Liputan6.com, Jakarta Berhenti merokok tidak hanya menghentikan paru-paru bertambah rusak, namun juga mengembalikannya menjadi lebih sehat lagi. Sebuah studi terbaru menemukan hal tersebut.
Dalam sebuah studi yang dimuat di jurnal Nature pada hari Kamis kemarin, berhenti merokok juga membuat sel-sel sehat di paru-paru muncul dan menggantikan sel yang rusak karena kebiasaan tersebut.
Baca Juga
"Orang-orang yang merokok selama 30 tahun, 40 tahun, atau lebih, sering mengatakan pada saya bahwa sudah terlambat untuk berhenti merokok, kerusakan sudah terjadi," kata penulis senior studi Peter Campbell dari Wellcome Sanger Institute di Inggris.
Advertisement
"Yang sangat menarik dalam penelitian kami adalah, hal itu menunjukkan bahwa tidak ada kata terlambat untuk berhenti," kata Campbell, seperti dikutip dari The Guardian pada Jumat (31/1/2020).
Simak juga Video Menarik Berikut Ini
Manfaat Berhenti Merokok
Para peneliti melakukan studi ini dengan menganalisis biopsi paru-paru dari 16 orang. Mereka adalah perokok, mantan perokok, orang dewasa yang belum pernah merokok, dan anak-anak.
Mereka menemukan, sembilan dari 10 sel paru-paru pada perokok mengalami mutasi, termasuk yang berpotensi menjadi kanker.
"Kami menemukan bahwa bahkan dalam sel-sel paru-paru sehat dari perokok mengandung ribuan mutasi genetik. Ini dapat dianggap sebagai bom waktu mini yang menunggu sernagan berikutnya dan menyebabkan mereka berkembang menjadi kanker," kata Dr. Kate Gowers, salah seorang peneliti di studi ini, dikutip dari EurekAlert.
Namun pada mantan perokok, sel-sel rusak ini digantikan oleh sel yang sehat seperti terlihat pada mereka yang tidak pernah merokok. Setidaknya, 40 persen dari sel paru mantan perokok lebih sehat daripada mereka yang masih melakukan kebiasaan tersebut.
Walau begitu, pada perokok yang telah mengalami penyakit paru-paru kronis, kerusakan tidak bisa dibalikkan, bahkan setelah berhenti merokok.
"Penelitian kami memiliki pesan kesehatan masyarakat yang penting dan menunjukkan bahwa sangat layak untuk berhenti merokok demi mengurangi risiko kanker paru-paru," kata penulis senior Profesor Sam Jones dari University College London.
Advertisement