Liputan6.com, Kyiv - Kepala badan pengawas atom PBB (IAEA) pada hari Minggu mengutuk serangan drone Ukraina terhadap salah satu dari enam reaktor nuklir di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Zaporizhzhia di Ukraina yang dikuasai Rusia. Dia mengatakan serangan tersebut secara signifikan meningkatkan risiko kecelakaan nuklir besar.
Dalam pernyataan di platform media sosial X, Rafael Mariano Grossi mengonfirmasi setidaknya terjadi tiga serangan langsung terhadap struktur penahan reaktor utama PLTN Zaporizhzhia.
Baca Juga
"Ini tidak bisa terjadi," ujarnya.
Advertisement
Grossi menuturkan ini adalah serangan pertama sejak November 2022, ketika dia menetapkan lima prinsip dasar untuk menghindari kecelakaan nuklir serius yang memiliki konsekuensi radiologis.
Para pejabat di PLTNÂ Zaporizhzhia mengatakan bahwa lokasi tersebut diserang pada hari Minggu (7/4/2024) oleh drone militer Ukraina.
Menurut otoritas PLTN Zaporizhzhia, tidak ada kerusakan kritis atau korban jiwa dan tingkat radiasi di pembangkit listrik normal setelah serangan tersebut. Namun badan nuklir milik negara Rusia, Rosatom, mengatakan bahwa tiga orang terluka dalam serangkaian serangan drone yang belum pernah terjadi sebelumnya, khususnya ketika sebuah drone menghantam area dekat kantin di lokasi tersebut.
IAEA mengatakan pada hari Minggu bahwa para ahlinya telah diberitahu tentang serangan drone tersebut dan ledakan konsisten dengan pengamatannya.
Dalam pernyataan terpisah, IAEA mengonfirmasi dampak fisik serangan drone di PLTN Zaporizhzhia, termasuk di salah satu dari enam reaktornya.
"Satu korban dilaporkan," sebut IAEA. "Kerusakan pada unit 6 tidak membahayakan keselamatan nuklir, namun ini adalah insiden serius yang berpotensi merusak integritas sistem penahan reaktor."
Potensi Bencana Nuklir
PLTN Zaporizhzhia telah terjebak dalam baku tembak sejak Rusia mengirim pasukan ke Ukraina pada tahun 2022 dan menyita fasilitas tersebut tidak lama kemudian.
IAEA telah berulang kali menyatakan kekhawatirannya terhadap pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa itu, menyusul potensi bencana nuklir.
Baik Ukraina dan Rusia sering menuduh satu sama lain menyerang pabrik, yang masih dekat dengan garis depan.
Enam reaktor PLTN Zaporizhzhia telah ditutup selama berbulan-bulan, namun pembangkit listrik tersebut masih memerlukan listrik dan staf yang memenuhi syarat untuk mengoperasikan sistem pendingin penting dan fitur keselamatan lainnya.
Advertisement