Benda Mirip Telur pada Ikan Sarden Bukan karena Kandungan Logam

Informasi yang beredar soal benda mirip telur atau kristal pada ikan Sarden di Indonesia bukan karena adanya kandungan logam berat.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 04 Nov 2017, 13:00 WIB
Diterbitkan 04 Nov 2017, 13:00 WIB
Ikan sarden yang diduga tercemar logam berat. (Foto: KKP)
Ikan sarden yang diduga tercemar logam berat. (Foto: KKP)

Liputan6.com, Jakarta Publik tengah dilanda kecemasan soal adanya kandungan logam berat beracun menyerupai telur pada komoditas ikan Sarden atau Sardin di Indonesia. Namun, apakah benar informasi tersebut?

Menanggapi adanya informasi tersebut, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sebagai otoritas yang berwenang terhadap pengawasan keamanan produk hasil perikanan menyatakan, informasi tersebut tidak benar.

Ada penjelasan rinci terkait informasi dari KKP, yang dikeluarkan pada 1 November 2017.

Jenis ikan

jenis ikan yang saat ini ramai diberitakan adalah bukan di Indonesia ataupun berasal dari perairan Indonesia. Ikan Sardin jenis tersebut diketahui berasal dari kelompok Family Clupeidae.

Dilansir dari situs Encyclopedia Britannica, Sabtu (4/11/2017), kelompok ikan Sarden Family Clupeida punya habitat di Australia, Jepang, dan perairan di Amerika bagian utara dan selatan.

Namun, dilihat dari bentuknya tidak mirip dengan ikan Siro (Amblygaster sirm)  maupun Ikan Lemuru (Sardinella lemuru), yang menjadi bahan sardin kalengan atau ikan asin yang terdapat di Indonesia.

 

 

 

Simak video menarik berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Benda mirip telur atau kristal

Pada kasus Ikan Sardin yang ramai diberitakan, benda mirip telur atau kristal di dalam perut makanan Ikan Sardin kaleng, yang dianggap tumor atau kanker berbahaya tersebut merupakan Glugea sardinellensis (sejenis protozoa).

Glugea mampu membuat sel-sel di sekelilingnya menyerupai bola untuk membentuk perisai. Sel berbentuk telur ini dapat tumbuh hingga ukuran 1-18 mm, yang disebut dengan Xenoma.

Ketika ikan terus tumbuh dalam kelompok besar, Glugea akan menyebar lebih banyak.  Jadi, benda mirip telur atau kristal tersebut bukan diakibatkan kandungan logam berat, sebagaimana yang diberitakan. 


Tidak menginfeksi

Parasit ini tidak menginfeksi pada manusia dan tidak berbahaya untuk dikonsumsi. Tentunya, jika terlebih dahulu dibersihkan, dicuci, dan direbus dengan benar.  

Glugea sebenarnya bukanlah penyakit aneh, langka, atau pun berbahaya sehingga tidak perlu dihindari.


Mutu terjamin

Ikan Sardin di Indonesia umumnya dijual dalam bentuk kemasan kaleng dan sudah melalui tahap jaminan mutu dan keamanan pangan, yang sangat ketat melalui sertifikasi SKP, HACCP, MD dan sekarang SPPT SNI.

Hal tersebut mengacu pada standar FAO (Food and Agriculture Organization of the United Nations) sehingga aman dikonsumsi.


Mutu keamanan

Persyaratan mutu dan keamanan produk Ikan Sardin dalam kemasan salah satunya adalah cemaran logam (Hg, Pb, Cd, Sn dan Arsen) di bawah batas yang di ijinkan.

Ikan Sarden atau Sardin di Indonesia, yang marak diberitakan mengandung logam berat beracun menyerupai telur ternyata tidak benar. (Foto: Kementerian Kelautan dan Perikanan)

Jika salah satu logam berat melebihi ambang batas, maka sertifikat mutu di atas tidak akan diterbitkan.


Proses produksi

Saat proses produksi, cara pengolahan dan sanitasi ikan Sardin sudah diterapkan dengan baik. Jika terlihat butiran, seperti telur ikan, maka otomatis akan segara dibersihkan karena kasat mata--terlihat oleh mata.


Sterilisasi

Jika diduga butiran telur itu adalah parasit dan masih tertinggal dalam produknya, maka parasit  dan sporanya sudah pasti mati.

Hal ini karena sarden dalam kemasan kaleng telah melalui proses pemanasan tinggi (sterilisasi) dengan persyaratan pangan sterilisasi komersial.


Kontaminasi

Apabila ikan sudah dikeluarkan dari kaleng dan dibiarkan lama di suhu ruang, maka akan terjadi kontaminasi yang memungkinkan ulat atau belatung, yang berada dalam produk sarden kaleng. Ini tentu merupakan kelalaian fatal dari konsumen.

Konsumen diharapkan lebih cermat dan teliti dalam melihat tanggal kadaluarsa yang tercantum dalam kemasan kaleng.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya