Mengejutkan, Makanan 'Fast Food' Disuntik Antibiotik?

Tak hanya membahayakan kesehatan manusia saja, antibiotik pada makanan cepat saji juga menyiksa hewan ternak yang nantinya bakal disantap.

oleh Adanti Pradita diperbarui 26 Okt 2016, 14:00 WIB
Diterbitkan 26 Okt 2016, 14:00 WIB
Makanan cepat saji
Tak hanya membahayakan kesehatan manusia saja, antibiotik pada makanan cepat saji juga menyiksa hewan ternak yang nantinya bakal disantap.

Liputan6.com, Jakarta Kepopuleran serta minat masyarakat di berbagai belahan dunia akan makanan cepat saji nampaknya tidak pernah luntur hingga saat ini.

Rasa makanan yang secara universal diakui sangat gurih, penyajian yang tergolong cepat, harga yang bisa dibilang sangat terjangkau dan kemungkinan besar selalu buka selama 24 jam, merupakan beberapa dari sekian banyak keunggulan yang dimiliki restoran cepat saji.

Tapi, tentunya semua orang tahu kekurangan terbesar dari makanan yang disajikan di restoran fast food ini yaitu, tidak sehat atau potensi ancamannya terhadap kesehatan manusia sangat besar, bahkan bisa merengut nyawa jika dikonsumsi terlalu sering.

Memang tidak sehat dan berbahaya baik dalam jangka pendek mau pun panjang. Namun, apakah Anda sebenarnya tahu apa yang membuat makanannya berbahaya?

Sebuah laporan bertajuk ‘Chain Reaction II’ yang merupakan hasil gabungan penelitian enam organisasi aktivis berhasil menguak fakta mengejutkan soal pembuatan makanan, khususnya daging di restoran cepat saji.

Enam organisasi tersebut, yang mana tiga diantaranya adalah, Natural Resources Defense Council, Consumers Union dan Friends of the Earth, menemukan bahwa penggunaan antibiotik pada unggas atau ternak yang nantinya akan disajikan sebagai daging untuk disantap para pecinta fast food, sangat berlebihan dan membahayakan tidak hanya penyantapnya, namun juga terbukti sebagai suatu penyiksaan terhadap hewan ternaknya.

“Antibiotik tersebut diberikan pada hewan ternak agar mereka bertahan hidup lebih lama dan ukurannya membesar serta terlihat bugar dalam jangka waktu singkat. Ironisnya, sebetulnya hewan tersebut tidak sama sekali merasa sehat lantaran harus melewati proses menyakitkan yang membuatnya sesak mendadak dan menjadi stres berkepanjangan sebelum akhirnya menjadi santapan manusia,” ujar salah seorang penulis laporan tersebut kepada CNN, Rabu (26/10/2016).

Dampak negatif terhadap kesehatan manusia

Para aktivis yang terlibat dalam perancangan laporan tersebut juga menyebutkan bahwa antibiotik yang disuntikkan pada hewan ternak untuk makanan restoran cepat saji bisa membuat tubuh manusia yang menyantapnya menjadi sangat rentan akan penyakit dan pasalnya menjadi sulit disembuhkan lantaran obat antibiotik apa pun akan terkalahkan oleh kandungan antibiotik yang sudah ada dalam makanan cepat saji yang disantapnya.

“Penyalahgunaan antibiotik pada hewan ternak makanan cepat saji membuat resistensi tubuh terhadap obat antibiotik biasa sangat kuat sehingga pengobatan infeksi bakteri dan penyakit serupa lainnya menjadi semakin sulit. Tubuh menjadi terlalu kebal, antibiotik dokter tidak akan mempan, orang tersebut pasalnya akan semakin lama sakitnya dan fatalnya, bisa berujung kematian,” lanjut salah seorang penulis laporan yang menganalisis penyalahgunaan antibiotik pada daging di  25 restoran cepat saji yang berlokasi di Amerika Serikat itu.

Koresponden divisi medis CNN, Sanjay Gupta menerangkan bahwa, resistensi terhadap antibiotik dewasa ini menjadi salah satu ancaman kesehatan yang paling fatal bagi manusia.

“Tanpa kita sadari, jumlah antibiotik yang kita konsumsi terlampau banyak karena ternyata makanan, khususnya daging yang kita santap di restoran cepat saji memiliki kandungan tersebut,” jelasnya.

Tubuh terlampau kebal, penyakit menjadi fatal

Gupta lanjut menjelaskan, mereka yang merasa seumur hidupnya tidak pernah bergantung pada obat antibiotik pun sebetulnya sudah terkontaminasi oleh kandungan tersebut jika terbukti sering mengonsumsi makanan cepat saji.

“Pasalnya, ketika kita minum obat saat sakit flu atau lainnya, obatnya tidak akan manjur dan Anda tidak akan kunjung sembuh karena antibiotik yang diberikan dokter untuk melawan bakteri dari infeksinya tidak bisa menyaingi yang sudah tertanam dalam tubuh hasil daging santapan makanan cepat saji,” tutur Gupta.

Menanggapi hal ini, dua organisasi terkemuka berskala global seperti World Health Organization (WHO) dan United Nations (UN) atau PBB tentunya tidak tinggal diam.

Mereka kini tengah menindaklanjuti pengecekan terhadap 25 restoran cepat saji yang dianggap sangat mungkin menyalahgunakan penggunaan antibiotik tersebut, seperti dijelaskan secara mendetil dalam laporan hasil kolaborasi enam organisasi aktivis.

Beberapa restoran cepat saji populer kini dijadikan target pengecekan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya