Liputan6.com, Jakarta Jelang Enduro World Series Qualifier - Bali Gravity Enduro, ratusan pebalap sepeda nasional maupun internasional tiba di Kintamani sejak Rabu (6/11/2019). Meski kejuaraan kualifikasi itu dijadwalkan pada 9 dan 10 November, beberapa rangkaian kegiatan terkait lomba seperti sesi latihan serta sharing dan coaching clinic telah dimulai dua hari jelang kejuaraan.
Para pecinta olahraga sepeda gunung dari dalam negeri maupun belasan negara lainnya itu pun berkesempatan untuk berlatih di lokasi trekking pada Kamis (7/11) dan Jumat (8/11). Salah satu daya pikat utama kejuaraan Bali Gravity Enduro memang terletak pada trek yang akan dilalui para pebalap.
Baca Juga
Berlokasi di sekitar Batur Unesco Global Geopark, panitia menyajikan dua trek berbeda pada turnamen tersebut. Event Director Bali Gravity Enduro Made Sandi Sadewa mengatakan, para pebalap akan berlaga di Taman Wisata Alam (TWA) Bukit Penelokan dan Bukit Payang pada hari pertama dan kedua.
Advertisement
"Hari pertama kita main di Root Garden, vegetasi hutan yang sangat rapat, adem. Berikutnya di terik matahari, Rock Garden, batuan beku luar, bekas letusan Gunung Batur," ujar Made.
Tantangan Berbeda
Masing-masing trek tersebut memiliki jenis rintangan yang unik dan sangat menguji kemampuan teknis para pebalap. Made menjelaskan, TWA Bukit Penelokan memiliki vegetasi atau pepohonan yang rapat. Akar-akar yang melintang di sekitar jalur balap (race lne) menjadi tantangan alami yang unik dan berbeda dibandingkan jalur trek lainnya.
"Ada Root Garden, itu ada akar-akar pohon yang melintang. Itu jadi obstacle, suatu tantangan teknis untuk si atlet untuk bisa melewatinya dengan aman dan cukup cepat untuk dapat perhitungan waktu yang tepat," tutur Made.
Tak hanya akar-akar melintang yang menjadi tantangan bagi para pebalap di Bukit Penelokan, kondisi tanah di area tersebut pun unik. Made mengatakan, tanah di area itu merupakan bekas letusan Gunung Agung pada 1963 sehingga di sekelilingnya tertutup pasir setebal kurang lebih 40 cm, dedaunan, dan humus. Perlu keseimbangan yang tepat untuk dapat menaklukkan medan tersebut.
"Itu track lucu banget, kalau direm, enggak bisa berhenti itu sepeda, jadi ngegelosor. Itu teknis banget, enggak bisa mengandalkan rem di situ, jadi murni betul-betul mengandalkan keseimbangan, seperti orang main surfing, sepatu roda, atau skateboard," ujar Made.
Sementara pada hari kedua, para pebalap akan menghadapi medan balap yang tak kalah menantang. Rock Garden di area Black Lava Bukit Payang harus ditaklukkan dalam waktu singkat bila ingin mengumpulkan poin dalam seri kualifikasi ini.
"Berikutnya di terik matahari, Rock Garden, batuan beku luar, bekas letusan Gunung Batur. Kalau salah-salah, terlalu heboh ngerem atau ngambil jalurnya, ban luar robek itu sudah pasti. Ini obstacle-nya beda. Itu yang membuat dari tahun ke tahun, ada banyak variasi trek yang bisa kita mainkan," jelas Made.
Seperti pernah disinggung oleh Race Director Bali Gravity Enduro AT Wiryawan, balap sepeda enduro tak hanya melulu soal sport melainkan juga melibatkan unsur leisure. Hal senada diungkap Made, para pebalap akan bisa menikmati keindahan alam di sekitar lokasi Batur UNESCO Global Geopark. Di sepanjang Bukit Abang pun akan tampak mahakarya Sang Pencipta seperti Gunung Rinjani, Pulau Lombok, Gunung Agung, Gunung Batur, serta Danau Batur.
Advertisement
Dukungan Pemkab Bangli
Kejuaraan kualifikasi Bali Gravity Enduro juga mendapat tanggapan positif dari pemerintah daerah setempat. Pemerintah Kabupaten Bangli menyambut baik terselenggaranya kegiatan berskala internasional ini.
"Bagi kami, event ini adalah suatu surprise karena dilaksanakan di kawasan wisata Kaldera Gunung Batur," ujar Sekda Kabupaten Bangli Ida Bagus Gede Giri Putra.
Menurutnya, event-event serupa Bali Gravity Enduro diperlukan sebagai ajang promosi pariwisata di kawasan Bali Tengah. Ia melihat, secara multiplier effect event ini juga akan memberikan dukungan kepada kondisi pelaku pariwisata yang ada di kawasan itu.
"Dengan Bali Gravity Enduro ini akan membawa manfaat di samping untuk olahraga dan kesehatan, itu juga bagaimana mengenalkan wilayah kami yang masih alami, yang masih tradisional," kata pria yang akrab disapa Gus Giri yang juga menjabat sebagai General Manager Batur UNESCO Global Geopark.
Gus Giri berharap, para pebalap yang hadir tak hanya bisa menikmati keindahan alam di Gunung Batur dan sekitarnya tapi juga membagikan pengalaman mereka di Bali Tengah pada kerabat di negara asal.