Militer Israel Klaim Temukan Terowongan dari Rumah Para Pemimpin Hamas di Gaza, Ada Elevator 20 Meter di Bawah Tanah

Terowongan dari rumah para pemimpin Hamas ditemukan di bawah Kota Gaza, kata militer Israel

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 21 Des 2023, 13:03 WIB
Diterbitkan 21 Des 2023, 13:03 WIB
Operasi Militer Israel di Tepi Barat
Ilustrasi tentara Israel. (AP Photo/Majdi Mohammed)

Liputan6.com, Gaza - Israel mengklaim menemukan terowongan yang terhubung dengan rumah para pemimpin Hamas.

"Pasukan Israel menemukan jaringan terowongan yang membentang jauh di bawah pusat Kota Gaza dari properti yang didaftarkan ke Yahya Sinwar dan anggota senior Hamas lainnya dalam serangan 7 Oktober terhadap Israel, kata militer pada 20 Desember 2023 seperti dikutip dari The Straits Times,  Kamis (23/12/2023).

"Terowongan itu ditemukan ketika tentara mengamankan kawasan pusat kota dalam beberapa hari terakhir," ujar juru bicara Peter Lerner kepada wartawan.

Diakses melalui tangga spiral dan elevator (lift) hingga 20 meter di bawah tanah, terowongan tersebut dilengkapi dengan listrik, pipa ledeng, kamera pengintai, dan pintu anti ledakan yang kuat," menurut gambar yang dibagikan militer kepada wartawan.

"Kompleks ini, baik di atas maupun di bawah tanah, merupakan pusat kekuatan sayap militer dan politik Hamas," kata Letnan Kolonel Lerner.

Reuters tidak dapat memverifikasi secara independen informasi yang diberikan.

Terowongan itu disebut digunakan oleh pejabat senior Hamas termasuk Sinwar, Ismail Haniyeh dan Muhammad Deif untuk mengarahkan operasi dan "melindungi pergerakan harian" melalui jantung Kota Gaza, kata militer Israel dalam sebuah pernyataan.

Israel menuduh kelompok militan tersebut sengaja menempatkan terowongan dan infrastruktur militer lainnya di antara warga sipil yang mereka gunakan sebagai perisai manusia.

Hamas, yang menolak tuduhan tersebut, tidak segera menanggapi permintaan komentar.

 

Israel Buru Sinwar dan Deif dari Hamas di Gaza

IDF Klaim Temukan Terowongan Terbesar Hamas di Area Perbatasan Israel-Gaza
IDF Klaim Temukan Terowongan Terbesar Hamas di Area Perbatasan Israel-Gaza

 

Sinwar dan Deif diyakini sebagai dalang di balik serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober yang menewaskan 1.200 orang, dan memicu serangan balasan Israel di Gaza yang telah menewaskan sekitar 20.000 orang dan memaksa sebagian besar dari 2,3 juta penduduk meninggalkan rumah mereka.

Israel mempunyai tujuan untuk menghancurkan Hamas dan menyelamatkan lebih dari 130 orang yang masih disandera oleh militan Islam Palestina.

Israel belum menemukan pemimpinnya, meski sudah menguasai beberapa wilayah Gaza. Kampanye udara dan darat Israel yang intens telah melukai lebih dari 50.000 orang dan menghancurkan sebagian besar wilayah pesisir tersebut.

Adapun Hamas telah lama membanggakan bahwa jaringan terowongannya memiliki panjang ratusan kilometer. Beberapa lubang memiliki kedalaman hingga 80 meter dan digambarkan oleh seorang sandera yang dibebaskan sebagai "jaring laba-laba".

Terowongan kelompok tersebut di bawah garis pantai berpasir seluas 360 km persegi dan perbatasannya mencakup lubang penyerangan, penyelundupan, penyimpanan dan operasional, kata sumber-sumber Barat dan Timur Tengah yang mengetahui masalah tersebut.

Awal pekan ini, Israel mengatakan pihaknya menemukan terowongan beton dan besi yang sangat besar yang dirancang untuk membawa muatan mobil pejuang militan dari Gaza sampai ke perbatasan.

Menanti Gencatan Senjata Kedua, Hamas: Jumlah yang Terbunuh Serangan Israel di Gaza Melampaui 20.000 Orang

Warga Palestina menenangkan seseorang yang kehilangan rumah akibat serangan Israel. (AP)
Warga Palestina menenangkan seseorang yang kehilangan rumah akibat serangan Israel. (AP)

Jumlah orang yang terbunuh akibat serangan Israel di Gaza telah melampaui 20.000 orang, kata pemerintah Hamas melalui aplikasi pesan Telegram, seperti dikutip dari ITV.com, Kamis (21/12/2023).

Sekitar 1,9 juta orang, atau 85% dari populasi, diyakini terpaksa meninggalkan rumah mereka akibat pertempuran tersebut, sementara setengah dari penduduk Gaza diperkirakan kelaparan, menurut Program Pangan Dunia PBB.

Sementara itu pemimpin Hamas Ismail Haniyeh berada di Kairo, Mesir, membahas konflik di Gaza. Kemungkinan gencatan senjata kedua dan pertukaran sandera lebih lanjut diperkirakan akan terjadi.

Kunjungan Haniyeh ke Kairo terjadi hanya sehari setelah Hamas menembakkan roket yang memicu sirene serangan udara di Israel tengah.

Tindakan tersebut diyakini merupakan unjuk kekuatan kelompok teroris tersebut, dalam perang 10 minggu yang telah menghancurkan sebagian besar wilayah utara Gaza.

Terdapat konsensus global bahwa pertempuran harus dihentikan, namun Amerika Serikat memveto proposal resolusi sebelumnya sementara Inggris memilih untuk abstain.

Uni Emirat Arab mengajukan resolusi yang saat ini sedang dibahas, yang dikatakan akan mengupayakan "penghentian permusuhan yang mendesak dan berkelanjutan."

Angka korban jiwa pada hari Rabu (20/12) diumumkan oleh kantor media pemerintah, sementara jumlah korban tewas sebelumnya berasal dari kementerian kesehatan yang dikelola Hamas di wilayah tersebut.

Pembicaraan dijadwalkan pada hari Selasa tetapi kemudian ditunda hingga Rabu karena latar belakang negosiasi yang sedang berlangsung.

Belakangan, pemungutan suara mengenai resolusi yang disponsori Arab, yang pertama kali ditunda pada Senin ((18/12), diketahui diundur hingga Kamis (21/12) pagi, ketika anggota dewan keamanan melanjutkan negosiasi intens untuk menghindari veto lagi oleh Amerika Serikat.

Adapun Mesir dan Qatar telah menjadi mediator utama antara pasukan Hamas dan Israel sejak kelompok militan tersebut mengamuk di Israel selatan pada tanggal 7 Oktober, yang memicu perang saat ini, dan perundingan tidak langsung baru-baru ini diluncurkan kembali.

Gencatan senjata sebelumnya diperpanjang hingga total tujuh hari, di mana Hamas membebaskan 110 orang dari Gaza, dan 240 warga Palestina dibebaskan dari penjara Israel.

Hamas Dinilai Solid Secara Finansial, Mampu Bertahan dalam Perang Melawan Israel

Korban Perang Palestina
Sebanyak 310 petugas medis, 35 personel pertahanan sipil dan 97 jurnalis tewas dalam serangan Israel, imbuh kantor tersebut. (AP Photo/Fatima Shbair)

Hamas telah menjadi fokus serangan Israel yang belum kunjung henti di Jalur Gaza. Dengan sumber keuangan yang dinilai tangguh dan beragam, Hamas diperkirakan akan memiliki dana perang yang signifikan sekalipun konflik berkepanjangan.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah bersumpah memusnahkan Hamas pasca serangan kelompok itu pada 7 Oktober yang diklaim Israel menewaskan setidaknya 1.139 orang dan menyandera sekitar 250 orang.

Melalui kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran hingga akhir November, sejumlah sandera berhasil ditukarkan dengan tahanan Palestina hingga kini dilaporkan tersisa 129 sandera.

Otoritas kesehatan Jalur Gaza menyatakan serangan Israel menewaskan sebagian besar korban perempuan dan anak-anak.

Sementara Israel mengejar tujuan militernya, melemahkan aliran pendapatan Hamas diyakini juga akan menjadi tugas yang berat.

"Hamas solid secara finansial," kata presiden kelompok Insight Threat Intelligence asal Kanada Jessica Davis kepada AFP seperti dilansir Al Arabiya, Senin (18/12/2023).

"Dalam dekade terakhir atau bahkan lebih lama lagi, mereka telah menciptakan jaringan keuangan yang tangguh."

Jessica menuturkan bahwa kelompok tersebut telah membangun investasi dan sumber pendapatan di banyak negara tanpa mengalami gangguan. Menurutnya, sumber-sumber pendapatan Hamas tersebut mencakup usaha kecil dan real estate di negara-negara seperti Turki, Sudan, dan Aljazair.

Hamas disebut juga bergantung pada jaringan donasi informal.

"Mereka sangat baik dalam mengembangkan dan mengoperasikan sistem penukaran uang yang sangat kompleks," kata pakar ekonomi Palestina dari Israel Yitzhak Gal, merujuk pertukaran yang dilakukan melalui Turki, Uni Emirat Arab, Eropa, dan bahkan Amerika Serikat (AS).

Jumlah pendonor Hamas pun belum tentu berkurang pasca 7 Oktober.

"Meskipun melakukan kekejaman, Hamas tampaknya telah mendapatkan dukungan dari segmen populasi tertentu secara internasional sebagai pelopor perlawanan," jelas Lucas Webber, salah satu pendiri situs spesialis Militant Wire. 

Infografis Keprihatinan Serangan Militer Israel di Gaza Selatan
Infografis Keprihatinan Serangan Militer Israel di Gaza Selatan (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya