Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemlu RI) bereaksi atas serangan Israel terhadap warga Palestina di Jalur Gaza pada Kamis (29/2/2024), saat mereka tengah menantikan bantuan.
"Indonesia kecam keras penembakan warga sipil Palestina oleh Israel di Gaza yang tewaskan sekurangnya 100 orang yang sedang mencari bantuan kemanusiaan," demikian pernyataan Kemlu RI via platform X alias Twitter, Sabtu (2/3).
Baca Juga
Perusahaan Ini Hadirkan Biji Kopi Kualitas Premium Asli Indonesia di SIAL Interfood 2022
Pemain Jepang Dipayungi Sekuriti Saat Hujan, Warganet Singgung Bahrain yang Ragukan Keamanan Bertanding di Indonesia
Pemain Timnas Indonesia Sandy Walsh Jadi Sorotan Usai Dapat Endorse dan Bagikan Aksi Lucu Maarteen Paes
Tidak cukup sampai di situ saja, Kemlu RI juga mempertanyakan, "Apakah tragedi kemanusiaan ini masih belum cukup bagi Dewan Keamanan PBB menyepakati resolusi mengenai gencatan senjata?"
Advertisement
Melansir VOA Indonesia, seruan internasional untuk melakukan penyelidikan atas tragedi yang menewaskan 112 warga Palestina makin meningkat.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan "penyelidikan independen yang efektif" diperlukan untuk memahami penyebab dan siapa yang bertanggung jawab atas peristiwa mengerikan tersebut. Juru bicara Gedung Putih juga menuturkan peristiwa tersebut perlu diselidiki secara menyeluruh.
Saksi mata Palestina menyalahkan pasukan Israel karena melepaskan tembakan ke arah kerumunan orang yang menunggu untuk mengumpulkan bantuan dari konvoi yang mendekat. Israel membantah pernyataan tersebut dan mengatakan bahwa banyak orang saling menginjak-injak dan tertabrak oleh truk bantuan yang melarikan diri.
Seorang juru bicara militer Israel mengaku pasukan mereka hanya melepaskan beberapa tembakan peringatan untuk membubarkan massa.
"Tidak ada serangan IDF (Pasukan Pertahanan Israel) yang dilakukan terhadap konvoi bantuan," kata juru bicara IDFÂ Laksamana Muda Daniel Hagari dalam video yang diunggah ke platform media sosial X pada Kamis (29/2).
Dia mengatakan bahwa tank-tank Israel hadir untuk mengamankan koridor kemanusiaan agar konvoi yang terdiri dari 38 truk pengangkut bantuan dapat melintas.
Bukti Luka Tembak
Utusan Palestina untuk PBB Riyad Mansour menyebut tragedi pada Kamis sebagai pembantaian yang biadab.
"Menurut informasi yang kami dapatkan, puluhan di antaranya ada peluru di kepala," ujarnya menggambarkan kondisi para korban pada Kamis.
"Tidak seperti menembak ke langit untuk menahan orang jika terjadi kebingungan dan kekacauan. Itu sengaja menargetkan dan membunuh."
PBB mengatakan tim gabungan dari kantor kemanusiaannya, UNICEF, dan WHO mengunjungi al-Shifa, rumah sakit terbesar di Kota Gaza, pada Jumat (1/3).
"Mereka membawa obat-obatan, vaksin, dan bahan bakar untuk membantu memastikan fasilitas medis tetap berfungsi," kata Juru Bicara PBB Stephane Dujarric.
Al Shifa dilaporkan telah merawat lebih dari 700 orang yang terluka akibat tragedi pada Kamis. Menurut Dujarric sekitar 200 dari mereka masih dirawat di rumah sakit.
"Pada saat tim melakukan kunjungan, staf rumah sakit memberi tahu mereka bahwa mereka telah menerima lebih dari 70 jenazah yang terbunuh," tutur Dujarric.
Ketika ditanya apakah mereka mengalami luka tembak, Dujarric mengatakan dia tidak yakin tim PBB memeriksa jasad-jasad tersebut.
"Namun, dari pasien-pasien terluka yang mereka lihat sedang dirawat, ada sejumlah besar luka tembak," sebut Dujarric.
Advertisement
Turki: Israel Jadikan Kelaparan Sebagai Senjata Perang
Turki, Arab Saudi, Mesir, dan Yordania ikut mengutuk tragedi pada Kamis.
Kementerian Luar Negeri Turki menuduh Israel menggunakan kelaparan sebagai senjata perang di Gaza dan mengatakan bahwa insiden pada Kamis adalah satu lagi kejahatan terhadap kemanusiaan.
"Oleh karena itu, kami menyerukan kepada semua pihak yang mempunyai pengaruh terhadap pemerintah Israel untuk menghentikan kekerasan yang sedang berlangsung di Gaza," sebut pernyataan Turki.
Pemerintah Brasil mengatakan pada Jumat bahwa gencatan senjata, bantuan dalam jumlah yang cukup untuk warga Gaza, dan pembebasan semua sandera adalah hal yang mendesak.
"Kemanusiaan telah mengecewakan warga sipil di Gaza dan inilah saatnya menghindari pembantaian baru," demikian bunyi pernyataan Brasil.
Kekhawatiran Biden
Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyatakan keprihatinannya bahwa serangan keji Israel terhadap warga Jalur Gaza pada Kamis dapat mengganggu negosiasi yang sedang berlangsung untuk membebaskan sisa sandera yang ditahan oleh Hamas dan mencapai gencatan senjata selama enam minggu.
Otoritas kesehatan Gaza menyebutkan, kekerasan terbaru menambah jumlah warga Palestina yang tewas dalam perang Hamas Vs Israel sejak 7 Oktober 2023 menjadi lebih dari 30.000 orang, dengan 71.000 lainnya terluka dan banyak lagi yang hilang di bawah reruntuhan.
Perang diawali oleh serangan Hamas ke Israel selatan, menewaskan 1.200 orang dan menculik 250 orang lainnya, sekitar 100 di antaranya dibebaskan selama jeda pertempuran pada November.
Advertisement