Liputan6.com, Jakarta Juru Bicara Indonesia untuk penanganan COVID-19 Achmad Yurianto menjelaskan alasan pemindai suhu tubuh (thermal scanner) tidak mampu mengidentifikasi apakah seseorang terjangkit COVID-19 atau tidak. Menurutnya, hal tersebut disebabkan oleh adanya perubahan karakter virus.Â
Yuri menjelaskan, semula indikasi awal seseorang terjangkit COVID-19 yakni dengan suhu tubuh yang tinggi. Karena itu, di pintu-pintu masuk ke Indonesia ditempatkan thermal scanner.
Baca Juga
Namun kemudian ada perubahan karakter virus sehingga tak lagi bisa dideteksi hanya dengan pindai suhu tubuh.Â
Advertisement
"Dari diskusi yang panjang, karena memang berubah virus ini. Berubah dalam kaitan dengan gejala yang dimunculkan jadi berubah. Yang semula gambarannya adalah sakit keras, sampai angka kematian seperti di Wuhan yang sekarang ini malah asimtomatis, tidak ada tandanya. Tidak ada gejalanya," jelas dia, di Kementerian Kesehatan, Jakarta, Selasa (3/3).
Â
Virus Semakin Cepat Menyebar
Menurut Yuri, perubahan karakter virus yang tak lagi bisa dideteksi hanya dengan thermal scanner juga jadi penyebab virus semakin cepat menyebar.Â
"Ini yang menjawab bahwa semakin cepat menyebar kemana-mana tidak terdeteksi oleh thermal scan yang hanya berbasis suhu tubuh di atas 37,5 derajat," ungkapnya.
Hal yang sama, kata dia, terjadi pada kasus dua WNI yang positif terjangkit COVID-19. WNI tersebut adalah orang pertama terjangkit COVID-19 dari WNA yang masuk ke Indonesia tapi tidak terdeteksi oleh thermal scanner.
"Ini juga terjadi dari kasus yang sekarang kita rawat, dua positif. Dia tertular oleh orang yang masuk ke Indonesia dalam kondisi tidak panas sehingga kita tidak tahu kalau dia sakit," tandasnya.Â
Â
(Wilfridus Setu Embu/Merdeka.com)
Advertisement