Liputan6.com, Jakarta Sikap orangtua terkadang dipandang terlalu protektif dan mengekang dalam menerapkan pola asuh mereka. Seperti misalnya terlalu memaksakan kehendak saat memilihkan pendidikan atau ekstrakurikuler bagi anak-anak mereka. Namun, di balik sikap protektif dan cenderung mengekang itu tentunya ada maksud dan tujuan baik orangtua. Lantas bagaimana menengahi hal ini?
"Di masa sekarang orangtua juga harus sadar ketika mau mengekang anak remajanya. Remaja itu bukan anak-anak lagi. Sudah muncul pemikiran di kepalanya tentang otonomi untuk agar bisa menunjukkan jati diri dia yang sesungguhnya," kata Psikolog Klinis Dewasa Rumah Sakit Bethsaida Serpong, FX Albino Prasodjo ditulis Health Liputan6.com pada Senin (14/12/2015).
Baca Juga
Baca Juga
Albino biasanya akan menyarankan para orangtua untuk memberi kebebasan si anak dalam memilih kesukaannya. Dengan catatan harus bertanggung jawab dengan pilihan tersebut. "Orangtua beri kebebasan, anak kasih bukti ke orangtua bahwa tidak salah memilih," kata Albino.
Advertisement
Ketika si anak mengatakan bahwa hobinya bermain bola, izinkan dia menekuni hobinya tersebut. Kemudian beri catatan, tidak boleh mengabaikan pendidikan formalnya dengan tidak bolos sekolah, dan usahakan berprestasi di bidang akademik.
Hanya karena sifat pragmatis yang hampir dimiliki semua orangtua, mereka langsung mengukur dengan materi yang bakal mereka dapatkan. "Di bola bakal ada duitnya nggak? Sifat pragmatis ini (menyebabkan) anak harus cari pekerjaan, dapat gaji yang besar. Kasarnya, duitnya kasih ke orangtua karena telah membiayai sekolahnya. Itu masalah umum di Indonesia," kata Albino menerangkan.