Hibar Tak Lagi Dibully Usai Menang Kompetisi Internasional

Hibar Syahrul Gafur sempat menjadi anak sekolah yang dibully teman-teman sekolahnya. Namun usai prestasi internasional menghentikan itu.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 27 Apr 2016, 07:00 WIB
Diterbitkan 27 Apr 2016, 07:00 WIB
Hibar, Tak Lagi Di Bully Usai Menang Kompetisi Internasional
Hibar Syahrul Gafur sempat menjadi anak sekolah yang dibully teman-teman sekolahnya. Namun usai prestasi internasional menghentikan itu.

Liputan6.com, Bogor Prestasi internasional yang ditorehkan remaja asal Bogor, Hibar Syahrul Gafur "membungkam" mulut-mulut usil yang biasa menindasnya. Sejak Hibar meraih medali emas kategori Safety and Health pada "International Exhibition for Young Inventor" di Malaysia pada 2013 atas karya sepatu antikekerasan seksual, bully terhadap dirinya berkurang.

"Sesudah ikut kompetisi itu jadi di setiap koridor sekolah teman-teman tuh jadi menyapa, "Hibar... Hibar..." padahal sebelumnya sinis sama Hibar," kata Hibar saat ditemui Health-Liputan6.com pada Rabu (26/4/2016).

Perubahan ini pun membuat sosok Hibar jadi lebih percaya diri dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki.

Sebelum mengikuti kompetisi yang idenya tercetus pada 2012, Hibar adalah sosok yang dianggap berbeda dengan teman-teman di sekolahnya.  Berasal dari desa sementara sekolahnya di kota membuatnya jadi bahan olokan karena gayanya yang dianggap "cupu" oleh teman-temannya. Lalu, kondisi ekonomi keluarga yang berbeda dari teman-teman sekolahnya juga jadi bahan olokan.

 Hibar Syahrul Gafur saat meraih medali emas di Malaysia pada 2013 atas ide speatu antikekerasan seksual. (Foto: Arsip Pribadi)

"Dulu tuh enggak ditemenin, dijelek-jelekin diomong-omongin, pokoknya umbar-umbar kejelekan Hibar," kata remaja kelahiran Bogor, 26 Desember 1998 ini.

Untungnya ide cerdas dan semangat dalam membuat inovasi dalam membuat sepatu yang niat awalnya untuk membantu perempuan melawan kekerasan seksual membuatnya jadi lebih dihargai dan tidak lagi menjadi bahan bully. Saat SMP pun ia tetap bisa masuk dalam ranking lima siswa terbaik di kelasnya.

Meski sudah mengukir prestasi memukau atas ide sepatu listrik antikekerasan seksual pada 2013 lalu di Malaysia, Hibar berharap sepatu ini bisa lebih dikembangkan. Salah satu harapannya, ia menginginkan adanya hak paten untuk sepatu ini. "Untuk hak paten, butuh prosedur panjang juga sih," pungkas Hibar. 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya