Anggota Parlemen Israel Bertemu Bahas soal Pembangunan Permukiman Yahudi di Jalur Gaza

Ketua dewan, rabi, dan tokoh masyarakat juga menghadiri pertemuan yang disebut media Israel berlangsung pada 4 Januari 2024.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 09 Jan 2024, 20:10 WIB
Diterbitkan 09 Jan 2024, 20:10 WIB
Warga Palestina Berbondong-bondong Masuki Gaza Selatan
Serangan udara dan darat Israel yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Hamas telah membuat sekitar 85 persen dari 2,3 juta penduduk Jalur Gaza mengungsi. (AP Photo/Hatem Ali)

Liputan6.com, Tel Aviv - Media Israel melaporkan bahwa anggota parlemen Israel (Knesset) bertemu pada 4 Januari 2024 untuk membahas seperti apa masa depan Jalur Gaza pasca perang Hamas Vs Israel dan menyerukan perekrutan pemukim yang bersedia pindah ke sana.

Ketua dewan, rabi, dan tokoh masyarakat juga menghadiri pertemuan tersebut.

Menurut Israel News12, gerakan Nachala, yang bertanggung jawab mengorganisir pemukim untuk membentuk permukiman di wilayah baru, akan bertemu pada 28 Januari di markas besar mereka di Yerusalem untuk membahas masalah ini lebih lanjut.

Pertemuan tersebut diselenggarakan di tengah tanda-tanda mengkhawatirkan mengenai fase perang selanjutnya dan seruan untuk permukiman di Jalur Gaza.

Nachala menyatakan bahwa ada peningkatan permintaan untuk permukiman baru di Jalur Gaza dan ribuan orang telah meminta untuk menjadi bagian dari itu. Dalam pertemuan pada 28 Januari, peta dan tahapan permukiman yang diusulkan untuk dibangun di Gaza diduga kuat akan dipresentasikan.

Gerakan Nachala juga menambahkan bahwa pada konferensi-konferensi sebelumnya juga telah hadir anggota Knesset yang mendukung proses tersebut, termasuk Tali Gottlieb, Ariel Kellner, dan Limor Son Har Melech.

Ketua Gerakan Nachala Daniela Weiss seperti dilansir Middle East Eye, Selasa (9/1) mengatakan, "Setelah pembantaian mengerikan pada 7 Oktober (serangan Hamas), setiap hari kita mendengar lebih banyak menteri dan anggota Knesset yang memahami bahwa hanya ada satu pilihan untuk mengakhiri pertempuran dengan musuh di Gaza – yaitu mengembalikan tanah itu kepada rakyat Israel dan menempatkan orang-orang Yahudi di Gaza."

Weiss juga menuturkan kepada media Israel bahwa mereka harus memiliki tujuan selain perang, menghancurkan Hamas, dan memulangkan para sandera, yaitu menjadikan seluruh Jalur Gaza sebagai tempat bagi komunitas baru Israel.

"Sekitar dua juta orang Arab masih tersisa di Gaza dan mereka tidak akan tinggal di sana. Mereka akan pindah ke negara lain. Mereka kehilangan alasan untuk tinggal di sana," tambahnya.

Weiss mengaku dia telah merencanakan dua pertemuan dengan para pemimpin dari 15 organisasi berbeda untuk merencanakan permukiman kembali di Jalur Gaza.

"Israel harus menciptakan masalah bagi negara-negara Arab, sampai pada titik di mana Mesir, Yordania, dan Turki terpaksa menerima mereka sebagai pengungsi seperti yang mereka lakukan dari Suriah. Kita tidak boleh menawarkan apa pun kepada mereka untuk pergi. Saya tidak fokus pada apa yang terbaik bagi mereka, tapi tentang apa yang terbaik bagi Israel," ujarnya.

2 Menteri Israel Dukung Pembangunan Permukiman Yahudi di Gaza

Warga Gaza Mengungsi
Seorang wanita membawa bendera putih untuk mencegah penembakan saat warga Palestina meninggalkan Kota Gaza ke Jalur Gaza selatan di Jalan Salah al-Din, Bureij, Selasa (7/11/2023). (AP Photo/Mohammed Dahman)

Pekan lalu, para menteri sayap kanan Israel terang-terangan menyerukan "permukiman kembali di Gaza".

Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir dan Menteri Keuangan Bezalel Smotrich mengatakan mereka "mendorong" migrasi warga Palestina dari Gaza, memandangnya sebagai solusi perang.

Ben Gvir menambahkan bahwa dia percaya itu adalah solusi yang benar, adil, bermoral, dan manusiawi.

"Saya tidak mengesampingkan pemukiman Yahudi di sana, saya yakin ini juga merupakan hal yang penting," ujarnya.

Dia menambahkan, "Israel akan secara permanen menguasai wilayah Jalur Gaza, termasuk melalui pembangunan permukiman."

AS Menentang Gagasan Menteri Israel untuk Kuasai Gaza

Jalur Gaza
Warga Palestina yang mengungsi akibat pemboman Israel di Jalur Gaza berkumpul di sebuah kamp tenda di Rafah, Jalur Gaza selatan, Senin (4/12/2023). Ratusan ribu warga Palestina telah meninggalkan rumah mereka ketika Israel melancarkan serangan darat terhadap kelompok militan Hamas yang berkuasa. (AP Photo/Fatima Shbair)

Sehari setelah komentar menteri Israel tersebut dilontarkan, Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat (Kemlu AS) menyebut retorika itu menghasut dan tidak bertanggung jawab.

Kemlu AS menegaskan, "Pernyataan seperti itu (harus) segera dihentikan dan bahwa kami sudah jelas, konsisten, dan tegas bahwa Gaza adalah tanah Palestina dan akan tetap menjadi tanah Palestina, dengan Hamas tidak lagi mengendalikan masa depannya dan tidak ada teror kelompok yang mampu mengancam Israel."

Perang di Jalur Gaza dimulai setelah serangan Hamas terhadap Israel yang menewaskan sekitar 1.140 orang pada 7 Oktober. Israel sejak itu melancarkan serangan brutal ke Jalur Gaza yang telah membunuh sedikitnya 22.000 orang dan melukai lebih dari 50.000 lainnya.

Sejak perang meletus, Jalur Gaza telah terjerumus ke dalam krisis kemanusiaan yang parah gara-gara Israel memutus akses bahan bakar, makanan, air, listrik dan bantuan pada 9 Oktober.

Infografis Keprihatinan Serangan Militer Israel di Gaza Selatan
Infografis Keprihatinan Serangan Militer Israel di Gaza Selatan (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya