Liputan6.com, Ishikawa - Lebih dari 100 murid SMP di Prefektur Ishikiwa, Jepang, harus menempuh jarak lebih dari 100 kilometer untuk bisa kembali bersekolah. Jarak itu kira-kira setara jarak Jakarta menuju Sukabumi.
Relokasi sementara ini dilakukan karena fasilitas pendidikan di daerah terdampak gempa dinilai belum optimal.
Baca Juga
Selain itu, pihak orang tua sendiri yang justru ingin anaknya relokasi ke tempat yang lebih baik, meskipun jauh.
Advertisement
Dilaporkan Kyodo, Minggu (21/1), para murid-murid Jepang itu pergi meninggalkan keluarganya pada hari Minggu menuju sekolah sementara tersebut. Ada sekitar 140 murid yang berasal dari kota Suzu dan Noto yang pindah.
Semua SMP di Suzu dan Noto sebenarnya dijadwalkan buka pada Senin 22 Januari 2024, akan tetapi para orang tua meminta transfer ini untuk memastikan anak-anak mereka bisa belajar dengan fasilitas yang lebih mumpuni.
102 murid yang pindah itu berasal dari Suzu, sementara 40 lainnya dari Noto.
Pada hari Minggu, sejumlah murid-murid tersebut berkumpul di perpustakaan umum untuk bersiap berangkat dengan bus. Para murid itu senang bertemu teman-teman mereka, sementara para orang tua cukup emosional dalam melepas anak-anaknya 100 kilometer jauhnya.
Gempa Ishikawa atau Gempa Noto terjadi pada 1 Januari 2024. Noto merupakan semenanjung di Pulau Honshu, Jepang. Semenanjung itu berlokasi di Prefektur Ishikawa.
Pakar UGM Ungkap Fakta Pentingnya Mitigasi Bencana Gempa di Indonesia
Beralih ke dalam negeri, gempa bumi di Indonesia melalui data BMKG tercatat pola peningkatan sejak tahun 2013 dengan rata-rata 10.000 kali dalam setahun. Guru Besar Geologi UGM Wahyu Wilopo mengatakan kondisi ini karena posisi Indonesia di cincin api Pasifik dan pertemuan tiga lempeng tektonik dunia sehingga penting adanya mitigasi bencana.
"Sebagian besar wilayah Indonesia merupakan daerah rawan gempa bumi," jelasnya dalam kelas wartawan, Jumat 12 Januari 2024.
Melihat data dari BMKG ini maka menurut Wahyu perlu upaya mitigasi bencana dengan penyusunan tata ruang berbasis informasi multi bahaya khususnya gempa bumi. Setidaknya ada empat prinsip pendekatan perencanaan di daerah rawan gempa bumi.
Pertama, mengumpulkan informasi bahaya patahan aktif yang akurat. Kedua, merencanakan dalam menghindari bahaya zona patahan sebelum pengembangan dan pembagian ruang.
Ketiga, mengambil pendekatan berbasis risiko di wilayah yang sudah dikembangkan atau ditempati. Keempat, komunikasikan risiko di kawasan terbangun pada zona patahan.
"Untuk daerah yang telah dihuni perlu adanya penguatan gedung, peningkatan ketangguhan, dan kesiapsiagaan masyarakat," terangnya.
Terkait mitigasi bencana ini, Wahyu menyebutkan perlu adanya kerja sama erat antara pemerintah, masyarakat, swasta, akademisi, media massa. Hal tersebut ditujukan untuk mewujudkan ketangguhan masyarakat dalam menghadapi bencana.
Advertisement
Antisipasi Gempa Bumi Sebelum Terjadi
Ini yang harus dilakukan sebelum, sesaat, dan sesudah gempa bumi.
Sebelum Gempa:
- Pastikan bahwa struktur dan letak rumah Anda dapat terhindar dari bahaya yang disebabkan oleh gempa, seperti longsor atau likuefaksi. Evaluasi dan renovasi ulang struktur bangunan Anda agar terhindar dari bahaya gempa bumi.
- Kenali lingkungan tempat Anda bekerja: perhatikan letak pintu, lift, serta tangga darurat. Ketahui juga di mana tempat paling aman untuk berlindung.
- Belajar melakukan P3K dan alat pemadam kebakaran.
- Catat nomor telepon penting yang dapat dihubungi pada saat terjadi gempabumi.
- Atur perabotan agar menempel kuat pada dinding untuk menghindari jatuh, roboh, bergeser pada saat terjadi gempabumi.
- Atur benda yang berat sedapat mungkin berada pada bagian bawah. Cek kestabilan benda yang tergantung yang dapat jatuh pada saat gempabumi terjadi
- Simpan bahan yang mudah terbakar pada tempat yang tidak mudah pecah agar terhindar dari kebakaran.
- Selalu mematikan air, gas dan listrik apabila tidak sedang digunakan.
- Siapkan alat yang harus ada di setiap tempat: Kotak P3K, senter/lampu baterai, radio, makanan suplemen dan air.
Saat Terjadi Gempa Bumi:
- Jika Anda berada dalam bangunan: lindungi badan dan kepala Anda dari reruntuhan bangunan dengan bersembunyi di bawah meja, cari tempat yang paling aman dari reruntuhan dan guncangan, lari ke luar apabila masih dapat dilakukan.
- Jika berada di luar bangunan atau area terbuka: Menghindar dari bangunan yang ada di sekitar Anda seperti gedung, tiang listrik, pohon. Perhatikan tempat Anda berpijak, hindari apabila terjadi rekahan tanah.
- Jika Anda sedang mengendarai mobil: keluar, turun dan menjauh dari mobil hindari jika terjadi pergeseran atau kebakaran.
- Jika Anda tinggal atau berada di pantai: jauhi pantai untuk menghindari bahaya tsunami.
- Jika Anda tinggal di daerah pegunungan: apabila terjadi gempa bumi hindari daerah yang mungkin terjadi longsoran.
Setelah Terjadi Gempa Bumi:
- Jika Anda berada di dalam bangunan: keluar dari bangunan tersebut dengan tertib; jangan menggunakan tangga berjalan atau lift, gunakan tangga biasa;periksa apa ada yang terluka, lakukan P3K; telepon atau mintalah pertolongan apabila terjadi luka parah pada Anda atau sekitar Anda.
- Periksa lingkungan sekitar Anda: apabila terjadi kebakaran, apabila terjadi kebocoran gas, apabila terjadi hubungan arus pendek listrik. Periksa aliran dan pipa air, periksa apabila ada hal-hal yang membahayakan.
- Jangan memasuki bangunan yang sudah terkena gempa,karena kemungkinan masih terdapat reruntuhan.
- Jangan berjalan di daerah sekitar gempa, kemungkinan terjadi bahaya susulan masih ada.
- Dengarkan informasi mengenai gempabumi dari radio (apabila terjadi gempa susulan). Jangan mudah terpancing oleh isu atau berita yang tidak jelas sumbernya.
- Mengisi angket yang diberikan oleh instansi terkait untuk mengetahui seberapa besar kerusakan yang terjadi.
- Jangan panik dan jangan lupa selalu berdoa kepada Tuhan demi keamanan dan keselamatan kita semuanya.
Advertisement