Liputan6.com, Jakarta - Portugal baru-baru ini mengeluarkan kebijakan baru yang melarang para bos atau atasan menghubungi para karyawan setelah jam kerja.
Kebijakan dikeluarkan guna memastikan para karyawan tidak merasakan beban kerja yang berat selama bekerja dari rumah atau work from home (WFH) yang telah berlangsung sepanjang dua tahun terakhir.
Baca Juga
Langkah ini merupakan langkah baru dengan memertimbangkan kesehatan mental dan stabilitas karyawan. Sebab, banyak laporan yang menyebut bahwa masalah kesehatan mental dan fisik karyawan di Portugal pada tingkat yang mengkhawatirkan.
Advertisement
Menteri Tenaga Kerja dan Jaminan Sosial Protugal, Ana Mendes Godinho menyebut bahwa kebijakan tak sebatas larangan seperti itu saja. Perusahaan pun bertanggung jawab membayar tarif listrik dan gas yang dikeluarkan selama WFH.
"Pandemi telah memercepat kebutuhan untuk mengatur apa yang diatur," kata Ana dikutip dari situs Times Of India pada Minggu, 14 November 2021.
Ana juga mengklaim bahwa kebijakan ini bisa menjadi langkah efektif guna menjadikan Portugal salah satu tempat terbaik untuk bekerja.
Hal tersebut juga untuk menarik orang-orang yang dapat bekerja secara daring (online) dari mana di seluruh dunia, tidak hanya Portugal.
Pentingnya Memikirkan Kesehatan Mental dan Fisik Karyawan
Banyak perusahaan dan bisnis mendorong karyawan mereka untuk melakukan lebih banyak pekerjaan tanpa memertimbangkan masalah kesehatan dan keselamatan pekerjanya.
Banyak penelitian telah mengamati bahwa sebagian besar orang telah mengalami setidaknya satu kasus utama penyakit mental atau masalah kesehatan signifikan lainnya.
Pada 2020 di awal work from home diberlakukan, jumlah penyakit mental dan serangan jantung meningkat drastis karena jam kerja yang gila.
Selain risiko kesehatan, kata Ana, hubungan menjadi lebih buruk karena prioritas telah bergeser sejak kerja jarak jauh mulai berlaku.
Kurangnya batasan antara kehidupan pribadi dan profesional telah menyebabkan pertengkaran yang signifikan di rumah karena pengabaian dan ketidaktahuan.
Dalam upaya untuk menjaga tingkat produktivitas, perusahaan melupakan aspek kunci untuk mengelola seluruh organisasi, termasuk karyawan.
Kecuali jika karyawan berada dalam kondisi prima dengan kondisi pikiran yang tajam dan sehat, pekerjaan yang tidak efektif akan terus merembes melalui celah dan lubang yang menganga, membuka jalan bagi struktur karyawan yang runtuh.
Advertisement