32 Orang Ditangkap Terkait Rencana Pembunuhan Presiden Venezuela Nicolas Maduro

Pihak berwenang Venezuela menangkap 32 warga sipil dan tentara setelah penyelidikan selama berbulan-bulan atas dugaan keterlibatan upaya pembunuhan presiden Nicolas Maduro.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 23 Jan 2024, 18:35 WIB
Diterbitkan 23 Jan 2024, 18:35 WIB
Presiden Venezuela Nicolas Maduro (AP/Ariana Cubillas)
Presiden Venezuela Nicolas Maduro (AP/Ariana Cubillas)

Liputan6.com, Caracas - Pihak berwenang Venezuela menangkap 32 warga sipil dan tentara setelah penyelidikan selama berbulan-bulan atas dugaan keterlibatan mereka dalam “konspirasi” yang didukung Amerika Serikat untuk membunuh Presiden Nicolas Maduro, kata kantor kejaksaan pada Senin (22/1).

"Semua tersangka mengakui keterlibatannya dan mengungkapkan informasi mengenai rencana tersebut,” kata Jaksa Agung Tarek William Saab kepada wartawan di Caracas, dikutip dari laman France24, Selasa (23/1/2024).

Jaksa mengatakan, mereka telah dituduh melakukan pengkhianatan dan dihukum atas kejahatan mereka.

Saab, loyalis Nicolas Maduro, mengatakan bahwa surat perintah penangkapan telah dikeluarkan untuk 11 orang lainnya, termasuk aktivis hak asasi manusia, jurnalis dan tentara di pengasingan, atas dugaan rencana yang juga menargetkan Menteri Pertahanan Vladimir Padrino.

Padrino mengatakan pada konferensi pers yang sama bahwa operasi yang dimulai tahun lalu untuk mengungkap rincian dugaan konspirasi dirahasiakan karena bertepatan dengan “pembicaraan” antara Maduro dan Amerika Serikat yang menghasilkan pertukaran tahanan.

Dia menyalahkan plot tersebut pada “kelompok sayap kanan,” sebagaimana pemerintahan Maduro biasanya mengacu pada oposisi, dengan dukungan dari Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat (CIA) dan Badan Pemberantasan Narkoba (DEA).

Para pejabat merilis sebuah video yang konon melibatkan pemimpin oposisi Maria Corina Machado dalam rencana tersebut, dan Saab bersumpah bahwa penangkapan lebih lanjut akan dilakukan lagi tanpa menyebutkan nama.

 

Moduro Terpilih lagi pada Tahun 2018

Presiden Venezuela Nicolas Maduro dan istrinya Cilia Flores
Presiden Venezuela Nicolas Maduro dan istrinya Cilia Flores (AFP Photo/Federico Parra)

Maduro terpilih pada tahun 2018 untuk masa jabatan kedua berturut-turut yang tidak diakui oleh banyak negara dan mendapat banyak sanksi.

Machado, bagaimanapun, tetap dilarang memegang jabatan publik meskipun ia memenangkan banyak dukungan dalam pemilihan pendahuluan.

Dia didiskualifikasi oleh pihak berwenang karena tuduhan korupsi dan mendukung sanksi terhadap Caracas.

Dalam sebuah laporan tahun lalu, Komite Hak Asasi Manusia PBB menyatakan keprihatinannya mengenai “penganiayaan terhadap para pembangkang” di Venezuela serta “intimidasi, penganiayaan, penangkapan sewenang-wenang dan pemenjaraan terhadap jurnalis, pembela hak asasi manusia dan aktivis politik.”

Maduro yang belum memastikan apakah ia akan mencalonkan diri lagi, sering kali mengecam rencana pihak yang ingin menggulingkannya.

Biasanya dengan konspirator yang sama: Amerika Serikat, pihak oposisi, dan penyelundup narkoba Kolombia.

Infografis Krisis Venezuela di Negeri Minyak
Infografis Krisis Venezuela di Negeri Minyak. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya