Kacamata Pintar Google Glass Kini Bisa Bantu Anak Autisme Bersosialisasi

Seperti julukannya, Kacamata pintar ini ternyata dapat membantu penderita autisme dalam meningkatkan kemampuan mereka bersosialisasi.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Jul 2018, 06:30 WIB
Diterbitkan 17 Jul 2018, 06:30 WIB
Ilustrasi Google Glass
Ilustrasi Google Glass (Liputan6.com/Sangaji)

 

Liputan6.com, Jakarta Google glass bisa dibilang tak ubahnya kacamata pintar impian hampir seluruh kalangan. Dan tentunya diharapkan agar pengguna google glass ini akan mendapatkan kemudahan informasi secara streaming atau langsung.

Seperti julukannya, teknologi yang dikembangkan oleh Google ini ternyata dapat membantu penderita autisme dalam meningkatkan kemampuan mereka bersosialisasi.

Seperti yang diketahui, penyandang Autisme Spektrum Disorder (ASD) memiliki gangguan dalam bersosialisasi. Namun, terdapat penelitian yang mengemukakan bahwa perangkat google glass ini dapat melatih penyandang autisme dalam membaca emosi pada wajah seseorang. Oleh karena itulah kemampuan mereka dalam berinteraksi dengan orang lain dapat meningkat.

Melansir dari laman South China Morning Post, Selasa (17/7/2018), perangkat Google Glass ini dapat digunakan sebagai alat bantu terapi bagi penyandang autisme.

Pendiri Proyek Kacamata Autisme, Catalin Voss mengatakan bahwa tidak cukup banyak tenaga terapis yang tersedia untuk membantu penyandang autisme. Hadirnya kacamata ini diharapkan dapat membantu mereka. Setidaknya untuk meningkatkan kemampuan penyandang autisme dalam berinteraksi dan memahami emosi yang tersampaikan dalam wajah seseorang. 

 

Saksikan juga video berikut ini:

 

Cara kerja Google glass untuk bantu penyandang autisme

Autisme (iStock)
Ilustrasi anak dengan autisme (iStockphoto)

The Autism Glass Project ini mengumpulkan data real-time dari frame, kemudian memproses informasi di ponsel pintar dan aplikasi, termasuk sistem komputasi berbasis kecerdasan buatan. Setelah itu, dipancarkanlah informasi kembali ke pengguna. Sensor yang melacak ekspresi dan gerakan mata yang terletak pada perangkat bertujuan untuk memberikan informasi real-time tentang isyarat sosial kepada penggunanya.

Perangkat ini dapat mengenalkan pengguna pada delapan emosi, seperti kebahagiaan, kesedihan, kemarahan, ketakutan, dan rasa jijik.

Meskipun begitu, penelitian mengenai perangkat dapat membantu meningkatkan kemampuan sosial penyandang autisme belum dilakukan pada sebagian besar orang dengan autisme. Sehingga masih sulit untuk menyimpulkan apakah perangkat tersebut akan berhasil untuk setiap anak atau tidak. Ini dikarenakan setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda-beda. 

 

Penulis: Jihan Khaldaf

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya