Permukaan Mars Tertutup Salju, Tanda Dapat Mendukung Kehidupan?

Bukit pasir di Mars dan Bumi biasanya bermigrasi saat angin mengangkat butiran pasir dari satu sisi bukit pasir dan menjatuhkannya di sisi lain, sehingga gurun tampak seperti lautan pasir yang bergerak lambat. Namun, bukit pasir dalam foto tersebut tertutup lapisan es karbon dioksida selama musim dingin di belahan utara Mars.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 16 Jan 2025, 03:00 WIB
Diterbitkan 16 Jan 2025, 03:00 WIB
Ilustrasi Planet Mars
Ilustrasi Planet Mars (Aynur Zakirov/Pixabay).... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Mars Reconnaissance Orbiter (MRO) milik NASA merilis foto-foto gundukan pasir beku di permukaan Mars. Foto-foto ini diambil untuk membantu para ilmuwan menentukan apakah kondisi Planet Merah tersebut dapat menopang kehidupan.

Melansir laman NASA pada Rabu (15/01/2024), foto tersebut diambil pada September 2022 dan dirilis ke publik Desember 2024. Dalam gambar-gambar tersebut, bukit pasir tampak tidak bergerak dan ditutupi oleh lapisan es yang mengilap.

Bukit pasir di Mars dan Bumi biasanya bermigrasi saat angin mengangkat butiran pasir dari satu sisi bukit pasir dan menjatuhkannya di sisi lain, sehingga gurun tampak seperti lautan pasir yang bergerak lambat. Namun, bukit pasir dalam foto tersebut tertutup lapisan es karbon dioksida selama musim dingin di belahan utara Mars.

Lapisan es ini menghambat angin dari memindahkan butiran pasir, membuat bukit pasir tetap diam hingga musim semi tiba. Fenomena lapisan es karbon dioksida tersebut memberikan wawasan penting bagi ilmuwan.

Gambar-gambar bukit pasir yang tertutup es membantu mereka mempelajari apakah air pernah hadir di permukaan Mars dalam durasi yang cukup lama agar kehidupan dapat berevolusi dan bertahan. Meskipun lapisan es yang ditemukan terbuat dari karbon dioksida, bukan air, pengamatan ini tetap relevan karena berhubungan dengan hipotesis tentang keberadaan air cair di masa lalu Mars.

Karbon dioksida di Mars memainkan peran signifikan dalam menentukan apakah planet tersebut memiliki atmosfer yang cukup tebal untuk mendukung air cair. Jumlah karbon dioksida yang membeku di permukaan atau menguap ke atmosfer tergantung pada kemiringan sumbu rotasi Mars terhadap Matahari.

Perbedaan ini menciptakan variasi besar dalam iklim Mars selama jutaan tahun. Di Bumi, kemiringan poros yang tetap stabil menghasilkan perubahan musim yang dapat diprediksi.

Namun, kemiringan poros Mars dapat bergoyang lebih ekstrem, dari sekitar 10 derajat hingga lebih dari 40 derajat. Ketika kemiringan meningkat, sebagian besar es karbon dioksida di kutub dapat berubah menjadi gas, menciptakan atmosfer yang lebih tebal.

Atmosfer yang lebih padat ini mungkin cukup hangat untuk mempertahankan keberadaan air cair dalam waktu yang lebih lama dibandingkan dengan kondisi saat ini. Dengan memahami bagaimana karbon dioksida datang dan pergi dalam kondisi saat ini, para ilmuwan dapat membuat model yang lebih akurat tentang iklim purba Mars.

Penelitian semacam ini juga membantu menjelaskan pembentukan fitur geologi yang disebabkan oleh karbon dioksida, seperti lapisan es dan pola erosi.

 

Musim Dingin di Mars

Selain pengamatan dari MRO, wilayah kutub selatan Mars juga menjadi subjek penelitian yang menarik. Di sana, perbukitan di daerah Australe Scopuli sering tertutup es karbon dioksida selama musim dingin, memberikan penampilan yang menyerupai lanskap bersalju di Bumi.

Namun, perbedaannya adalah es ini terbuat dari karbon dioksida yang membeku, bukan air. Gambar menakjubkan wilayah ini diambil oleh High Resolution Stereo Camera (HRSC) milik Mars Express, wahana antariksa yang dioperasikan oleh Badan Antariksa Eropa (ESA).

Pada Juni 2022, HRSC memotret pemandangan kabur di Australe Scopuli. Lembah es di wilayah ini memperlihatkan pola pita gelap dan terang yang terbentuk dari lapisan debu dan es yang bergantian.

Menurut para astronom, ketebalan es karbon dioksida di kawasan kutub selatan Mars dapat mencapai hingga delapan meter sepanjang tahun. Es yang terbentuk dari karbon dioksida ini secara berkala berubah menjadi gas, menambah dinamika atmosfer Mars yang unik dan memengaruhi pola iklimnya.

Penemuan dan studi lapisan es di permukaan Mars memperkaya pemahaman tentang sejarah geologis dan kemungkinan adanya kehidupan di planet tersebut. Meskipun belum ada bukti langsung tentang keberadaan kehidupan, pemahaman yang lebih baik tentang siklus karbon dioksida dan air di masa lalu meningkatkan peluang untuk menemukan tanda-tanda kehidupan mikroba yang mungkin pernah ada.

(Tifani)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya