Liputan6.com, Havana - Turis Rusia Serguei Boyaryshnic berjalan dengan perasaan kagum di antara gedung-gedung berwarna pastel dan jalan-jalan berbatu di Old Havana pada suatu pagi yang cerah, bersama keluarganya.
"Kami diundang untuk datang dan mempertimbangkan pilihan Kuba. Kami memilihnya karena Kuba adalah negara yang hebat dan masyarakatnya baik. Kami telah mendengar banyak tentang Kuba. Negara kami telah berteman selama bertahun-tahun dan, sebenarnya, di sini aman. Saya di sini bersama keluarga, bersama anak-anak kami. Kami menikmatinya. Kami di sini setiap hari dan kami menyukai segalanya. Jika ada yang bertanya-tanya apakah akan datang atau tidak, datanglah ke Kuba," ujarnya, seperti dilansir VOA Indonesia, Selasa (11/6/2024).
Baca Juga
Kuba baru-baru ini mulai menawarkan sejumah kebijakan baru untuk menarik pengunjung, seperti Boyaryshnic, dari negara-negara sekutunya, seperti Rusia dan China, sewaktu negara tersebut berjuang untuk menghidupkan kembali sektor pariwisata yang masih stagnan dan berjuang untuk pulih dari pandemi COVID-19.
Advertisement
Ini termasuk peningkatan jumlah penerbangan langsung dari Rusia dan China, penghapusan persyaratan visa bagi pengunjung China dan keputusan Kuba baru-baru ini untuk menerima kartu pembayaran Mir Rusia. Kuba kini menjadi salah satu dari sedikit negara yang setuju bergabung dengan kartu pembayaran alternatif yang ditawarkan Moskow itu untuk menggantikan Visa dan Mastercard.
Strategi itu telah membuahkan hasil. Lebih dari 66.000 orang Rusia mengunjungi kepulauan Karibia itu dalam tiga bulan pertama tahun ini, menurut laporan media pemerintah. Jumlah ini masih terbilang kecil, namun dua kali lipat dibandingkan periode yang sama pada tahun 2023 dan merupakan salah satu dari sedikit titik terang yang akan segera terjadi.
Tidak Signifikan
Meski demikian, meningkatnya kunjungan turis Rusia dan China ke Kuba, dinilai banyak pihak tidak memberi efek signifikan. Migdalia Gonzalez, seorang pedagang jalanan, mengeluhkannya.
"Aktivitas pariwisata di sini telah mencapai titik terendah. Wisatawan yang paling banyak datang ke sini, meskipun jumlahnya kecil, adalah Rusia dan China. Meski demikian wisatawan China, seperti halnya banyak wisatawan Rusia, tidak memberikan banyak manfaat. Mereka jarang mengeluarkan uang untuk belanja," ujar Gonzales.
Sanksi keras AS yang diberlakukan oleh mantan presiden Donald Trump berkontribusi pada penurunan tajam jumlah pengunjung AS ke pulau tersebut. Kedatangan wisatawan dari banyak negara Eropa juga menurun tahun ini, menurut data pemerintah.
Paolo Spadoni, seorang profesor di Universitas Augusta dan pakar pariwisata Kuba, mengatakan, mengandalkan pasar yang jauh, seperti China dan Rusia, tidak akan bisa menutupi penurunan pengunjung dari Eropa baru-baru ini.
Spadoni memperkirakan pulau ini akan menerima kedatangan antara 2,6 dan 2,7 juta wisatawan tahun ini. Jumlah itu lebih rendah daripada yang ditargetkan, yakni 3,2 juta pengunjung.
Advertisement