Badai Tropis Jelawat di Pulau Mindanao Filipina Picu Banjir dan Pemadaman Listrik, 11.729 Orang Dievakuasi

Seorang pria dilaporkan hilang dan ribuan orang di Filipina berlindung di pusat-pusat evakuasi pada 18 Desember 2023, akibat badai tropis Jelawat melanda pulau besar di selatan Mindanao.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 18 Des 2023, 16:20 WIB
Diterbitkan 18 Des 2023, 16:20 WIB
Ilustrasi bendera Filipina. (Unsplash/CvE)
Ilustrasi Badai Tropis Jelawat atau Badai Tropis Kabayan melanda Filipina. (Unsplash/CvE)

Liputan6.com, Mindanao - Badai Tropis Jelawat melanda pulau besar di selatan Mindanao, Filipina. Hal itu menyebabkan banjir besar dan pemadaman listrik.

Seorang pria dilaporkan hilang dan ribuan orang di Filipina berlindung di pusat-pusat evakuasi pada 18 Desember 2023, demikian seperti mengutip The Straits Times. 

Badai melemah saat melanda Mindanao setelah mencapai daratan pada Senin pagi hari, namun layanan cuaca negara bagian mengatakan ancaman banjir dan tanah longsor masih ada.

Polisi di Kotamadya Manay, tempat Badai Tropis Jelawat mendarat, melaporkan satu orang hilang di Sungai Casaoman yang meluap dan membelah kota pesisir berpenduduk sekitar 40.000 orang itu.

"Seorang warga setempat mengabaikan peringatan dan pergi mengumpulkan kelapa yang mengapung di sungai. Diduga dia hanyut," kata penjabat kepala polisi Manay Mayor Meliton Sango.

Dua wilayah di Manay melaporkan air banjir setinggi lutut saat sungai meluap, kata petugas tersebut kepada AFP melalui telepon.

Kantor pertahanan sipil di Manila melaporkan dua rumah rusak di Cortes, kota lain di pantai timur Mindanao, serta pemadaman listrik di tiga kota lainnya.

Sebanyak 11.729 warga dievakuasi dari pantai timur dan utara Mindanao menjelang pendaratan Badai Tropis Jelawat sebagai tindakan pencegahan. Mereka disarankan oleh pihak berwenang untuk tetap berada di tempat penampungan darurat untuk saat ini.

Badai Bergeser ke Selatan

Ilustrasi Bendera Filipina (Wikipedia.org)
Ilustrasi Badai Tropis Jelawat atau Badai Tropis Kabayab melanda Filipina (Wikipedia.org)

Mengutip Rappler, Badai Tropis Jelawat yang juga dikenal dengan nama Kabayan membawa hujan deras ke beberapa bagian Mindanao dan Visayas bahkan sebelum diperkirakan terjadi pada Senin, 18 Desember.

Hingga pukul 4 pagi pada hari Senin, Kabayan sudah berada di atas perairan pesisir Caraga, Davao Oriental, bergerak ke barat laut dengan kecepatan 15 kilometer per jam (km/jam).

Badai itu terus memiliki kecepatan angin maksimum 65 km/jam dan embusan hingga 80 km/jam.

Philippine Atmospheric, Geophysical, and Astronomical Services Administration (PAGASA)atau Administrasi Layanan Atmosfer, Geofisika, dan Astronomi Filipina mengatakan dalam pengarahan pada pukul 5 pagi hari Senin bahwa mereka mengamati "pergeseran ke selatan" dalam jalur badai tropis tersebut.

Badai Tropis Franklin Hantam Haiti dan Republik Dominika, Picu Ancaman Tanah Longsor serta Banjir Mematikan

Badai Tropis Franklin
Seorang pria mengambil foto dengan ponselnya saat ombak akibat Badai Tropis Franklin pecah di tembok laut di Santo Domingo, Republik Dominika, Selasa, 22 Agustus 2023. (AP Photo/Ricardo Hernandez)

Sebelumnya badai tropis melanda Dominika.

Badai Tropis Franklin bergerak menuju pulau yang berbatasan dengan Haiti dan Republik Dominika pada Rabu 23 Agustus 2023 pagi, khawatir akan memicu banjir dan tanah longsor mematikan di kedua negara tersebut. 

Dilansir AP News, Badai Franklin diperkirakan akan berputar-putar di atas pulau hampir sepanjang hari. Badan ramalan cuaca juga memperingatkan bahwa badai tersebut dapat menyebabkan curah hujan hingga 25 cm, dengan maksimum 38 cm di daerah terpencil.

Pada Selasa (22/8) malam, badai tersebut terletak sejauh 280 kilometer arah barat daya dari Santo Domingo, ibu kota Republik Dominika, kata Pusat Badai Nasional di Miami. Sementara itu, kecepatan angin maksimumnya tercatat mencapai 40 mph. 

Para pejabat setempat juga telah menutup sekolah, lembaga pemerintah dan sejumlah bandara. Sebanyak 24 dari 31 provinsi di negara tersebut juga berstatus siaga merah. 

Kondisi parah juga dikhawatirkan terjadi di Haiti, mengingat bahwa negara tersebut rentan terhadap bencana banjir karena erosi yang parah. 

Perdana Menteri Haiti Ariel Henry telah mendesak warganya untuk melakukan berbagai persiapan menghadapi bencana, termasuk menyimpan air, makanan dan obat-obatan. Kondisi ini diperparah karena ada sekitar 200.000 warga Haiti yang saat ini mengungsi akibat aksi kekerasan kelompok, dengan beberapa di antaranya tinggal di jalanan atau di tempat penampungan sementara.

Selengkapnya di sini...

Badai Freddy Tewaskan 379 Orang di Afrika Tenggara

Diterjang Topan Freddy, Lebih dari 100 Orang Tewas di Malawi dan Mozambik
Jalan yang runtuh akibat banjir akibat hujan lebat menyusul topan Freddy di Blantyre, Malawi, pada 13 Maret 2013. Freddy, di jalur untuk menjadi badai terlama dalam catatan, meluncur melalui Afrika selatan pada akhir pekan untuk kedua kalinya dalam beberapa minggu, kembali setelah pukulan pertama pada akhir Februari. (AFP/Amos Gumulira)

Sementara itu, Badai Freddy yang melanda negara-negara Afrika tenggara telah merenggut nyawa lebih dari 350 orang. Puluhan ribu orang juga harus mengungsi. Madagaskar, Mozambik, dan Malawi sangat terdampak badai ini.

Menurut laporan VOA News, Jumat (17/3/2023), korban meninggal di Malawi setidaknya mencapai 326 orang, sementara korban di Mozambik mencapai 53 orang. Total korban meninggal dikhawatirkan masih bisa bertambah, terutama di Mozambik.

Presiden Malawi Lazarus Chakwera sudah menetapkan badai yang terjadi sebagai tragedi nasional, serta meminta bantuan internasional. Chakwera turut mendeklarasikan periode duka nasional selama 14 hari.

Durasi badai Freddy yang panjang membuat kehancuran makin parah. Di Malawi, badai itu dilaporkan sudah reda pada Rabu (15/3).

World Meteorological Organization (WMO) menyebut badai itu awalnya terbentuk pada 6 Februari 2023 di Samudra Hindia, kemudian mencapai daratan Madagaskar pada 21 Februari, kemudian mencapai Mozambik pada 24 Februari.

Menurut laporan Africa News pada awal Maret 2023, ada setidaknya 15 orang meninggal karena badai Freddy di Madagaskar.

Meski Freddy tak lagi dikategorikan sebagai badai tropis, sisa dari badai tersebut masuk menyebabkan hujan ke kawasan, sehingga memicu ancaman banjir dan longsor.

Pecahkan Rekor

WMO menyebut badai Freddy sempat kembali ke Samudra Hindia, sehingga mendapat kekuatannya di perairan yang hangat. Kemudian, badai itu kembali lagi ke daratan dengan kekuatan lebih besar.

Angin dari badai itu sempat mencapai 200 kilometer per jam.

NASA menyebut Freddy mencetak rekor karena memiliki akumulasi energy cyclone yang tertinggi di belahan bumi selatan. WMO juga masih meneliti apakah durasi Freddy merupakan yang terlama bagi cyclone tropis. Rekor sejauh ini dipegang topan John pada 1994.

Infografis Isi Tas Siaga Covid-19 Saat Siswa Ikut PTM Terbatas. (Liputan6.com/Niman)
Infografis Isi Tas Siaga Covid-19 Saat Siswa Ikut PTM Terbatas. (Liputan6.com/Niman)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya