Inilah Daerah Paling Berbahaya untuk Melahirkan

Daerah ini benar-benar menjadi tempat paling berbahaya di dunia bagi wanita hamil.

oleh Liputan6 diperbarui 17 Nov 2015, 08:30 WIB
Diterbitkan 17 Nov 2015, 08:30 WIB
Peta Kenya-Somalia
Peta yang menjelaskan kedekatan Kenya dan Somalia yang dilanda kekerasan oleh kaum militan

Liputan6.com, Jakarta Daerah ini benar-benar menjadi tempat paling berbahaya di dunia bagi wanita hamil. Lokasinya yang sangat terpencil membuat wanita hamil berisiko besar meninggal dunia saat melahirkan.

Daerah terpencil itu adalah Mandera County di Kenya yang tidak memiliki darah di bank darah. Perempuan yang tinggal di Mandera County hampir 10 kali lebih mungkin meninggal saat melahirkan dibanding melahirkan di Afganistan.

Fardowsa Abdi adalah salah satu wanita hamil yang hampir kehilangan nyawanya.

Wanita berusia 25 tahun itu harus melakukan perjalanan 300 kilometer (186 mil) untuk mencapai rumah sakit, karena di dekat rumahnya di perbatasan Kenya dan Somalia tak ada fasilitas medis. Rumah sakit tersebut merupakan satu-satunya yang gratis di daerah dengan 1 juta penduduk.

Abdi mengalami pendarahan setelah menjalani operasi caesar. Abdi memerlukan operasi darurat untuk bertahan hidup. Jenis darahnya B negatif, yang langka.

Seminggu setelah operasi daruratnya, Abdi masih belum pulih di rumah sakit dan dia mengatakan kepada perawat dia berencana untuk memiliki anak lagi.

Memang Mandera County di Kenya menjadi tempat yang paling berbahaya di dunia untuk melahirkan. Bahkan, orang pintar pun sulit melakukan apa pun.

"Ini tragis," kata Ruth Sambu, seorang perawat bersalin di Rumah Sakit Rujukan Mandera County. "Bagian terburuknya sebagai orang yang berpengetahuan luas, sangat sedikit yang dapat Anda lakukan," katanya seperti dilansir CNN, yantg ditulis Selasa (17/11/2015).

Menurut data PBB, sekitar 38 ibu meninggal saat melahirkan di Mandera County dalam setiap 1.000 kelahiran hidup. Ini artinya dua hingga tiga wanita meninggal dunia setiap harinya.

Hamil di Mandera County 135 kali lebih berbahaya dibanding di Amerika Serikat.

 

Pengantin Muda dan Mutilasi

Aktivis Perempuan Ubah Ibrahim menjelaskan mengapa melahirkan di Mandera County sangat berbahaya. Menurutnya, sebagian besar disebabkan sunat perempuan yang terjadi setiap hari. Selain itu, dokter di Mandera jumlahnya sangat sedikit karena ketidakamanan dan tak banyak fasilitas yang tersedia.

Kelompok pemberontak Al Qaeda Al-Shabaab telah menyerang Mandera beberapa kali, membunuh puluhan warga sipil. Lembaga-lembaga kemanusiaan dan donor internasional, termasuk World Food Programme, telah ditarik keluar atau menarik dukungan karena ketidakamanan. Inilah yang membuat staf medis yang tersisa kewalahan.

"Ia sangat sibuk, sangat sibuk. Seperti Anda memiliki tiga ibu melahirkan pada saat yang sama," kata Sambu.

Para perawat berbicara tentang pengantin anak, wanita terlalu muda yang melahirkan anak. Mereka mengalami pendarahan, namun masih menolak bedah caesar. Apa sebabnya?

Para wanita ini takut bedah caesar mengurangi kesuburan di masa depan. Alasannya, wanita itu menilai dirinya dengan jumlah anak yang bisa diberikan untuk suami.

Kemudian ada mutilasi alat kelamin perempuan, yang dilakukan pada gadis-gadis berumur sembilan tahun. Ketika tiba saatnya para wanita itu melahirkan, mutilasi dapat memberikan konsekuensi yang mengerikan.

"Anda bisa membuat bayi sekarat karena obstruksi pada dinding vagina," kata Sambu.

Jika bayi terjebak, anak dan mungkin ibunya akan meninggal dunia.

Beruntung kini beberapa bantuan secara perlahan diterima Mandera. Dana Populasi PBB, Program Pembangunan PBB dan ada program Beyond Zero.

Sejauh ini, mereka telah menyumbangkan klinik bersalin keliling yang dilengkapi peralatan medis di 32 dari 47 daerah di Kenya, yang berisi obat-obatan yang diperlukan wanita agar melahirkan dengan selamat.

Dana Kependudukan PBB mengatakan, klinik keliling telah membantu lebih dari 130.000 perempuan dan anak-anak Kenya. (Melly)*

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya