China Akhirnya Bersuara soal Aktivitas Militer Besar-besarannya di Sekitar Taiwan

Dalam pernyataannya, China mengutip filosofi Sun Tzu terkait perang. Apa katanya?

oleh Khairisa Ferida diperbarui 13 Des 2024, 16:09 WIB
Diterbitkan 13 Des 2024, 16:06 WIB
Penampakan personel Angkatan Darat Taiwan di pangkalan udara di Hsinchu, Taiwan utara, pada Selasa (10/12/2024), di tengah pernyataan Kementerian Pertahanan Taiwan bahwa mereka mendeteksi kapal angkatan laut dan pesawat militer China dalam jumlah besar.
Penampakan personel Angkatan Darat Taiwan di pangkalan udara di Hsinchu, Taiwan utara, pada Selasa (10/12/2024), di tengah pernyataan Kementerian Pertahanan Taiwan bahwa mereka mendeteksi kapal angkatan laut dan pesawat militer China dalam jumlah besar. (Dok. AP/Chiang Ying-ying)     

Liputan6.com, Beijing - Kementerian Pertahanan China pada hari Jumat (13/12/2024) akhirnya buka suara mengenai aktivitas militer yang berlangsung selama beberapa hari di sekitar Taiwan. Mereka menegaskan keputusan untuk mengadakan latihan militer adalah hak China dan militer China tidak akan mundur dari tanggung jawabnya dalam melawan kekuatan separatis.

Pada hari Senin (9/12), Kementerian Pertahanan Taiwan mengaktifkan pusat respons darurat setelah melaporkan lonjakan besar dalam aktivitas militer China, baik di sekitar wilayahnya maupun lebih luas di Laut China Timur dan Laut China Selatan.

Militer China sebelumnya tidak mengumumkan adanya latihan yang sedang berlangsung.

China menganggap Taiwan yang dipimpin secara demokratis sebagai wilayahnya — klaim yang ditolak oleh pemerintah Taipei yang berpendapat hanya rakyat Taiwan yang berhak memutuskan masa depan mereka.

Dalam pernyataan yang merespons pertanyaan mengenai kunjungan Presiden Taiwan Lai Ching-te ke wilayah Amerika Serikat (AS), yakni Hawaii dan Guam, serta apakah China mengadakan latihan militer, Kementerian Pertahanan China tidak memberikan konfirmasi maupun menyangkal.

Namun, mereka mengutip seorang ahli taktik militer kuno China, Sun Tzu.

"Seperti air yang tidak memiliki bentuk tetap, demikian pula dalam peperangan, kondisi tidak pernah sama," kata juru bicara Kementerian Pertahanan China Wu Qian seperti dilansir CNA, mengutip ungkapan Sun Tzu yang berarti bahwa kondisi perang tidak dapat diprediksi dan selalu berubah.

"Apakah latihan akan diadakan dan kapan, itu adalah keputusan kami sesuai dengan kebutuhan kami dan situasi yang dihadapi."

Wu Qian menambahkan, "Terlepas dari apakah latihan diadakan atau tidak, Tentara Pembebasan Rakyat tidak akan absen dan tidak akan lemah dalam upayanya untuk menanggulangi separatisme dan mewujudkan reunifikasi."

Tidak hanya itu, Wu Qian juga menegaskan bahwa setiap ketergantungan pada "kekuatan asing untuk mencapai kemerdekaan" — istilah yang biasa digunakan China untuk memperingatkan AS agar tidak mendukung Taiwan — akan dihukum berat dan "pasti akan gagal".

China telah mengadakan dua putaran latihan militer di sekitar Taiwan tahun ini, yang terbaru pada bulan Oktober. China menyatakan bahwa latihan tersebut bertujuan untuk memperingatkan terhadap "tindakan separatis" dan berjanji akan mengambil langkah lebih lanjut jika diperlukan.

Manuver Terbaru China Selesai

Jet tempur Mirage 2000 milik Taiwan lepas landas di pangkalan udara di Hsinchu, Taiwan utara, pada Selasa, (10/12/2024), saat Kementerian Pertahanan Taiwan menyatakan mereka mendeteksi kapal angkatan laut dan pesawat militer China dalam jumlah besar.
Jet tempur Mirage 2000 milik Taiwan lepas landas di pangkalan udara di Hsinchu, Taiwan utara, pada Selasa, (10/12/2024), saat Kementerian Pertahanan Taiwan menyatakan mereka mendeteksi kapal angkatan laut dan pesawat militer China dalam jumlah besar. (Dok. AP/Chiang Ying-ying)

Pada hari Jumat, Kementerian Pertahanan Taiwan menyatakan bahwa ancaman dari China telah berkembang sejak 2022, ketika China mulai mengadakan serangkaian latihan militer berkelanjutan.

Awalnya, sebut Kementerian Pertahanan Taiwan, tujuan China adalah untuk menekannya, namun sekarang meluas, termasuk "memengaruhi Rantai Pulau Pertama", yaitu istilah geostrategis kawasan yang membentang dari Jepang hingga Taiwan, sepanjang pantai China, dan ke Laut China Selatan.

"Tujuan jangka panjang China untuk menghalangi negara-negara di kawasan ini dan merusak sistem internasional yang berlandaskan aturan tidak akan mendapat dukungan dari dunia internasional," Kementerian Pertahanan Taiwan.

Sumber keamanan sebelumnya memperkirakan bahwa China akan mengadakan latihan untuk bertepatan dengan kunjungan Presiden Lai ke AS, serta untuk mengirimkan peringatan kepada pemerintahan Donald Trump yang akan datang tentang garis merah China.

Pada hari Kamis, kedutaan besar de facto AS di Taiwan mengatakan bahwa aktivitas militer China di kawasan saat ini meningkat, namun mereka tidak menganggap itu sebagai respons terhadap kunjungan Lai ke wilayahnya.

Kemudian pada hari yang sama, Kementerian Pertahanan Taiwan mengumumkan mereka telah membubarkan pusat respons darurat mereka, menandakan berakhirnya putaran aktivitas militer China saat ini.

Pada pagi hari Jumat, kementerian melaporkan hanya melihat 12 pesawat militer China yang beroperasi di dekat Taiwan dalam 24 jam terakhir, turun dari 34 yang dilaporkan sehari sebelumnya.

Penjaga pantai Taiwan juga melaporkan pada hari Jumat bahwa sembilan kapal penjaga pantai China yang berada di sebelah tenggara dan barat daya pulau tersebut telah bergerak ke arah utara setelah melakukan aktivitas "tidak semestinya" dalam beberapa hari terakhir.

Wakil Direktur Jenderal Penjaga Pantai Taiwan Hsieh Ching-chin mengonfirmasi bahwa kapal-kapal tersebut telah kembali ke China. Dia menambahkan pihaknya menganggap manuver China, setidaknya saat ini, sudah selesai.

 

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya