Indonesia Laporkan Penyakit Kulit Lumpy pada Sapi dan Kerbau, Australia Siaga

Sapi dan kerbau di Sumatera mengalami penyakit kulit berbenjol-benjol atau lumpy skin disease akibat virus. Penyakit ini menimbulkan benjolan di kulit ternak dan telah menyebar ke seluruh Asia Tenggara.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 07 Mar 2022, 17:00 WIB
Diterbitkan 07 Mar 2022, 17:00 WIB
Tangani Lumpy Skin Disease di Riau, Kementan Siap Kerahkan Dokter Hewan dan Paramedis
Sapi dengan masalah Lumpy Skin Disease. (Dok. Kementan)

Liputan6.com, Jakarta - Sapi dan kerbau di Sumatera mengalami penyakit kulit berbenjol-benjol atau lumpy skin disease akibat virus. Penyakit ini menimbulkan benjolan di kulit ternak dan telah menyebar ke seluruh Asia Tenggara.

Hal ini membuat negara lain seperti Australia khawatir. Otoritas biosekuriti bagian utara di Australia kini bersiaga untuk mengantisipasi terjadinya penyebaran penyakit kulit pada sapi dan kerbau.

Melansir ABC, penyakit virus ini menyebabkan luka pada kulit, demam, kehilangan nafsu makan, penurunan produksi susu, dan dapat menyebabkan kematian pada sapi dan kerbau.

Kondisi ini telah bergerak dengan mantap melalui Asia Tenggara selama beberapa tahun terakhir. Pihak berwenang Australia memperingatkan akan ada konsekuensi besar bagi industri peternakan jika penyakit tersebut masuk ke negara itu.

Kepala veteriner Mark Schipp mengatakan bahwa masukknya lumpy skin disease ke Indonesia bukanlah hal yang mengherankan.

"Kami telah mengamati penyebaran penyakit ini melalui Asia Tenggara selama beberapa tahun terakhir," kata Schipp mengutip ABC, Senin (7/3/2022).

“Sangat memprihatinkan mengingat Indonesia sangat dekat dengan Australia Utara dan beberapa tetangga yang rentan di utara kita, yaitu Timor Leste dan Papua Nugini,” tambahnya.

Simak Video Berikut Ini

Risiko Penyebaran

Lumpy skin disease dilaporkan di Pulau Sumatera dan risiko penyebaran ke pulau lain menjadi lebih tinggi ketika ternak dipindahkan ke berbagai wilayah di Indonesia.

“Ramadhan akan segera dimulai, di mana ada pergerakan ternak besar-besaran di seluruh Indonesia, itu akan menyebar ke seluruh kepulauan Indonesia. 12 bulan ke depan," kata Schipp.

Umumnya, penyakit kulit ini menyebar melalui gigitan lalat, nyamuk, dan mungkin kutu, sehingga sulit dikendalikan.

"Salah satu kekhawatiran kami sehubungan dengan penyakit kulit kental bergerak lebih dekat ke Australia adalah bahwa topan, angin kencang, kapal ternak yang kembali atau ruang kargo pesawat dapat membawa serangga yang terinfeksi ke Australia."

Dampak pada Industri Daging

Terkait hal ini, Menteri Pertanian Australia David Littleproud mengatakan pemerintah federal akan memberikan dukungan untuk membantu Indonesia menahan penyebaran penyakit tersebut.

“Australia siap membantu Indonesia dan tetangga dekat kami lainnya untuk menanggapi wabah ini dan departemen saya secara aktif terlibat dengan pejabat senior di sana,” katanya.

"Departemen saya akan memeriksa semua opsi yang tersedia untuk menahan penyebaran penyakit ini di Indonesia dan di seluruh wilayah."

Pasalnya, jika ada serangan penyakit kulit kental ke Indonesia, maka Australia tidak akan bisa mengekspor sapi hidup. Ini juga akan berdampak pada industri daging dan susu.

“Tetapi dampak pertama dan paling langsung adalah pada ekspor sapi hidup Australia, dan jelas itu sangat penting bagi semua produsen sapi Australia utara. Untuk alasan itu, kami sangat tertarik dan bertekad untuk menjauhkan penyakit ini dari Australia,” kata Schipp.

Infografis 6 Cara Efektif Hadapi Potensi Penularan COVID-19 Varian Omicron

Infografis 6 Cara Efektif Hadapi Potensi Penularan Covid-19 Varian Omicron. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis 6 Cara Efektif Hadapi Potensi Penularan Covid-19 Varian Omicron. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya