Liputan6.com, Jakarta Menyusui saat terpapar COVID-19 dapat menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi sang ibu. Namun, hal tersebut tetap boleh dilakukan dengan beberapa ketentuan.
"Menyusui tidak boleh terputus apapun status sang ibu. Apabila kondisi tidak memungkinkan seperti positif COVID-19 dan dirawat, harus tetap didukung untuk dapat memerah ASI-nya," ucap dokter spesialis anak Wiyarni Pambudi, Kamis (5/8/2021).
Baca Juga
Wiyarni menambahkan, apabila kondisi ibu cukup kuat untuk menyusui dan masih mau untuk terus menyusui, maka harus tetap dilanjutkan.
Advertisement
ASI merupakan sumber gizi utama yang berperan untuk tumbuh kembang si kecil. Tak hanya itu, ASI juga berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh pada bayi agar terhindar dari penyakit.
Maka, pemberian ASI pada bayi tetap dianjurkan. Keunggulan lainnya juga terdapat pada kandungan antibodi khusus pada ASI yang bisa lebih melindungi si kecil.
"Terdapat antibodi imunoglobin A dan G yang secara spesifik berfungsi sebagai benteng perlawanan pada virus COVID-19," ucap dr Wiyarni dalam acara Peringatan Pekan Menyusui Sedunia 2021 yang dilakukan secara virtual.
Diketahui dua antibodi tersebut mampu bertahan hingga 7-10 bulan setelah terinfeksi dalam ASI sang ibu. Imunitas tubuh juga bisa dipicu dengan vaksinasi.
Simak juga video berikut
Tindakan pencegahan yang bisa dilakukan
Meskipun aman, penting untuk tetap melakukan beberapa tindakan pencegahan. Agar bayi tidak ikut tertular selama proses menyusui berlangsung. Berikut beberapa diantaranya.
1. Memakai masker saat menyusui atau memerah ASI
2. Mencuci tangan secara efektif selama 20 detik sebelum menyusui
3. Menjaga ventilasi lingkungan dan kebersihan benda yang disentuh
4. Mencuci pakaian pada suhu 60-90 derajat dengan detergen
5. Meminum banyak cairan, diet seimbang, dan tidur yang teratur
"Jangan lupa juga untuk tetap melakukan pemantauan pada pertumbuhan bayi, termasuk kemampuan perkembangannya," jelas dr Wiyarni.
Advertisement