Kelamaan di Rumah Aja Tingkatkan Risiko Kehamilan yang Tak Direncanakan

Kepala BKKBN mengatakan bahwa ada risiko kehamilan tak direncanakan dari pasangan yang terlalu lama di rumah karena COVID-19 dan melakukan hubungan seks tanpa kontrasepsi

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 05 Mei 2020, 22:00 WIB
Diterbitkan 05 Mei 2020, 22:00 WIB
Ilustrasi Wanita Hamil (iStockphoto)
Ilustrasi Wanita Hamil (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Jumlah orang yang melakukan program Keluarga Berencana (KB) ke fasilitas kesehatan atau klinik menurun dikhawatirkan meningkatkan risiko kehamilan yang tidak direncanakan di masa pandemi COVID-19.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan bahwa penurunan orang yang melakukan program KB akibat pembatasan aktivitas  karena COVID-19 sudah terlihat.

"Penurunannya bisa 40 sampai 50 persen di beberapa tempat. Sehingga stay at home ini kalau lama-lama bisa berisiko hamil," kata Hasto dalam siaran daring peluncuran situs Siap Nikah pada Senin (4/5/2020).

Hasto menjelaskan, secara teori, dari 100 orang usia subur dan sehat yang berhubungan seks tanpa menggunakan kontrasepsi sebanyak dua hingga tiga kali dalam seminggu, setidaknya ada 15 orang dari mereka yang akan mengalami kehamilan dalam waktu sebulan.

Simak juga Video Menarik Berikut Ini

Menunda Kehamilan Lebih Dulu

Makanan yang Harus Dihindari Ibu Hamil Saat Buka Puasa dan Sahur
Makanan yang Harus Dihindari Ibu Hamil Saat Buka Puasa dan Sahur / Sumber: iStockphoto

Hasto mengatakan, kehamilan muda di tengah pandemi COVID-19 adalah suatu hal yang berat. Menurutnya, ketika seseorang hamil muda, maka daya tahannya akan menurun. Ini agar tubuhnya tidak menolak janin.

"Tuhan itu menciptakan kalau hamil muda itu daya tahan tubuhnya turun memang. Karena tubuh kita dibuat supaya tidak menolak janin. Karena janin itu kan bawaan bapaknya, ada ekspresi gen paternak namanya."

"Kalau daya tahan tubuhnya turun kan lebih mudah kena infeksi dari luar. Makanya hamil muda ini sangat rentan," ujarnya.

Selain itu, bagi mereka yang keguguran di masa pandemi akan jadi lebih sulit untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang seharusnya karena rumah sakit yang cenderung membatasi aktivitas layanan. Hal ini jelas merugikan bagi mereka yang tidak dianggap kondisi darurat.

"Akses yang menurun itu juga. Lebih baik tidak hamil dulu. Karena hamil itu juga ada masalah, jadi lebih baik menghindari masalah, jadi tunda hamil dulu."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya