Liputan6.com, Jakarta Stroke merupakan salah satu dari tiga penyebab kematian terbanyak di seluruh dunia dan juga penyebab kecacatan (disability) utama pada penderita usia dewasa bahkan pada usia produktif. Sehingga Stroke digolongkan kedalam penyakit katastropik karena mempunyai dampak luas secara ekonomi dan sosial.
Serangan stroke dapat terjadi tiba- tiba pada siapa saja, baik ia dalam keadaan istirahat atau sedang melakukan kegiatan tertentu, dirumah atau ditempat kerja atau bahkan saat melakukan olah raga sekalipun. Stroke dapat terjadi kapan saja tanpa dapat diduga yang tentunya tidak diinginkan setiap orang namun fakta sebenarnya perlu diketahui bahwa stroke dapat dicegah.
Baca Juga
Melalui deteksi dini dan penanganan yang tepat diharapkan angka kecacatan dan kematian akibat stroke dapat ditekan.
Advertisement
Untuk itu, Stroke Center Brawijaya Hospital Saharjo diresmikan pada tanggal 30 Maret 2022 di Auditorium lt.8 Brawijaya Hospital Saharjo.
“Peresmian Stroke Center ini ditujukan untuk memberikan solusi pelayanan komprehensif pasien stroke yang Tepat, Cepat dan Akurat kepada masyarakat secara one stop service”, ujar Direktur Utama Dr.dr.Chamim, SpOG (K)Onk. dalam keterangan pers, Jumat (1/4/2022).
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 10 tahun terakhir (2012-2021) didapatkan fakta bahwa prevalensi penyakit Stroke di Indonesia masih sangat tinggi.
Melalui Stroke Center Brawijaya Hospital Saharjo, yang didukung oleh tim dokter Spesialis Syaraf, Bedah Saraf, Radiologi-Intervensi hingga Rehabilitasi Medis berkompeten, diharapkan dapat memberikan layanan holistik dan komprehensif pada pasien Stroke sejak awal ditemukan resiko (preventif), timbul gejala (kuratif) hingga rehabilitasi medis gejala sisa stroke dalam one stop service Hospital.
Selain itu Brawijaya Hospital Saharjo juga ditunjang fasilitas berteknologi modern dalam mendukung pemeriksaan dan penanganan pasien Stroke seperti Ct-scan 128 slides, MRI dan MRA, tindakan minimal invasif DSA (Digital Subtraction Angiography), Operation Theatre dengan Microskop Leica, Critical Unit, serta “homey ambience” pada fasilitas rawat inap dan poliklinik.
Brawijaya Hospital Saharjo memiliki Unit Emergency 24 jam dengan Code Stroke System yang berperan penting dalam mengejar Golden Time Period Penanganan Stroke. Melalui Code Stroke System, Radiologi akan mempersiapkan akses cepat pemeriksaan pasien Stoke sehingga tatalaksana terapi pun dapat diberikan lebih cepat.
Menangani kasus Stroke sedini mungkin merupakan target utama tim multidisiplin Brawijaya Hospital Saharjo untuk memperkecil kerusakan saraf yang terjadi sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya gejala sisa pasca-stroke, risiko komplikasi dan kematian.
Penyakit stroke di Indonesia tinggi
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 10 tahun terakhir (2012-2021) didapatkan fakta bahwa prevalensi penyakit Stroke di Indonesia masih sangat tinggi.
Melalui Stroke Center Brawijaya Hospital Saharjo, yang didukung oleh tim dokter Spesialis Syaraf, Bedah Saraf, Radiologi-Intervensi hingga Rehabilitasi Medis berkompeten, diharapkan dapat memberikan layanan holistik dan komprehensif pada pasien Stroke sejak awal ditemukan resiko (preventif), timbul gejala (kuratif) hingga rehabilitasi medis gejala sisa stroke dalam one stop service Hospital.
Selain itu Brawijaya Hospital Saharjo juga ditunjang fasilitas berteknologi modern dalam mendukung pemeriksaan dan penanganan pasien Stroke seperti Ct-scan 128 slides, MRI dan MRA, tindakan minimal invasif DSA (Digital Subtraction Angiography), Operation Theatre dengan Microskop Leica, Critical Unit, serta “homey ambience” pada fasilitas rawat inap dan poliklinik.
Brawijaya Hospital Saharjo memiliki Unit Emergency 24 jam dengan Code Stroke System yang berperan penting dalam mengejar Golden Time Period Penanganan Stroke. Melalui Code Stroke System, Radiologi akan mempersiapkan akses cepat pemeriksaan pasien Stoke sehingga tatalaksana terapi pun dapat diberikan lebih cepat.
Menangani kasus Stroke sedini mungkin merupakan target utama tim multidisiplin Brawijaya Hospital Saharjo untuk memperkecil kerusakan saraf yang terjadi sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya gejala sisa pasca-stroke, risiko komplikasi dan kematian.
Advertisement