Rekor, Sehelai Bulu Burung Selandia Baru yang Punah Terjual Rp450 Juta

Bulu tunggal yang berasal dari burung huia Selandia Baru yang sudah punah terjual di lelang dengan harga Rp450 juta.

oleh Najma Ramadhanya diperbarui 25 Mei 2024, 17:04 WIB
Diterbitkan 25 Mei 2024, 17:04 WIB
Bulu burung huia
Bulu burung huia (Webb's)

Liputan6.com, Wellington - Sehelai bulu tunggal dari burung Huia Selandia Baru yang kini punah telah memecahkan rekor dunia setelah terjual seharga sekitar NZD $46.000 atau Rp450 juta dalam sebuah acara lelang.

Seperti dilansir dari BBC, Sabtu (25/5/2024), bulu tersebut awalnya diperkirakan akan mencapai hingga NZD $3.000 atau Rp29 juta, melampaui rekor sebelumnya untuk bulu dari spesies yang sama sebesar 450%.

Burung Huia dianggap suci oleh orang Maori. Bulu spesies burung ini dipakai sebagai hiasan kepala oleh para kepala suku dan keluarga mereka, serta untuk hadiah atau diperjualbelikan.

Terakhir kali Burung Huia terlihat adalah pada tahun 1907, meskipun ada laporan tidak resmi tentang penampakan mereka selama dua puluh hingga tiga puluh tahun setelahnya, menurut Museum of New Zealand.

Huia merupakan burung kicau kecil dari keluarga burung wattel di Selandia Baru dan dikenal karena kemampuan melompatnya dan bulunya yang indah, ditandai dengan ujung putih di sepanjang tepinya.

Bulu yang dijual pada hari Senin (20/5) itu "dalam kondisi yang luar biasa", kata Leah Morris, Kepala Seni Dekoratif di Rumah Lelang Webb's.

"(Bulu tersebut) masih memancarkan kilauan yang sangat khas, dan tidak ada kerusakan akibat serangga," katanya kepada BBC.

Morris menambahkan bahwa rumah lelang membingkai bulu tersebut di belakang kaca pelindung UV dan disertai dengan kertas arsip, yang memiliki arti bahwa bulu tersebut akan memiliki "umur yang sangat panjang".

Merupakan Simbol Status Bagi Orang Maori

detail bulu burung yang dilelang.
detail bulu burung yang dilelang (Webb's)

Bulu tersebut terdaftar sebagai taonga tuturu dalam sistem untuk melindungi objek-objek yang dibuat oleh orang Maori.

Hanya kolektor yang memiliki lisensi dalam sistem tersebut yang diizinkan untuk membelinya, dan tidak boleh meninggalkan negara tanpa izin dari Kementerian Kebudayaan dan Warisan.

Minat dan antusiasme tinggi dari warga Selandia Baru juga membantu meningkatkan harga, menurut Leah Morris, Kepala Seni Dekoratif di Rumah Lelang Webb's.

"Kami mendapatkan jumlah orang yang memecahkan rekor untuk melihat cara menjadi kolektor yang terdaftar," katanya.

"Di Selandia Baru, kami sangat peduli untuk menjaga tanah, dan lingkungan, serta flora dan fauna kami."

"Dan saya pikir mungkin karena burung ini sekarang punah, kami akan melihat burung lain di Selandia Baru dan mengatakan, kami tidak ingin hal itu terjadi lagi," tambahnya.

Di masa lalu, bulu Burung Huia adalah simbol status bagi orang Maori. 

Sebagai burung yang langka sebelum kedatangan orang Eropa, spesies ini menjadi incaran para kolektor dan pedagang mode setelah mendapatkan popularitas di kalangan mereka yang datang ke Selandia Baru.

Hal ini akhirnya menyebabkan kepunahannya, seperti yang disampaikan oleh Museum of New Zealand.

Burung Merpati yang Dilelang

Burung Merpati
Ilustrasi Burung Merpati Credit: pexels.com/Brett

Sementara itu tahun 2020, ada seekor merpati juga dilelang dengan harga yang sangat fantastis.

Merpati yang berhasil memenangkan suatu balapan tersebut dilelang di internet dan menjadi yang paling mahal yang pernah terjual di Eropa pada saat itu.

Melansir dari Brussels Times, merpati bernama Kim yang berusia dua tahun dijual oleh pelatih Gaston Van De Wouwer dari Berlaar di provinsi Antwerp, Belgia.

Pada usia 76 tahun, kesehatan Gaston memburuk sehingga ia terpaksa harus berhenti mengikuti lomba, dan menjual semua 400 unggasnya untuk dijual.

Kim digambarkan sebagai burung bertubuh pendek dengan otot yang lentur dan punggung yang kuat. Ia berkompetisi dalam balapan jarak pendek, menengah, dan jauh.

Lelang berlangsung di PIPA (Pigeon Paradise), ruang penjualan online peternakan merpati internasional. Tempat itu didirikan oleh orang Belgia lainnya, Nikolaas Gyselbrecht.

Tahun 2019, ia menjual merpati Belgia lainnya, Armando, kepada pembeli dari China. Harganya pun tak tanggung-tanggung, 1,2 juta Euro atau sekitar Rp20 miliar.

Terjual dengan Harga Fantastis

Ilustrasi merpati
Ilustrasi mimpi melihat burung merpati/Copyright unsplash/Lenstravelier

Lelang untuk Kim pada 2 November 2020 yang awalnya 200 Euro (Rp3,4 juta) naik menjadi 420.000 Euro (Rp7,2 miliar) dalam waktu lima menit. Harganya pun menjadi 1,3 juta Euro (Rp22 triliun).

Saat itu burung tersebut ditawar oleh warga Tiongkok yang menggunakan nama samaran Hitman. Dalam kehidupan nyata, ia merupakan miliarder Guo Weicheng, Ia bermaksud untuk menjodohkan Kim dengan salah satu burung jantannya dan bersedia membayar berapa pun harganya.

De Wouwer, sementara itu, tidak pernah menghabiskan uang sebanyak itu untuk seekor merpati. Seperti yang ia jelaskan kepada Het Nieuwsblad, ia biasanya mengembangbiakkan burungnya bersama pemilik lain, dan menghasilkan pemenang melalui keterampilan pemilihannya.

Lelang ditutup pada Minggu, 15 November 2020, dengan tawaran akhir sebesar 1,6 juta Euro atau Rp26 miliar.

Menurut situs penjualannya, pembelinya sama dengan yang pemegang rekor Armando tahun 2019. Lelaki dengan nama samaran Super Duper itu berhasil mendapatkan merpati milik Gaston Van De Wouwer.

  

Ada Cara Seru Kenalkan Beragam Hewan Kepada Anak-Anak, Seperti Apa Itu?
Infografis Kinderjoy
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya