Liputan6.com, Jakarta Hasil penelitian dari Universitas Oxford belum lama ini cukup mencengangkan. Disebutkan bahwa 40 persen gangguan jiwa lebih rentan dialami wanita ketimbang pria.Â
Mereka menduga, kemungkinan besar hal ini bisa sampai terjadi karena pengaruh dari perubahan hormon yang lebih gampang terjadi pada kaum hawa.Â
Baca Juga
Belum lagi sekarang ini, tidak sedikit wanita yang terlibat pada kegiatan yang merupakan faktor risiko dari gangguan jiwa. Seperti beban pekerjaan di kantor, urusan rumah tangga terlebih bagi wanita yang ditinggal suami, dan kemacetan lalu lintas.Â
Advertisement
Berikut tiga jenis gangguan jiwa yang paling rentan terjadi pada wanita.
1. Depresi
Depresi adalah jenis gangguan jiwa yang membuat seseorang merasa sangat sedih hingga berada pada titik terendahnya. Orang yang depresi sering merasa putus asa, kehilangan motivasi dan semangat untuk menjalankan aktivitas sehari-hari. Menurut penelitian, wanita 75 persen lebih rentan untuk mengalami depresi daripada pria.
Selain dipengaruhi faktor hormonal, hal tersebut juga turut disebabkan oleh faktor lingkungan. Misalnya, tuntutan bahwa wanita bekerja juga harus menjadi ibu rumah tangga dan mengasuh anak di rumah.
Jenis Gangguan Jiwa Lainnya
2. Gangguan cemas
Penelitian kembali mengatakan, wanita 60 persen lebih mungkin untuk mengalami kecemasan. Menurut American Psychological Association’s Journal of Abnormal Psychology, hal tersebut terjadi karena wanita cenderung memendam emosi yang dirasakan dibandingkan langsung meluapkannya.
Seseorang yang mengalami gangguan cemas akan mengalami gejala sebagai berikut:
- Khawatir berlebihan
- Gelisah
- Ketakutan
- Sulit berkonsentrasi dan berpikir jernih
- Menjadi sangat waspada
- Sulit tertidur di malam hari
3. Gangguan stres pascatrauma (PTSD)
Wanita 10Â persen lebih mungkin untuk mengalami gangguan stres pascatrauma atau PTSD (Post Traumatic Stress Disorder).
Ini adalah gangguan jiwa yang terjadi setelah seseorang mengalami kejadian yang traumatis, misalnya pelecehan seksual, perang, serangan teroris, atau kecelakaan berat.
Penulis :Â dr. Dyah Novita Anggraini/ Klik Dokter
Advertisement