Liputan6.com, Jakarta Ada beberapa gangguan pencernaan pada anak yang sering terjadi. Gangguan cerna ini biasanya menggerakkan orangtua membawa anak ke dokter.
Dokter spesialis anak konsultan Ariani Dewi Widodo menyampaikan, gangguan pencernaan berupa diare, konstipasi (sembelit) yang mana sulit buang air besar (BAB) termasuk paling sering terjadi.
Advertisement
"Biasanya anak itu diare dan sembelit. Yang sering juga dialami anak yakni muntah, sakit perut, dan rasa tidak selesai BAB (BAB tidak tuntas). Pola BAB tidak teratur seperti kadang konstipasi, kadang diare dan kondisi ini berubah-ubah. Nah, itu semua keluhan yang seringkali membuat orangtua datang ke dokter pencernaan," papar Ariani dalam siaran Live Streaming Radio Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Jakarta pada Rabu (28/8/2019).
Penyebab gangguan pencernaan pada anak terkait sistem yang mengatur saluran cerna dan otak. Jika saraf antara saluran cerna dan otak terganggu, maka anak akan merasakan sensasi nyeri dan kembung.
"Faktor lain, bagaimana motilitas atau gerakan saluran cernanya. Kalau terlalu lambat dan lemah bisa menyebabkan sembelit, sedangkan pergerakan saluran cerna yang cepat dapat menyebabkan diare," lanjut Ariani.
Simak Video Menarik Berikut Ini:
Saluran Cerna Belum Terbentuk Sempurna
Yang perlu diperhatikan, gangguan pencernaan pada anak yang sering terjadi berhubungan dengan kondisi sistem saluran cerna sendiri. Sistem saluran cerna anak masih belum terbentuk sempurna layaknya dewasa.
"Pertama, sel-sel usus pada anak biasanya masih renggang. Akibatnya, bila ada kuman penyakit akan mudah masuk ke tubuh melalui sel yang renggang tersebut. Kedua, lapisan mukus atau lapisan lendir di atas usus masih tipis. Artinya, ada bagian di usus yang tidak terlindungi sehingga anak rentan kena penyakit," Ariani menambahkan.
"Ketiga, daya tahan tubuh anak belum terlalu matang. Ini karena sel-sel yang renggang tadi belum terbentuk sempurna sehingga anak mudah kena penyakit dan terpapar alergen (pemicu alergi)."
Sistem saluran cerna anak mulai terbentuk cukup baik saat anak berusia di atas tahun. Tapi tergantung anaknya.
"Ada juga beberapa anak usia 3 tahun yang pencernaannya belum cukup baik terbentuk," ujar Ariani yang sehari-hari berpraktik di RS Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta.
Advertisement