Perusahaan Jerman Sewa Detektif Khusus untuk Selidiki Pegawai yang Izin Sakit

Perusahaan di Jerman mulai menyewa detektif swasta untuk menyelidiki keaslian cuti sakit karyawan sebagai langkah efisiensi ekonomi.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 12 Jan 2025, 20:40 WIB
Diterbitkan 12 Jan 2025, 20:40 WIB
Pusing
Ilustrasi Demam dan Sakit Kepala Credit: pexels.com/pixabay

Liputan6.com, Berlin - Beberapa perusahaan di Jerman kini menyewa detektif swasta untuk memastikan apakah karyawan yang mengambil cuti sakit jangka panjang benar-benar sedang sakit. Langkah ini menjadi strategi untuk mengurangi beban ekonomi akibat absensi kerja yang tinggi, terutama di tengah masa sulit ekonomi.

Menurut laporan AFP, agen detektif Lentz Group yang berbasis di Frankfurt mengalami lonjakan permintaan dalam pasar yang unik ini.

Pendiri agensi, Marcus Lentz, mengungkapkan bahwa mereka menerima sekitar 1.200 tugas setiap tahunnya—dua kali lipat dari jumlah beberapa tahun sebelumnya.

Dikutip dari laman SCMP, Minggu (12/1/2025), data dari badan statistik Jerman, Destatis, menunjukkan rata-rata pegawai Jerman mengambil 15,1 hari cuti sakit pada 2023, meningkat dari 11,1 hari pada 2021.

Tingginya tingkat absensi ini diperkirakan menurunkan Produk Domestik Bruto (PDB) Jerman sebesar 0,8 persen pada tahun yang sama, berkontribusi pada kontraksi ekonomi sebesar 0,3 persen.

Selain itu, laporan dari TK, salah satu asuransi kesehatan utama di Jerman, mencatat rata-rata 14,13 hari sakit di kalangan pekerja yang diasuransinya selama sembilan bulan pertama tahun 2024.

Menurut Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), pekerja Jerman kehilangan 6,8 persen jam kerja mereka pada 2023 akibat sakit, lebih buruk dibandingkan dengan negara-negara Uni Eropa lain seperti Prancis, Italia, dan Spanyol.

Tingginya Tingkat Cuti Sakit

Mengobati Malaria
Ilustrasi Penyakit Malaria Credit: pexels.com/Suzanne

Salah satu penyebab tingginya angka cuti sakit adalah kebijakan pasca-pandemi yang mempermudah proses mendapatkan persetujuan medis untuk cuti.

Selama pandemi Covid-19, Jerman memperkenalkan sistem yang memungkinkan karyawan dengan gejala ringan untuk memperoleh surat keterangan sakit melalui telepon.

Namun, kebijakan ini justru mendorong penyalahgunaan. Beberapa karyawan diduga berpura-pura sakit, seperti batuk palsu, selama konsultasi telepon untuk mendapatkan cuti.

Di Jerman, karyawan yang sakit berhak menerima gaji penuh dari perusahaan selama enam minggu pertama. Setelah itu, pembayaran beralih ke institusi asuransi kesehatan.

Detektif untuk Efisiensi Perusahaan

Ilustrasi karyawan, bekerja, rapat, suasana kantor. (Foto By AI)
Ilustrasi karyawan, bekerja, rapat, suasana kantor. (Foto By AI)

Dengan beban finansial yang meningkat, beberapa perusahaan melihat penyewaan detektif sebagai investasi yang layak untuk menangani ketidakefisienan karyawan.

"Ada semakin banyak perusahaan yang tidak ingin mentolerir hal ini lagi. Jika seseorang memiliki 30, 40, atau bahkan hingga 100 hari sakit dalam setahun, pada titik tertentu mereka menjadi tidak menarik secara ekonomi bagi perusahaan," kata Lentz kepada AFP.

Lentz mengungkapkan beberapa kasus di mana karyawan yang mengambil cuti sakit justru membantu bisnis keluarga atau merenovasi rumah mereka.

Namun, bukti yang dikumpulkan tidak selalu berujung pada pemecatan. Sebagai contoh, seorang sopir bus di Italia yang tertangkap bernyanyi dan bermain piano di bar saat cuti sakit karena kecemasan, diputuskan oleh Mahkamah Agung Italia tetap berhak bekerja karena aktivitas tersebut dianggap membantu pemulihannya.

Meski praktik ini menarik perhatian, para ahli memperingatkan bahwa menyewa detektif mungkin tidak menyelesaikan akar masalah dari tingginya angka cuti sakit. Penyebab utama seperti peningkatan penyakit pernapasan, stres kerja, dan tantangan kesehatan mental yang meningkat pasca-pandemi harus menjadi fokus utama.

Berita ini juga memicu diskusi hangat di media sosial Tiongkok, di mana cuti sakit biasanya mengurangi gaji karyawan berdasarkan masa kerja mereka.

Salah satu warganet berkomentar, "Tunggu, cuti sakit di Jerman tidak memotong bonus atau insentif akhir tahun? Ini seperti mimpi."

Sementara itu, komentar lain berbunyi, "Jika aturan seperti di Tiongkok—memerlukan surat medis dan memotong sebagian gaji—maka masalah ini selesai."

Infografis Mengenal Virus HMPV, Gejala dan Pencegahan
Infografis Mengenal Virus HMPV, Gejala dan Pencegahan. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya