Minggu 14 April 1912, di malam yang tenang, dinaungi langit bertabur bintang, sebuah tragedi terjadi. Kapal pesiar terbesar, termewah, dan tercanggih di zamannya tenggelam pada pelayaran perdananya di Atlantik Utara: Titanic. Sebanyak 1.517 dari 2.223 penumpang tamat di lautan beku.
Kala itu, Edith Rosenbaum, seorang jurnalis fashion berusia 32 tahun asal Amerika Serikat, ada di tengah penumpang yang panik. Awalnya, ia menolak dievakuasi dengan sekoci yang jumlahnya tak imbang dengan banyaknya penumpang.
Namun, mainan babi pemutar musiknya menyelamatkan hidupnya. "Awalnya aku tak mau meninggalkan kapal," kata Edith dalam sebuah wawancara di tahun 1970, seperti dimuat Daily Mail, 22 Agustus 2013. "Namun, seorang pelaut menghampiriku, ia berkata, 'Hey kau, kalau kamu tak mau diselamatkan, kami akan mengambil kesayanganmu'. Dia lalu mengambil mainan babiku dan menaruhnya di sekoci."
Edith pun menyerah, masuk ke sekoci. Selama 7 jam terapung di lautan luas nan dingin, musik dari mainan babi itulah yang menenangkan anak-anak dalam sekoci yang panik dan ketakukan, mengalihkan perhatian para bocah dari jerit dan teriakan putus asa dan sekarat.
Musik Itu Dihidupkan Lagi
Baru-baru ini, 101 tahun setelah tragedi Titanic, musik tersebut bisa didengar kembali. Jika dulu alunan nada menenangkan hati para korban, kini ia 'membuat berdiri bulu kuduk' karena mengingatkan kembali pada kejadian malam nahas itu.
Adalah pihak National Maritime Museum yang berhasil memperbaiki mainan pemutar musik itu dan merekam suaranya.
"Mendengarkan nada itu untuk kali pertamanya setelah sekian lama adalah momentum yang membuat merinding," kata kurator museum, Rory McEvoy, pada MailOnline.
"Kami tak menyangka bisa memperbaikinya. Sangat mengesankan sekaligus bikin merinding."
Tak semua musik dalam mainan tersebut yang dimainkan, untuk mencegah potensi kerusakan total. Para peneliti lalu merekamnya, sembari berharap masyarakat luas bisa mengidentifikasi musiknya.
Dan karena babi mainan itu tak bisa dibuka tanpa mengakibatkan kerusakan permanen yang tak bisa diperbaiki, para ahli menggunakan Sinar X beresolusi tinggi untuk mempelajari komponen internalnya.
Mainan dipindai dua kali. Pertama untuk mendapatkan detil bentuknya. Dan kedua, untuk nendapatkan gambaran yang baik dari gerakan musik di dalamnya.
Para peneliti menemukan bahwa tubuh babi dibuat dari bahan organik, kayu dan material dari kertas.
Juga terungkap, bagian ekor terdiri dari ikatan vellum atau perkamen dari kulit hewan, yang tak pernah tersambung ke kotak musik. Padahal, awalnya, para ahli menduga, kotak musik diaktifkan dengan menarik ekor. Ternyata, ada semacam engkol atau tuas yang memutarnya.
Penasaran dengan musik yang diputar saat Titanic karam? Lihat videonya. (Ein/Eks)
Kala itu, Edith Rosenbaum, seorang jurnalis fashion berusia 32 tahun asal Amerika Serikat, ada di tengah penumpang yang panik. Awalnya, ia menolak dievakuasi dengan sekoci yang jumlahnya tak imbang dengan banyaknya penumpang.
Namun, mainan babi pemutar musiknya menyelamatkan hidupnya. "Awalnya aku tak mau meninggalkan kapal," kata Edith dalam sebuah wawancara di tahun 1970, seperti dimuat Daily Mail, 22 Agustus 2013. "Namun, seorang pelaut menghampiriku, ia berkata, 'Hey kau, kalau kamu tak mau diselamatkan, kami akan mengambil kesayanganmu'. Dia lalu mengambil mainan babiku dan menaruhnya di sekoci."
Edith pun menyerah, masuk ke sekoci. Selama 7 jam terapung di lautan luas nan dingin, musik dari mainan babi itulah yang menenangkan anak-anak dalam sekoci yang panik dan ketakukan, mengalihkan perhatian para bocah dari jerit dan teriakan putus asa dan sekarat.
Musik Itu Dihidupkan Lagi
Baru-baru ini, 101 tahun setelah tragedi Titanic, musik tersebut bisa didengar kembali. Jika dulu alunan nada menenangkan hati para korban, kini ia 'membuat berdiri bulu kuduk' karena mengingatkan kembali pada kejadian malam nahas itu.
Adalah pihak National Maritime Museum yang berhasil memperbaiki mainan pemutar musik itu dan merekam suaranya.
"Mendengarkan nada itu untuk kali pertamanya setelah sekian lama adalah momentum yang membuat merinding," kata kurator museum, Rory McEvoy, pada MailOnline.
"Kami tak menyangka bisa memperbaikinya. Sangat mengesankan sekaligus bikin merinding."
Tak semua musik dalam mainan tersebut yang dimainkan, untuk mencegah potensi kerusakan total. Para peneliti lalu merekamnya, sembari berharap masyarakat luas bisa mengidentifikasi musiknya.
Dan karena babi mainan itu tak bisa dibuka tanpa mengakibatkan kerusakan permanen yang tak bisa diperbaiki, para ahli menggunakan Sinar X beresolusi tinggi untuk mempelajari komponen internalnya.
Mainan dipindai dua kali. Pertama untuk mendapatkan detil bentuknya. Dan kedua, untuk nendapatkan gambaran yang baik dari gerakan musik di dalamnya.
Para peneliti menemukan bahwa tubuh babi dibuat dari bahan organik, kayu dan material dari kertas.
Juga terungkap, bagian ekor terdiri dari ikatan vellum atau perkamen dari kulit hewan, yang tak pernah tersambung ke kotak musik. Padahal, awalnya, para ahli menduga, kotak musik diaktifkan dengan menarik ekor. Ternyata, ada semacam engkol atau tuas yang memutarnya.
Penasaran dengan musik yang diputar saat Titanic karam? Lihat videonya. (Ein/Eks)