Liputan6.com, Jakarta Polusi udara diperikarakan akan membunuh lebih dari 6,5 juta orang per tahun di seluruh dunia pada 2050. Jumlah ini meningkat dua kali lipat dari saat ini.
Secara global, terjadi 3,3 juta kematian prematur setiap tahun akibat polusi udara, terutama di Asia. Kematian prematur terjadi karena polutan yang dikenal dengan PM2,5s dan nitrogen gas dioksida beracun, baik yang dihasilkan dari diesel mobil, truk, dan bus.Â
Baca Juga
Profesor Jos Lelieveld, dari Max Planck Institute for Chemistry, mengatakan, polutan memengaruhi kapasitas paru-paru seseorang dan memiliki keterkaitan dengan penyakit seperti penyakit jantung dan kanker paru-paru.
Advertisement
Dikutip dari Daily Mail, Kamis (18/2/2016), hasil dari penelitian yang dilakukan Jos menunjukkan, emisi energi perumahan seperti pemanasan dan memasak, yang banyak terjadi di India dan Tiongkok, memiliki dampak besar.
Di sebagian besar wilayah Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya, emisi dari lalu lintas dan pembangkit listrik ditemukan sebagai penyebab terjadinya kondisi tersebut. Sementara di Eropa, sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar partikel halus beracun.