Digugat Soal Polusi Udara, Ini Tanggapan Menkes

Berikut tanggapan Menkes Nila F. Moeloek yang digugat terkait polusi udara.

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 18 Jul 2019, 14:00 WIB
Diterbitkan 18 Jul 2019, 14:00 WIB
Menkes dan Dirut BPJS Kesehatan Beri Keterangan Pemutusan Kerja Sama Rumah Sakit
Menteri Kesehatan Nila Moeloek (Merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Kesehatan (Menkes) Republik Indonesia Nila F. Moeloek menanggapi gugatan beberapa pihak terkait polusi udara di Jakarta beberapa waktu yang lalu. 

"Saya agak bingung, kemarin kita disomasi NGO (Non-Governmental Organization/Lembaga Swadaya Masyarakat) katanya polusi udara salahnya Menteri Kesehatan. Memang saya ngapain bikin polusi,"kata Nila saat memberikan paparan publik Pencerah Nusantara di Jakarta ditulis Kamis (18/7/2019).

"Justru kami di hilir terkena dampak dari polusi," tambah Nila.

Wanita yang juga dokter spesialis mata ini mengatakan bahwa yang terbaik dalam menghadapi polusi udara adalah perilaku. Baik perilaku individu maupun industri.

"Bikin pabrik harus ramah lingkungan, " ujarnya.

Dia juga menambahkan bahwa sesungguhnya pekerjaan kementerian tidaklah besar. Persentasenya sekitar 20 persen saja. "Kami hanya pendukung seharusnya. Dari diri sendiri yang harus berubah dan faktor lingkungan," kata Nila.

 

Simak juga Video Menarik Berikut Ini:


Aksi Masing-Masing dari Kita

Pembatas Jalan Ganggu Pejalan Kaki di Jalan Merdeka Utara
Pejalan kaki menghindari pembatas jalan yang menutupi trotoar di Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta, Rabu (3/7/2019). Pembatas jalan yang berada tidak pada tempatnya tersebut mengganggu pejalan kaki karena menutupi badan trotoar. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Sebelumnya, ketika ditemui usai peluncuran Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat 2018 pada Senin, 15 Juli 2019, Nila mengatakan bahwa polusi udara tergantung pada diri kita. Salah satunya penggunaan transportasi pribadi.

Nila mengakui, bahwa memang tata ruang di Indonesia masih banyak yang belum ramah bagi pejalan kaki dan pesepeda.

"Kita tidak pernah naik sepeda atau jalan kaki. Itu mungkin tata ruang juga harus ramah terhadap pejalan kaki atau sepeda, ini kita tidak ada, " kata Nila.

Di samping itu, kawasan industri juga harus memperhatikan cara pembuangan limbahnya agar tidak sembarangan. "Gimana kita tidak sakit kalau begini, " katanya.

 


Polusi Udara Jakarta

Kualitas Udara Jakarta Buruk, Warga Beraktivitas Pakai Masker
Pejalan kaki mengenakan masker saat berjalan di Jakarta, Kamis (4/7/2019). Organisasi lingkungan Greenpeace menyatakan kualitas udara Jakarta saat ini terpantau sangat tidak sehat dengan angka 165 AQI atau Indeks Kualitas Udara. (merdeka.com/Imam Buhori)

Beberapa waktu yang lalu, polusi udara yang buruk di Jakarta membuat beberapa NGO di bidang lingkungan menggugat pemerintah. Mereka yang tergugat adalah: Gubernur DKI Jakarta, Presiden RI, Gubernur Jawa Barat, Gubernur Banten, Kemenkes, dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Mengutip News Liputan6.com, Direktur Eksekutif Walhi DKI Jakarta Tubagus Soleh Ahmadi menegaskan, polusi Jakarta memang bukan hanya masalah DKI. Daerah penyangga seperti Jawa Barat dan Banten juga harus ikut serta bertanggung jawab.

Tubagus menilai persoalan kualitas udara di Jakarta berhulu pada kebijakan pemerintah. Baik DKI Jakarta maupun pusat. Menurut dia, selama ini, belum ada rangkaian kebijakan dari pemerintah untuk mengendalikan kualitas udara.

"Kalaupun ada, belum bisa melindungi hak masyarakat untuk memperoleh udara bersih," katanya pada Selasa, 9 Juli lalu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya