Pejabat NATO Desak Pengusaha Siap Hadapi Skenario Perang

Sang pejabat NATO menyinggung Putin dan Xi Jinping dalam pernyataannya.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 26 Nov 2024, 11:00 WIB
Diterbitkan 26 Nov 2024, 11:00 WIB
Ilustrasi NATO.
Ilustrasi NATO. (Dok. Pixabay)

Liputan6.com, Brussels - Pada Senin (25/11/2024), seorang pejabat senior militer NATO mengingatkan para pengusaha untuk mulai mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan perang dengan menyesuaikan jalur produksi dan distribusi mereka. Hal ini penting agar mereka tidak terlalu bergantung pada negara-negara seperti Rusia dan China yang bisa memanfaatkan ketergantungan itu untuk menekan.

Ketua Komite Militer NATO asal Belanda Laksamana Rob Bauer seperti dilansir CNA, Selasa (26/11), mengatakan di Brussels, "Jika kita bisa memastikan barang dan layanan penting tetap bisa sampai ke tujuan, apapun yang terjadi, itu akan sangat membantu upaya pencegahan kita."

Berbicara di acara yang diselenggarakan oleh European Policy Centre, Bauer menekankan bahwa pencegahan jauh lebih dari sekadar kekuatan militer karena semua cara yang ada akan digunakan dalam perang, termasuk ekonomi dan diplomasi.

"Kita sudah mulai melihat tanda-tanda peningkatan sabotase dan Eropa sudah merasakannya, terutama dalam masalah pasokan energi," ujarnya.

Dia mencontohkan, "Kita pikir kita mencapai kesepakatan dengan Gazprom, tapi yang sebenarnya terjadi adalah kita bernegosiasi dengan Vladimir Putin. Hal yang sama juga berlaku dengan infrastruktur dan barang-barang milik China. Kita sebenarnya sedang berhadapan langsung dengan Xi Jinping."

Bauer mengingatkan bahwa negara-negara Barat sangat bergantung pada China, yang memproduksi 60 persen logam tanah jarang dan memproses 90 persen bahan tersebut. Bahkan bahan kimia untuk obat-obatan seperti antibiotik, penenang, dan obat tekanan darah rendah juga berasal dari China.

"Kita akan sangat naif jika berpikir bahwa Partai Komunis China tidak akan memanfaatkan posisi ini. Para pemimpin bisnis di Eropa dan Amerika Serikat harus sadar bahwa keputusan mereka di dunia bisnis bisa berdampak besar pada keamanan negara mereka," tutur Bauer.

"Bisnis perlu mempersiapkan diri untuk menghadapi skenario perang dan menyesuaikan jalur produksi serta distribusinya. Karena meskipun militer yang memenangkan pertempuran, pada akhirnya ekonomilah yang menentukan kemenangan dalam perang."

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya