 miliar atau 74,78 persen dari pagu Rp525 miliar.

"Memang daya serap masih 74 persen, tetapi rata-rata sudah masuk kontrak. Bukti fisik realisasi lapangan juga sudah mulai terlihat pembangunannya," jelasnya.

Menanggapi hal tersebut, anggota Komisi X Andreas Hugo Pareira mengatakan pelaksanaan pembangunan perpustakaan di daerah merupakan suatu kebanggaan, terutama di daerah dan menjadi suatu ikon di wilayah tersebut. Namun, dirinya melihat bahwa dalam pelaksanaannya, ada kendala yang dihadapi oleh kepala daerah ketika mengusulkan dan merencanakan pembangunan perpustakaan.

"Kami di Komisi X sangat berminat untuk mengetahui data lebih lanjut terkait kendala-kendala tersebut. Data ini sangat penting agar kami dapat memahami dengan lebih jelas di mana persoalan-persoalan tersebut muncul," ungkap legislator dari fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini.

Anggaran Literasi

Perpustakaan Nasional RI
Siswa Sekolah Dasar (SD) membaca buku di ruang baca Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Jakarta, Selasa (18/2/2020). Selain megah dan memiliki koleksi lengkap, Perpusnas juga menyediakan ruangan perpustakaan untuk anak-anak, layanan untuk penyandang disabilitas dan lansia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Dengan data tersebut, pihaknya dapat lebih fokus dalam memberikan bantuan dan mencari solusi untuk kendala yang dihadapi.

“Kami ingin memastikan bahwa pembangunan perpustakaan di setiap daerah berjalan lancar dan memberikan dampak positif bagi masyarakat," lanjutnya.

Sementara itu, anggota Komisi X DPR RI Muhammad Nur Purnamasidi menyoroti meski telah banyak pembicaraan dan penekanan terkait literasi, namun output yang dihasilkan masih belum memenuhi harapan. Legislator fraksi Partai Golongan Karya ini berharap anggaran yang dialokasikan untuk literasi dapat ditingkatkan.

"Pada saat di rapat banggar, saya sering mengingatkan tentang narasi pentingnya literasi. Ini bukan hanya di rapat, tetapi juga di berbagai kesempatan. Namun, belum ada perubahan signifikan. Kami berharap anggaran di tingkat nasional setidaknya dapat meningkat satu digit, yang sampai sekarang belum terpenuhi," tambah pria yang juga anggota Badan Anggaran (Banggar) DPR RI ini.

Pihaknya juga mendorong agar Perpusnas dapat melakukan evaluasi kinerja perpustakaan di daerah. "Saya berharap dapat dipertimbangkan pelibatan pihak ketiga dalam mengukur kinerja perpustakaan. Ini bisa menjadi bahan evaluasi yang lebih baik untuk memastikan bahwa investasi besar ini benar-benar mencapai tujuannya," katanya.

Hal senada diungkapkan legislator fraksi Partai Nasdem Ratih Megasari Singkarru yang menyatakan pentingnya investasi jangka panjang dalam pembangunan perpustakaan.

Dia berharap agar kepala daerah di berbagai provinsi menyadari bahwa pembangunan perpustakaan bukan hanya investasi fisik, tetapi juga investasi dalam literasi dan minat baca anak.

"Kami selalu menyampaikan bahwa pembangunan perpustakaan itu adalah investasi jangka panjang. Ini bukan hanya soal fisik, tapi juga literasi dan minat baca anak-anak. Harapannya, kepala daerah dapat memahami hal ini," tegasnya.

Infografis Journal
Infografis Journal Apa Kabar Perpustakaan Keliling? Pandai Membaca tapi Literasi Rendah (Abdillah/Liputan6.com)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya