Liputan6.com, Jakarta - Angka harapan hidup di Amerika Serikat (AS) menurun lebih dari setahun akibat banyaknya kematian dari kasus COVID-19. Sebuah studi terbaru menyebut bahwa penurunan ini terbesar dalam beberapa dekade.
Mengutip Live Science pada Minggu (17/1/2021), para peneliti memproyeksikan bahwa pandemi COVID-19 membuat harapan hidup rata-rata di AS pada 2020 merosot 1,13 tahun dan membuatnya turun ke angka 77,48 tahun.
Baca Juga
Dalam studi yang dimuat di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences pada 14 Januari lalu, penurunan ini menjadi yang terbesar setidaknya dalam 40 tahun.
Advertisement
Pada 2015 hingga 2017, penurunan harapan hidup di negeri Paman Sam sempat menurun 0,1 tahun. Angka ini dikaitkan dengan tren peningkatan kematian akibat keputus asaan seperti overdosis obat dan bunuh diri. Namun, estimasi terbaru menyebut bahwa jumlah penurunan karena COVID-19 10 kali lebih besar.
Mengutip aman University of Southern California, potensi penurunan harapan hidup lebih besar di antara komunitas masyarakat kulit hitam dan latin.
Pada kulit hitam, para peneliti memproyeksikan harapan hidup terpangkas 2,10 tahun menjadi 72,78 tahun, sementara bagi masyarakat Latin, angkanya berkurang 3,05 tahun menjadi 78,77 tahun.
Masyarakat kulit putih pun terdampak. Namun proyeksi penurunan harapan hidupnya hanya 0,68 tahun menjadi 77,84 tahun.
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Kulit Hitam dan Latin Paling Terdampak
Secara keseluruhan, kesenjangan harapan hidup antara masyarakat kulit hitam dan kulit putih juga diproyeksikan melebar sebesar 40 persen dari 3,6 menjadi 5 tahun.
Penulis studi Theresa Andrasfay dari USC Leonard Davis School of Gerontology mengatakan, studinya menganalisis efek dari jumlah kematian yang luar biasa terhadap harapan hidup bagi seluruh negara, serta konsekuensi bagi kelompok yang terpinggirkan."
"Efek pandemi COVID-19 yang tidak proporsional pada harapan hidup orang Amerika kulit hitam dan Latin kemungkinan besar terkait keterpaparan mereka yang lebih besar lewat tempat kerja atau kontak keluarga besar," ujarnya.
"Selain perawatan kesehatan yang lebih buruk, menyebabkan lebih banyak infeksi dan hasil yang lebih buruk," Andrasfay menambahkan.
Advertisement
Belum akan Pulih di 2021
Menurut Noreen Goldman, salah satu penulis studi dan professor of demography and public affairs di Princeton University, penurunan yang lebih besar dalam kelompok ini sebagian disebabkan oleh jumlah kematian yang tidak proporsional pada usia yang lebih muda.
"Penemuan ini menggarisbawahi perlunya perilaku protektif dan program untuk mengurangi potensi pajanan virus di antara individu yang lebih muda yang mungkin tidak menganggap dirinya berisiko tinggi," kata Goldman.
Andrasfay menambahkan, meski kehadiran vaksin dapat mengurangi penularan secara signifikan pada tahun ini, para peneliti tidak memprediksi bahwa harapan hidup akan segera pulih di tahun 2021.
Dia mengatakan bahwa saat ini AS mengalami lebih banyak kematian akibat virus corona dibandingkan titik lain selama pandemi.
"Karena kami memperkirakan akan ada efek kesehatan dan ekonomi jangka panjang yang dapat mengakibatkan kematian yang lebih buruk di tahun-tahun mendatang, kami memperkirakan akan ada efek yang tersisa pada harapan hidup tahun 2021.
Infografis 6 Tips Isolasi Mandiri di Rumah
Advertisement