Studi: Aspirin Dapat Tingkatkan Risiko Pendarahan Saluran Pencernaan Bagi Lansia

Riset studi baru dari Monash University, Australia menemukan fakta tentang Aspirin, obat yang sudah dikenal dan dikonsumsi sebagai bentuk pencegahan penyakit secara medis.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 28 Agu 2020, 08:00 WIB
Diterbitkan 28 Agu 2020, 08:00 WIB
Mengonsumsi Obat Pereda Nyeri
Ilustrasi Obat Pereda Nyeri Credit: pexels.com/pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Riset studi baru dari Monash University, Australia menemukan fakta tentang Aspirin, obat yang sudah dikenal dan dikonsumsi sebagai bentuk pencegahan penyakit secara medis.

Dalam data studi analisis ASPREE (ASPirin in Reducing Events in the Elderly) disebutkan bahwa konsumsi Aspirin yang dilakukan oleh para lansia usia 70 tahun ke atas dapat meningkatkan risiko pendarahan saluran pencernaan atau gastrointestinal bleeding (GI). 

 “Salah satu efek samping yang paling umum dari konsumsi Aspirin adalah pendarahan dan secara medis, hal ini sangat berisiko tinggi untuk para lansia. Dengan lebih dari 19,000 partisipan lansia yang terlibat dari Australia dan AS (studi riset pendarahan untuk lansia yang terbesar) yang kami kumpulkan selama hampir lima tahun menunjukan bahwa risiko pendarahan saluran pencernaan yang dapat dialami oleh para lansia akibat dari konsumsi Aspirin harian adalah sekitar 60% dan angka risiko ini terus meningkat sejalan dengan bertambahnya usia,” ujar pemimpin riset, Dr Suzanne Mahady dari Monash University dalam keterangan pers, Rabu (27/8/2020)

“Pendarahan yang dialami dapat menyebabkan pasien harus menerima perawatan rumah sakit, bahkan dapat berujung pada kematian,“ tambahnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak Video Berikut Ini:


264 Kasus Pendarahan Akibat Aspirin

Pandemi COVID-19 telah menyebabkan adanya peningkatan kesadaran kesehatan masyarakat di beberapa negara. Akibatnya, banyak dari mereka yang kemudian melakukan langkah-langkah pencegahan sebagai proteksi dari virus tersebut.

Di Perancis, secara regulasi pasien diwajibkan untuk berkonsultasi terlebih dahulu sebelum melakukan pembelian obat pereda nyeri jenis apapun demi menghindari jatuhnya korban akibat dari konsumsi obat-obatan yang tidak sesuai.

Di sisi lain, beberapa negara menghadapi tantangan yang lebih serius seperti Indonesia salah satunya. Dengan masifnya penyebaran informasi berkaitan dengan COVID-19 yang belum tentu akurat dan beberapa kali Aspirin bahkan disebutkan sebagai salah satu penyembuhnya, hal ini dapat menyebabkan masalah medis lebih lanjut, kata Mahady. 

“Dari hasil analisis pantauan riset studi ASPREE yang kami kumpulkan, kami menemukan ada 264 jumlah kasus pendarahan saluran pencernaan hebat akibat dari efek samping Aspirin. Dengan data ini, para dokter dapat menggunakannya sebagai bahan rujukan untuk menilai besarnya efek samping pengobatan menggunakan Aspirin yang dapat dialami oleh pasien lansianya dan semoga dapat mengurangi risiko pendarahan yang terjadi.

“Selain itu, para pasien seharusnya mengikuti nasihat para dokter mengenai dosis konsumsi harian Aspirin terlebih beberapa kondisi seperti riwayat merokok, penyakit ginjal, dan pengobatan anti-inflamasi lainnya bisa sangat berbahaya.”

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya